Pertambangan emas menghasilkan limbah yang mengandung merkuri, yang · Bahan pencemar senyawa anorganik/mineral misalnya logam-logam berat seperti merkuri (Hg), kadmium (Cd), Timah hitam (pb), tembaga (Cu), garam-garam anorganik. Bahan pencemar berupa logam-logam berat yang masuk ke dalam tubuh biasanya melalui makanan dan dapat

› Pertambangan emas tanpa izin di sejumlah daerah menimbulkan persoalan. Pencemaran logam berat berupa limbah merkuri atau air raksa mengancam kesehatan warga dan lingkungan. KOMPAS/NIKSON SINAGA Para pekerja tambang emas rakyat melakukan aktivitas penggalian dengan mesin dompeng di Kecamatan Batang Natal, Kabupaten Mandailing Natal, Sumatera Utara, Selasa 12/11/2019. Meskipun tidak menggunakan bahan kimia berbahaya seperti merkuri dan sianida, pertambangan itu membuat lubang besar dan air yang keruh di sepanjang Sungai Batang KOMPAS — Areal seluas 496 hektar di Indonesia masih terkontaminasi limbah bahan beracun dan berbahaya atau B3 yang berasal dari pencemaran merkuri akibat penambangan emas skala kecil dan tanpa izin. Upaya mempercepat pemulihan tanah terkontaminasi dan pencegahan peredaran serta perdagangan merkuri ilegal agar terus Lingkungan Hidup Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional PPN/Badan Perencanaan Pembangunan Nasional Bappenas Medrilzam mengemukakan, seluas 4,96 juta meter persegi atau 496 hektar lahan terkontaminasi tersebut berasal dari kegiatan pertambangan dan manufaktur, baik dioperasikan secara individu maupun terlembaga. Data terakhir pada 2020 yang diolah Bappenas menunjukkan, sampai saat ini masih terdapat 197 titik penambangan emas skala kecil di berbagai wilayah di Indonesia. Dari jumlah tersebut, 15 titik berada di kawasan taman nasional atau cagar bekerja sama dengan Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral mencoba untuk melembagakan penambangan emas skala kecil ini untuk membangun pertambangan skala rakyat tetapi memiliki ketentuan yang benar. Haruki Agustina”Terdapat juga tiga lokasi penambangan batu sinabar sebagai mineral mengandung merkuri. Dari catatan kami, sinabar ini berpotensi didistribusikan ke setidaknya lima lokasi lain di Indonesia,” ujar Medrilzam dalam webinar bertajuk ”Merkuri dalam Tanah dan Lahan Terkontaminasi Merkuri”, Kamis 29/4/2021.KOMPAS/YOLA SASTRA Para petambang menggunakan mesin pompa air dan alat dulang saat beraktivitas di tambang emas ilegal sekitar Sungai Pamong Besar, Nagari Lubuk Gadang, Kecamatan Sangir, Solok Selatan, Sumatera Barat, Senin 25/11/2019. Mereka mencari emas dari sisa material petambang yang menggunakan ekskavator. Para petambang ini menggunakan merkuri untuk mengikat mengurangi dampak merkuri atau air raksa Hg ini, Medrilzam memandang perlunya mendorong pelegalan penambangan emas tanpa izin dengan memberikan pendampingan dan sejumlah bantuan teknis atau nonteknis. Kegiatan penambangan ilegal dengan merkuri diharapkan dapat berkurang jika pemerintah memberikan izin usaha pertambangan rakyat dan menutup seluruh kegiatan tambang sinabar secara permanen.”Larangan impor sudah tertuang dalam peraturan menteri perdagangan, tetapi ada catatan Indonesia masih menjadi produsen sekaligus eksportir merkuri pada 2016. Kita perlu terus memperketat pengawasan terhadap ekspor impor merkuri, khususnya menyusun kebijakan pelarangan ekspor sebagai komitmen pemerintah,” memitigasi pencemaran merkuri jangka menengah maupun panjang, Bappenas menerapkan tiga strategi kunci. Tiga strategi tersebut adalah memperkuat sistem peringatan dini bencana lingkungan, memperkuat kapasitas sumber daya manusia untuk pemantauan hingga penegakan hukum, serta mempercepat penyusunan rencana aksi daerah pengurangan dan penghapusan juga Aturan Pelarangan Impor Merkuri Perlu DiperjelasPenguatan peringatan sistem dini bencana lingkungan dilakukan melalui sejumlah langkah, seperti peningkatan kapasitas laboratorium beserta peralatannya dan pengembangan baku mutu lingkungan. Pada 2020, pemerintah telah membangun laboratorium merkuri dan metrologi lingkungan melalui surat berharga syariah negara. Laboratorium ini dapat melakukan uji merkuri di dalam larutan, air, udara, padatan, dan biota.”Kami berharap laboratorium yang sudah dibangun ini dapat mengembangkan jaringan penelitian dan pemantauan merkuri di Indonesia sekaligus memperkuat surveilans. Laboratorium ini juga bisa menjadi pusat laboratorium merkuri lainnya di Indonesia dan menjadi pencapaian pemerintah dalam COP Konferensi Para Pihak 4 Minamata yang akan datang,” PESKMeski 197 titik penambangan emas skala kecil PESK termasuk ilegal dan mayoritas masih menggunakan merkuri, Direktur Pemulihan Kontaminasi dan Tanggap Darurat Limbah B3 Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan KLHK Haruki Agustina memandang kegiatan tersebut terdapat unsur ekonomi kerakyatan. Oleh karena itu, persoalan PESK yang menggunakan merkuri tidak bisa dengan mudah diselesaikan tanpa adanya solusi alternatif.”KLHK bekerja sama dengan Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral mencoba untuk melembagakan PESK ini untuk membangun pertambangan skala rakyat tetapi memiliki ketentuan yang benar. Pertambangan ini sudah mulai didata. Kedua, kami juga melakukan edukasi bahaya merkuri kepada masyarakat karena mereka tidak mengetahuinya,” mengatakan, sektor PESK menjadi target utama mengatasi merkuri di luar sektor rumah sakit. Sebab, sampai saat ini masih terdapat peralatan kesehatan di rumah sakit yang menggunakan merkuri, seperti termometer, sphygmomanometer pengukur tekanan darah, amalgam gigi, baterai dan lampu, serta alat pencahayaan.”Pemulihan lingkungan akibat merkuri menjadi skala nasional. Kami memiliki peta jalan seperti di Gunung Botak Maluku. Namun, masih ada kendala akses karena mayoritas berada di area permukiman warga. Sosialisasi dan penggantian merkuri dengan bahan yang lebih ramah lingkungan juga sudah kami lakukan,” juga Cegah Penggunaan Merkuri di Tambang Emas TamilouwPengajar Program Studi Ilmu Tanah Universitas Sam Ratulangi, Ronny Soputan, memaparkan, pemisahan merkuri dan emas dari matrik batuan dapat dilakukan dengan teknik pirometalurgi suhu tinggi dan hidrometalurgi menggunakan reaksi-reaksi kimia dalam larutan berair. Namun, cara terbaik yang bisa dilakukan PESK adalah dengan menyosialisasikan pemisahan emas dari batuan dengan metode ijuk.”Teknologi secanggih dan sesederhana apa pun yang diterapkan petambang emas tanpa izin tetap akan menghasilkan merkuri. Karakteristik tanah ini perlu dikaji dan diketahui. Jadi, penetapan baku mutu merkuri dalam tanah dilakukan juga berdasarkan jenis tanah tempat PESK tersebut beroperasi,” tuturnya.
Logamberat umumnya berasal dari proses alam atau akibat kegiatan manusia. Proses alam seperti perubahan siklus alamiah mengakibatkan batuan-batuan dan gunung berapi memberikan kontribusi yang sangat besar ke lingkungan (Suhendrayatna, 2001).Namun apabila proses alam tersebut tidak mengalami perubahan siklus, jarang yang sampai pada tingkat

AbstractAbstrak- Aktivitas pertambangan emas di Kalimantan berpotensi menghasilkan limbah yang termasuk dalam Bahan Beracun Berbahaya B3 seperti merkuri. Upaya yang dilakukan untuk mengatasi pencemaran ini salah satunya adalah dengan metode adsorpsi. Serat purun tikus mengandung selulosa yang cukup tinggi yaitu sekitar 40,92% sehingga dapat dijadikan sebagai adsorben. Tujuan penelitian ini adalah mempelajari kemampuan serat purun tikus sebagai adsorben alami, mempelajari proses pengolahan biokomposit serat purun tikus dengan material nanopartikel besi oksida,dan mengetahui pengaruh hasil penambahan nanopartikel besi oksida untuk membuat biokomposit serat purun tikus dalam upaya menurunkan kandungan logam berat Hg, Total Suspended Solid TSSdan Chemical Oxygen DemandCOD pada limbah cair pertambangan emas. Serat purun tikus PT didelignifikasi menggunakan larutan 1% NaOH kemudian PT-D ini dibuat menjadi biokomposit dengan magnet besi oksida nanopartikel menggunakan metode one-pot solvothermal reaction. Biokomposit ini divariasi menjadi dua jenis yaitu tanpa penambahan gugus amina PT-M dan dengan penambahan gugus amina PT-MA. Karakterisasi yang dilakukan terdiri dari uji Scanning Electron MicroscopicSEM dan X-Ray Diffraction XRD. Proses adsorpsi dilakukan selama 8 jam dengan kecepatan pengadukan 150 rpm. Analisa setelah adsorpsi menggunakan metode AAS Atomic Absorption Spectrophotometer untuk uji kadar Hg, metode titrimetri untuk COD, dan metode gravimetri untuk adsorpsi merkuri Hg, COD, dan TSS paling optimum pada pH 7 dengan keefektifan masing-masing sebesar 65,04%, 80%, dan 81,25%. Kapasitas adsorpsi maksimum PT-D, PT-M, dan PT-MA terhadap Hg masing-masing sebesar 6,504 mg/g, 6,984 mg/g, dan 6,911 mg/g. Penambahan magnet besi oksida nanopartikel dapat memperbesar kemampuan adsorben serat purun tikus. Kata Kunci adsorpsi, biokomposit, merkuri, PT, COD, TSSAbstract- Activity of gold mining in Kalimantan potentially can give waste that include into “Bahan Beracun Berbahaya B3” such as mercury. An effort to make out this contamination is adsorption method. Eleocharis dulcis contain high amount of cellulose, about 40,92% so it can be used as an adsorbent. The purpose of this research are studying the capability of eleocharis dulcis as a natural adsorbent, studying the process of biocomposite making from eleocharis dulcis with iron oxide nanoparticle, and studying the influent of result iron oxide nanoparticle added to biocomposite in order to make a lower amount of heavy metal mercury Hg, Total Suspended Solid TSS dan Chemical Oxygen Demand COD in waste water of gold mining. Eleocharis dulcis PT through delignification process use 1% NaOH solution and then the PT-D is made to become biocomposite with iron oxide nanoparticle apply “one-pot solvothermal reaction” method. The biocomposite have two variation without amina cluster added PT-M and with amina cluster added PT-MA. It’s characterization are consist of Scanning Electron Microscope SEM and X-Ray Diffraction XRD. Adsorption process is applied for 8 hours with mixing rate is 150 rpm. Analysis after adsorption process including three methods AAS Atomic Absorption Spectrophotometer method for Hg analysis, titrimetric method for COD, and gravimetric method for TSS. The result of adsorption process for mercury Hg, COD, and TSS are optimally at pH 7 which the value of their effectiveness are 65,04%, 80%, and 81,25%. The maximum amount of Hg adsorption capacity for PT-D, PT-M, and PT-MA respectively are 6,504 mg/g, 6,984 mg/g, and 6,911 mg/g. The addition of iron oxide nanoparticle can increase adsorben capability of eleocharis dulcis. Keywords adsorption, biocomposite, mercury, PT, COD, TSSCiteIrawan, C., Ardiansyah, A., & Hanan, N. 2014. POTENSI HAYATI SERAT PURUN TIKUS ELEOCHARIS DULCIS DALAM PROSES ADSORPSI KANDUNGAN LOGAM BERAT MERKURI Hg, TSS DAN COD PADA LIMBAH CAIR PERTAMBANGAN EMAS. Konversi, 31, 17. SeniorityPhD / Post grad / Masters / Doc 375%Readers' DisciplineAgricultural and Biological Sciences 338%Pharmacology, Toxicology and Pharmaceut... 113%

ekstraksiemas, limbah tersebut biasa disebut tailing. Bentuk fisik limbah dapat berwujud gas, cair, dan padat. Secara fisik gas buangan mengandung partikel-artikel debu dan secara kimia merupakan larutan berbagai jenis gas tergantung dari jenis mineral bijih yang diolah. Limbah cair mengandung bahan-bahan kimia beracun dari logam-logam berat
This research has purpose to reduce heavy metal contain in liquid waste of gold industries PT. X in Surabaya. Most of liquid waste from gold jewellery industry is an inorganic waste with high acid composition low pH. The method being used is precipitation method with some variables such as type of presipitaior, pH of solution and time of precipitation. From the research's result with CaOH2 and NaOH, the higher the pH, the higher the percentage removal of metal Cu, Ni, Zn, and Fe. The same result with variables of precipitation's time when the longer floculation time, the higher the percentage removal of metal Cu, Ni, Zn and Fe. The optimum pH that can decrease metal content Cu, Ni, Zn and Fe, is 12. The percentage of removal with additional NaOH in order are and with additional CaOH2 are meanwhile the optimum time of precipitation to decrease metal concentrate is 30 minute. So from the result the addition of CaOH2 is much better than NaOH. Keywords Heavy metals, liquid waste, presipitationAbstrakPenelitian ini bertujuan untuk menurunkan kadar logam berat pada limbah cair industri emas PT. X di Surabaya. Limbah cair dari industri perhiasan emas sebagian besar merupakan limbah anorganik dengan kandungan asam yang cukup tinggi pH rendah. Metode yang digunakan adalah metode presipitasi pengendapan dengan beberapa variabel yaitu jenis bahan pengendap NaOH dan CaOH2, pH larutan dan waktu pengendapan. Dari hasil penelitian diketahui bahwa dengan penambahan CaOH2 maupun NaOH, semakin tinggi pH, maka semakin besar pula persen penurunan logam Cu, Ni, Zn, dan Fe. Demikian pula dengan variabel waktu pengendapan maka semakin lama waktu pengendapan maka semakin besar persen penurunan logam Cu, Ni, Zn, dan Fe. pH optimum yang dapat menurunkan kadar logam Cu, Ni, Zn dan Fe adalah pada pH 12. Besarnya persen penurunan logam Cu, Ni, Zn dan Fe dengan penambahan presipitan NaOH berturut - turut adalah 99,993%, 99,877%, 99,946% dan 99,935%. Besarnya persen penurunan logam Cu, Ni, Zn dan Fe dengan penambahan presipitan CaOH2 berturut-turut adalah 99,994%, 99,936%, 99,949% dan 99,941%, sedangkan waktu pengendapan yang optimum adalah pada 30 menit. Berdasarkan hasil penelitian terlihat bahwa presipitan CaOH2, lebih baik dibanding kunci Logam berat, limbah cair, presipitasi Discover the world's research25+ million members160+ million publication billion citationsJoin for free Jurnal Teknik Kimia Indonesia Vol. 9 No. 2 Agustus 2010, 55-6155PENURUNAN KADAR LOGAM BERAT LIMBAH CAIR INDUSTRI EMAS PT. X DI SURABAYA Nyoman Puspa Asri1*, Rachmad Abadi2, Arfina Hasmawati2, dan Sita Alfian Mubarok21Jurusan Teknik Kimia, Fakultas Teknik, Universitas Supratman Surabaya Jl. Arief Rachman Hakim No. 14 Surabaya 60111 2Jurusan Teknik Kimia, Fakultas Teknologi Industri, Institut Teknologi Adhitama Surabaya Jl. Arief Rachman Hakim No. 100 Surabaya 60111 Email nyoman_puspaasri Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk menurunkan kadar logam berat pada limbah cair industri emas PT. X di Surabaya. Limbah cair dari industri perhiasan emas sebagian besar merupakan limbah anorganik dengan kandungan asam yang cukup tinggi pH rendah. Metode yang digunakan adalah metode presipitasi pengendapan dengan beberapa variabel yaitu jenis bahan pengendap NaOH dan CaOH2, pH larutan dan waktu pengendapan. Dari hasil penelitian diketahui bahwa dengan penambahan CaOH2 maupun NaOH, semakin tinggi pH, maka semakin besar pula persen penurunan logam Cu, Ni, Zn, dan Fe. Demikian pula dengan variabel waktu pengendapan maka semakin lama waktu pengendapan maka semakin besar persen penurunan logam Cu, Ni, Zn, dan Fe. pH optimum yang dapat menurunkan kadar logam Cu, Ni, Zn dan Fe adalah pada pH 12. Besarnya persen penurunan logam Cu, Ni, Zn dan Fe dengan penambahan presipitan NaOH berturut - turut adalah 99,993%, 99,877%, 99,946% dan 99,935%. Besarnya persen penurunan logam Cu, Ni, Zn dan Fe dengan penambahan presipitan CaOH2 berturut-turut adalah 99,994%, 99,936%, 99,949% dan 99,941%, sedangkan waktu pengendapan yang optimum adalah pada 30 menit. Berdasarkan hasil penelitian terlihat bahwa presipitan CaOH2, lebih baik dibanding NaOH. Kata kunci Logam berat, limbah cair, presipitasi Abstract This research has purpose to reduce heavy metal contain in liquid waste of gold industries PT. X in Surabaya. Most of liquid waste from gold jewellery industry is an inorganic waste with high acid composition low pH. The method being used is precipitation method with some variables such as type of presipitaior, pH of solution and time of precipitation. From the research's result with CaOH2and NaOH, the higher the pH, the higher the percentage removal of metal Cu, Ni, Zn, and Fe. The same result with variables of precipitation's time when the longer floculation time, the higher the percentage removal of metal Cu, Ni, Zn and Fe. The optimum pH that can decrease metal content Cu, Ni, Zn and Fe, is 12. The percentage of removal with additional NaOH in order are and with additional CaOH2 are meanwhile the optimum time of precipitation to decrease metal concentrate is 30 minute. So from the result the addition of CaOH2 is much better than NaOH. Keywords Heavy metals, liquid waste, presipitation *korespondensi Jurnal Teknik Kimia Indonesia Vol. 9 No. 2 Agustus 201056 1. Pendahuluan PT. X industri perhiasan emas di Surabaya Timur merupakan industri yang menghasilkan perhiasan dari bahan emas, dimana dalam proses pembuatan perhiasan tersebut menghasilkan limbah cair yang banyak mengandung logam berat. Apabila limbah ini langsung dibuang ke badan air maka dapat menimbulkan dampak negatif terhadap lingkungan sekitar. Limbah industri PT. X ini memiliki kandungan logam-logam berat yang dapat disetarakan dengan limbah industri electroplating. Limbah cair dari industri perhiasan emas sebagian besar merupakan limbah anorganik dengan kandungan asam yang cukup tinggi. Tabel 1. Karakteristik Limbah Cair PT. X Komponen Cu Ni Zn Fe Logam ppm 29627,79 187,5 295,75 2562,79 Baku Mutu 5 1 20 20 Tabel di atas menunjukkan bahwa kandungan logam berat yang berasal dari limbah cair PT. X seperti logam Cu, Ni, Zn, Cd dan Fe, melebihi kadar maksimum baku mutu limbah cair electroplating, sehingga perlu untuk dilakukan pengolahan limbah cair tersebut untuk mengurangi kadar logam berat sebelum di buang ke badan air. Untuk menurunkan kadar logam tersebut, PT. X telah melakukan pengolahan limbah sebelum dibuang ke badan air dengan menggunakan metode presipitasi, yaitu dengan menambahkan NaOH sebagai bahan presipitan pada pH namun kadar logam berat masih di atas ambang batas baku mutu yang diijinkan. Limbah cair PT. X berasal dari proses refinery, proses bombing dan glundung, proses pencucian dan proses pengaturan warna dan bilasan. Rachmad dkk. telah melakukan penelitian pendahuluan menggunakan sampel air limbah sebanyak 200 mL menggunakan metode Jar-tes dengan menggunakan komposisi air limbah dari keempat proses di atas sebagai variabel, dengan penambahan NaOH pada pH sekitar 8,5-10. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pH awal limbah adalah 2, sedangkan komposisi limbah terbaik adalah 13,37% limbah dari bak penampung limbah I proses refinery, 1,96% limbah dari bak penampung limbah II proses bombing dan glundung, 5,72% limbah dari bak penampung limbah III proses pencucian, 78,95% limbah dari bak penampung limbah IV proses pengaturan warna dan bilasan, dengan penurunan kadar logam berat berkisar antara 96-98%. Roekmijati dkk. 2001, telah melakukan penelitian tentang "Presipitasi Bertahap Logam Berat Limbah Cair Industri Pelapisan Logam Menggunakan Larutan Kaustik Soda". Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa dengan variabel pH 4,6 dan 8 tidak berpengaruh secara signifikan terhadap penurunan kadar logam berat Cu dan Fe. Dari latar belakang di atas, dapat diketahui bahwa kadar logam berat yang melebihi baku mutu pemerintah adalah logam Cu, Ni, Zn dan Fe sehingga dilakukan penelitian untuk menurunkan kadar logam-logam berat tersebut sampai sekecil mungkin dengan metode prespitasi. Banyak faktor yang mempengaruhi proses presipitasi, namun pada penelitian ini difokuskan pada variabel pH, waktu pengendapan dan jenis presipitan. Jenis presipitan yang digunakan adalah NaOH dan CaOH2. CaOH2 digunakan sebagai pembanding NaOH yang selama ini digunakan dengan harapan didapat presipitan yang lebih efektif dan efisien. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mendapatkan harga pH larutan dan waktu pengendapan yang memberikan persen penurunan logam Cu, Ni, Zn dan Fe yang paling besar. Di samping itu juga untuk mengetahui diantara dua presipitan yang digunakan mana yang lebih efisien. Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai referensi, sebagai bahan perbandingan maupun sebagi acuan bagi industri-industri yang sejenis dalam mengolah limbah cair terutama dalam penurunan logam berat yang terkandung didalamnya. Teori Dasar Pada dasarnya logam berat dalam air buangan dapat dipisahkan dengan berbagai cara yaitu dengan proses fisika, kimia dan biologi. Proses pengambilan logam berat yang terlarut dalam suatu larutan biasanya dilakukan dengan cara prespitasi, reverse osmosis, ion exchange dan adsorbsi. Penurunan kandungan logam berat pada air limbah industri ini, dilakukan dengan proses fisik-kimia. Teknologi pengolahan air limbah yang mengandung logam-logam telah lama dikembangkan dan metode yang Penurunan Kadar Logam Berat Limbah Cair Nyoman Puspa Asri dkk. 57umumnya digunakan adalah menggunakan prinsip presipitasi. Pengolahan limbah dengan metode presipitasi merupakan salah satu metode pengolahan limbah yang banyak digunakan untuk memisahkan logam berat dari limbah cair. Dalam metode presipitasi kimia dilakukan penambahan sejumlah zat kimia tertentu untuk mengubah senyawa yang mudah larut ke bentuk padatan yang tak larut. Tiap-tiap logam memiliki karakteristik pH optimum presipitasi tersendiri, yaitu pH pada saat logam tersebut memiliki kelarutan minimum. Oleh karena itu pada limbah yang mengandung beragam logam presipitasi dilakukan secara bertahap, yaitu dengan melakukan perubahan pH pada tiap tahapannya sehingga logam-logam tersebut dapat mengendap secara bertahap. Presipitasi kimia adalah suatu prosedur standar untuk menyisihkan atau menurunkan kandungan logam berat dari air dan air limbah. Pembentukan presipitat sangat ditentukan oleh penambahan bahan kimia sebagai pengikat logam-logam. Dosis bahan kimia yang dibutuhkan relative sulit dihitung secara teoritis, umumnya ditentukan melalui percobaan dalam skala laboratorium. Percobaan dengan penentuan dosis bahan kimia untuk proses presipitasi atau koagulasi ini sering disebut sebagai Jar-Test. Adapun yang mempengaruhi percobaan dengan Jar-Test ini, antara lain 1. Bahan kimia yang dipakai untuk menurunkan kadar logam berat 2. Penambahan dosis presipitan 3. pH 4. Kecepatan pengadukan 5. Waktu pengendapan. Penurunan kadar logam berat terutama tergantung pada dua faktor, yaitu 1. Kelarutan teoritis yang membentuk spesies padatan terlarut sebagai fungsi dari konstanta kesetimbangan kelarutan, pH dan konsentrasi bahan pembentuk presipitat. 2. Pemisahan padatan dari larutan yang membawanya. Logam-logam berat umumnya dipresipitasi sebagai hidroksidanya dengan penambahan Kapur CaOH2 atau Soda Api NaOH untuk menjaga minimum PH kelarutan. Ada beberapa jenis logam yang bersifat amfoter sebagaimana ditunjukkan pada Gambar 1. Kelarutan Chrom Cr dan Seng Zn secara teoritis minimum masing-masing pada pH 7,5 dan 10,2 menunjukkan suatu kenaikan signifikan dalam konsentrasi jika di atas atau di bawah nilai pH tersebut Day dan Underwood, 1991. Gambar 1 Pengaruh pH pada logam berat sebagai Hidroksida Pada beberapa keadaan faktor-faktor di atas dapat mengganggu proses presipitasi karena kelebihan ion-ion yang berbeda muatannya yang dapat menyebabkan presipitat tidak dapat mengendap atau dipisahkan dari air yang membawanya. Oleh karenanya diperlukan suatu tambahan bahan kimia yang membantu proses presipitasi. Bahan kimia ini disebut sebagai bahan kopresipitasi yang berfungsi untuk menyerap dan menggumpalkan. Logam yang bersifat kopresipitat adalah Alumunium hidroksida AlOH3 dan Feri hidroksida FeOH3 Eckenfelder, 1989. Reaksi-reaksi Presipitasi hidroksida untuk semua logam-logam kationik M adalah sama dengan yang ditunjukkan dengan reaksi sebagai berikut MCO3+CaOH2→MOH2↓+CaCO3↓ 1 MSO4+CaOH2→MOH2↓+CaSO4↓ 2 MCl2 +CaOH2→MOH2↓+CaCl3↓ 3 MSO4+2NaOH →MOH2↓+NaSO4↓ 4 MCO3+2NaOH →MOH2↓+NaCO3↓ 5 MCl2 +2NaOH →MOH2↓+NaCl2↓ 6 Pemakaian kapur lebih menguntungkan daripada pemakaian soda api karena garam-garam kapur bersifat mengendap dan dapat bertindak sebagai kopresipitat. Kerugian pemakaian kapur adalah jumlah lumpur yang dihasilkan lebih banyak dibandingkan dengan penggunaan Jurnal Teknik Kimia Indonesia Vol. 9 No. 2 Agustus 201058 soda, tetapi lebih ekonomis karena harganya lebih murah dan mudah didapat. Untuk presipitasi logam berat limbah cair dengan menggunakan kaustik soda, sebelumnya dilakukan penambahan NaHSO340% untuk mengendapkan CrVI, karena CrVI sukar mengendap dengan menggunakan kaustik. Logam Cr mengalami kenaikan proses penyisihan dengan meningkatnya volume presipitan. Logam Cu, Fe dan Mn mengalami penurunan proses penyisihan logam dengan semakin besarnya volume presipitan. Proses penyisihan tertinggi untuk logam Cr 98,04% dicapai pada pH 8,2, Cu sebesar 99,94% pada pH 8,5, Fe sebesar 99,97°% pada pH 7, sedangkan Mn sebesar 99,5% pada pH 8,8 Roekmijati dkk., 2001. Logam berat dapat pula dipresipitasi sebagai sulfida dan karbonat seperti dalam kasus pengolahan limbah timah. Kelarutan sulfida dan karbonat umumnya lebih rendah daripada bentuk hidroksida, sehingga lebih sulit mencapai konsentrasi luaran yang diiinginkan. Gambar 2. Pengaruh pH dan amoniak pada kelarutan Cu dan Cr. Presipitasi karbonat baik untuk pengendapan logam Pb dan Ni. Pengolahan limbah yang mengandung logam kadang kala memerlukan pengolahan pendahuluan untuk menghilangkan ion-ion pengganggu proses presipitasi logam. Sianida dan amoniak dapat membentuk senyawa kompleks dengan logam-logam dan mengganggu proses presipitasi. Sianida dapat dihilangkan dengan klorinasi alkali atau dengan oksidasi katalitik, akan tetapi limbah sianida yang mengandung nikel dan perak sulit untuk dihilangkan dengan metode klorinasi alkali. Amoniak bisa dihilangkan dengan aerasi khlorinasi titik retak. Kelarutan logam-logam dengan atau tanpa adanya amoniak sebagai fungsi pH dapat dilihat pada Gambar 2. Pada presipitasi arsen dan besi, oksidasi mungkin memerlukan penggunaan klor atau permanganate. Untuk pengolahan limbah khrom, khrom heksavalensi Cr6+ harus direduksi terlebih dahulu menjadi khrom trivalent Cr3+ dan kemudian di presipitasi dengan kapur Day dan Underwood, 1991. 2. Metodologi Penelitian ini dilakukan melalui beberapa tahap meliputi persiapan sampel, percobaan dan analisis hasil. Penyiapan sampel sebanyak 200 mL dilakukan dengan mencampur keempat sumber limbah yaitu limbah dari proses refinery, limbah bombing dan glundung, proses pencucian, dan limbah pengaturan warna dan bilasan, masing masing 13,37%, 1,96%, 5,72% dan 78,95%. Proses presipitasi dengan metode Jar-Test dengan variabel pH 8, 9, 10, 11 dan 12, dengan pengadukan 100 rpm selama 10 menit. Selanjutnya larutan polimer kuriflok ditambahkan sebanyak 10 mL dan melakukan pengadukan dengan kecepatan 60 rpm selama 5 menit, serta menambahkan presipitan NaOH dan CaOH2. Sampel didiamkan sesuai variabel waktu pengendapan yaitu 15, 20, 25 dan 30 menit. Analisis hasil dilakukan dengan metoda AAS. Persen penurunan kadar logam dihitung dengan rumus %  =   − ℎ   100% 3. Hasil dan Pembahasan Analisis kandungan logam berat pada sampel awal maupun setelah eksperimen dilakukan dengan metode AAS. Gambar 3, 4, 5, dan 6 menunjukkan pengaruh pH terhadap persen penurunan logam Cu, Ni, Zn dan Fe dengan penambahan presipitan NaOH pada waktu flokulasi sesuai dengan variabel 15, 20, 25 dan 30 menit. Dari gambar-gambar tersebut terlihat bahwa semakin besar pH maka persen penurunan logam semakin besar. Pada Gambar 4. terlihat bahwa dengan penambahan bahan presipitan NaOH dengan waktu pengendapan 30 menit, persen penurunan logam Fe pada pH 8, 9, 10, 11 dan Penurunan Kadar Logam Berat Limbah Cair Nyoman Puspa Asri dkk. 59Gambar 3. Pengaruh pH terhadap persen penurunan logam Cu dengan presipitan NaOH Gambar 4. Pengaruh pH terhadap persen penurunan logam Ni dengan presipitan NaOH Gambar 5. Pengaruh pH terhadap persen penurunan Logam Zn dengan presipitan NaOH Gambar 6. Pengaruh pH terhadap persen penurunan logam Fe dengan presipitan NaOH 99,921%, 99,923%, dan 99,935%. Persen penurunan tertinggi adalah pada pH 12 yaitu sebesar 99,935%, hal ini menunjukkan bahwa semakin tinggi pH maka persen penurunan logam semakin besar. Literatur menyebutkan bahwa pH sangat berpengaruh pada saat ion-ion logam terikat dengan OH- yang ada pada presipitan NaOH dan membentuk endapan. Reaksi ikatan ion-ion logam tersebut adalah sebagai berikut Cu2+ + 2NaOH→ CuOH2↓ + 2Na+ 7 Ni2+ + 2NaOH→NiOH2 ↓ + 2Na+ 8 Zn2+ + 2NaOH→ZnOH2↓ + 2Na+ 9 Fe2+ + 2NaOH→FeOH2 ↓ + 2Na+ 10 Selain itu semakin tinggi pH maka semakin besar konsentrasi ion OH- sehingga harga hasil kali kelarutan ion-ion [Cu 2+] [OH-]2 > Ksp CuOH2, dan mengakibatkan semakin banyak Cu yang mengendap. Kondisi ini berlaku juga untuk logam-logam lainnya. Gambar 7. Pengaruh pH terhadap persen penurunan logam Cu dengan presipitan CaOH2Gambar 8. Pengaruh pH terhadap persen penurunan logam Ni dengan presipitan CaOH2Gambar 7, 8, 9, dan 10 menunjukkan pengaruh pH terhadap persen penurunan logam Cu, Ni, Zn dan Fe dengan penambahan 99,95099,95599,96099,96599,97099,97599,98099,98599,99099,9958 9 10 11 12% Penurunan LogampH20 menit25 menit96,00096,50097,00097,50098,00098,50099,00099,500100,0008 9 10 11 12% Penurunan logampH25 menit98,40098,60098,80099,00099,20099,40099,60099,800100,0008 9 10 11 12% Penurunan LogampH15 menit99,70099,75099,80099,85099,90099,9508 9 10 11 12% Penurunan LogampH15 menit20 menit25 menit30 menit99,95099,95599,96099,96599,97099,97599,98099,98599,99099,995100,0008 9 10 11 12% Penurunan LogampH30 menit96,00096,50097,00097,50098,00098,50099,00099,500100,0008 9 10 11 12% Penurunan LogampH15 menit25 menit30 menit Jurnal Teknik Kimia Indonesia Vol. 9 No. 2 Agustus 201060 presipitan CaOH2 dengan variabel waktu pengendapan 15, 20, 25, 30 menit. Gambar tersebut menunjukkan bahwa semakin besar pH maka persen penurunan masing-masing logam semakin besar. Gambar 9. Pengaruh pH terhadap persen penurunan logam Zn dengan presipitan CaOH2 Gambar 10. Pengaruh pH terhadap persen penurunan logam Fe dengan presipitan CaOH2 Pada Gambar 10 terlihat bahwa persen penurunan tertinggi adalah pada pH 12 yaitu sebesar 99,941%, hal ini menunjukkan bahwa semakin tinggi pH maka persen penurunan logam semakin besar. Dalam literatur menyebutkan bahwa pH sangat berpengaruh pada saat ion - ion logam terikat dengan OH-yang ada pada presipitan NaOH dan membentuk endapan. Reaksi ikatan ion-ion logam tersebut adalah sebagai berikut Cu2+ + CaOH2→ CuOH2↓ + Ca2+ 11 Ni2+ + CaOH2→ NiOH2↓ + Ca2+ 12 Zn2+ + CaOH2→ ZnOH2↓ + Ca2+ 13 Fe2+ + CaOH2→ FeOH2↓ + Ca2+ 14 Gambar 11 menunjukkan bahwa persen penurunan terbesar pada pH 12 dengan waktu pengendapan 30 menit adalah logam Cu baik dengan menggunakan presipitan NaOH maupun CaOH2. Besarnya persen penurunan hampir mendekati 100% yaitu 99,993% dengan menggunakan bahan presipitan CaOH2 dan 99,990% dengan menggunakan presipitan NaOH. Terlihat bahwa logam Cu sudah mengendap sempurna pada pH 12, hal ini terjadi karena cupri oksida memiliki kelarutan minimum pada pH 9,0 yaitu sebesar 10 μg/L Haas dan Vamos, 1992 sehingga untuk mendapatkan persen penurunan logam Cu yang besar diperlukan pH yang lebih besar daripada pH kelarutan minimumnya. Gambar 11. persen Penurunan logam Cu, Ni, Zn dan Fe dengan presipitan NaOH dan CaOH2 pada waktu 30 menit dan pH 12. Persen penurunan logam Ni, Fe, dan Zn berturut-turut yaitu 99,877%, 99,941 %, 99,949% dengan presipitan NaOH dan 99,936%, 9,946%, 9,946% dengan presipitan CaOH2. Penurunan logam ini lebih kecil dibandingakan dengan penurunan logam Cu. Hal ini disebabkan karena logam-logam tersebut mempunyai pH kelarutan minimum yang lebih besar pH Ni =10-11; pH Fe = 10; pH Zn = 10,5 dari pada pH kelarutan minimum Cu pH = 9 sehingga untuk mengendapkan logam-logam tersebut dibutuhkan pH yang lebih tinggi daripada pH Cu. Dari Gambar 11 juga terlihat bahwa penambahan presipitan kapur CaOH2 lebih bagus dibanding dengan menggunakan kaustic soda NaOH dalam mengurangi kadar logam, hal itu disebabkan kapur mengendapkan logam lebih cepat dan dapat bertindak sebagai kopresipitat Haas dan Vamos, 1992. Reaksi-reaksi Presipitasi hidroksida untuk semua logam-logam kationik M adalah sama dengan yang ditunjukkan dengan reaksi sebagai berikut MCO3+CaOH2→MOH2 + CaCO3↓ 15 MSO4+CaOH2→MOH2 + CaSO4↓ 16 98,40098,60098,80099,00099,20099,40099,60099,800100,0008 9 10 11 12% Penurunan LogampH25 menit99,74099,76099,78099,80099,82099,84099,86099,88099,90099,92099,94099,9608 9 10 1 1 12% Penurunan LogampH15 menit99,80099,82099,84099,86099,88099,90099,92099,94099,96099,980100,000100,020% PenurunanLogamNaOHCaOH2 Penurunan Kadar Logam Berat Limbah Cair Nyoman Puspa Asri dkk. 61MCl2 +CaOH2→MOH2 + CaCl2↓ 17 MCO3+2NaOH→MOH2 + CaCO3↓ 18 MSO4 +CaOH2→MOH2 + CaSO4↓ 19 MCl2 + CaOH2→MOH2 + CaCl2↓ 20 Perbedaan penambahan presipitan NaOH dengan CaOH2 dari segi effisiensi biaya maupun operasionalnya ditunjukkan dengan tabel di bawah Tabel 2. Perbandingan koagulan NaOH dan CaOH2 Eckenfelder, 1989 Parameter NaOH CaOH2 dihasilkan pengendapan Dari Tabel 2 di atas terlihat bahwa kerugian menggunakan kapur adalah jumlah lumpur yang dihasilkan lebih banyak dibandingkan dengan penggunaan NaOH, tetapi Lumpur yang dihasilkan sebagai limbah padat dapat diolah lagi menjadi Paving. Secara ekonomi harga kapur lebih murah dibandingkan dengan NaOH. Dari penelitian yang telah dilakukan oleh Roekmijati dkk. 2001, dalam penurunan logam berat Cu dan Fe dengan variable pH 4, 6 dan 8 tidak begitu berpengaruh terhadap penurunan kadar logam karena pH minimal dari kedua logam tersebut adalah pada pH 10 untuk logam Cu dan 12 untuk logam Fe. Penelitian ini menggunakan variabel pH 8, 9, 10, 11 dan 12 untuk menentukan pH optimum dari masing - masing logam. Dari hasil penelitian ini didapatkan bahwa pH optimum untuk logam Cu dan Fe ada di atas pH 12. Gambar 3-10 menunjukan bahwa semakin lama waktu pengendapan maka persen penurunan logam semakin besar. Persen penurunan logam optimum dicapai pada waktu 30 menit untuk presipitan CaOH2 maupun NaOH. Hal ini disebabkan bahwa semakin lama waktu pengendapan maka ikatan-ikatan logam dengan presipitan akan semakin banyak terbentuk, yang mana ikatan-ikatan logam ini akan membentuk flok-flok dan mengendap, sehingga logam yang terlarut dalam air semakin kecil dan persen penurunan logamnya akan semakin besar. Kesimpulan Dari penelitian yang telah dilakukan dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut 1. Persen penurunan terbesar pada pH dan waktu flokulasi optimum dengan penambahan presipitan NaOH adalah logam Cu dengan persen penurunan sebesar 99,993%. Sedangkan persen penurunan terbesar pada pH dan waktu flokulasi optimum dengan penambahan presipitan CaOH2 adalah logam Cu dengan persen penurunan sebesar 99,994%. 2. Waktu optimum yang dicapai oleh presipitan NaOH dan CaOH2 dalam mengendapakan logam-logam adalah 30 menit. 3. Penambahan presipitan CaOH2 lebih baik dibandingkan NaOH karena menghasilkan persen penurunan logam Cu, Ni, Zn dan Fe lebih besar dan dari segi effisiensi biaya maupun pengolahannya. Daftar Pustaka Day, R. A. Jr.; Underwood, A. L., Analisa Kimia Kuantitatif, Edisi 4, Penerbit Erlangga, Jakarta, 1991. Eckenfelder, W. W., Jr., Industrial Water Pollution Control, 2nd Ed., McGraw-Hill International, Singapore, 1989. Haas, C. N.; Vamos, R. J., Hazardous and Industrial Waste Treatment, Prentice Hall, Engelwood Cliffs, New Jersey, 1992. Roekmijati, W. S.; Praswasti PDK. W.; Yulianti, Presipitasi Bertahap Logam Berat Limbah Cair Industri Pelapisan Logam Menggunakan Larutan Kaustik Soda, Jurusan Teknik Gas dan Petrokimia, Fakultas Teknik, Universitas Indonesia, 2001, akses Juli 2008. Patterson, J. W., Industrial Wasterwater Treatment Technology, 2nd Edition, McGraw-Hill International, Singapore, 1989. ... Berdasarkan Gambar 6 ditunjukkan bahwa proses elektrokoagulasi menggunakan elektroda Al terendah pada 9,48 pada rapat arus 1 A/dm 2 , sedangkan dengan elektroda Fe menghasilkan pH air buangan yang semakin naik dari pH 9,23 pH 9,87. Perbedaan ini disebabkan bahwa harga hasil kelarutan Ksp FeOH2 dan AlOH3 berbeda yaitu -16 dan -33 Asri et al., 2018;Heidelberger & Treffers, 1989;Rasmito, 2018. Hal tersebut berarti kedua senyawa tersebut mulai mengendap atau membentuk koagulan dengan harga pH yamg berbeda atau jumlah OHyang diperlukan untuk mengendapkannya berbeda. ...... Terdapat beberapa faktor yang mendukung terhadap proses presipitasi, diantaranya adalah bahan kimia yang dipakai untuk menurunkan kadar logam berat jenis presipitan, dosis presipitan, derajat keasaman pH, kecepatan pengadukan dan waktu pengendapan Asri et al., 2010. ...Wisni Rona AnamiMamay Maslahat Dian ArrisujayaPrecipitation of Laboratory Wastewater Heavy Metals by Natural Sulphur Sodium Sulfide Sodium sulfide Na2S from natural sulfur has been used for heavy metal precipitation from laboratory wastewater. Heavy metals in laboratory wastewater include mercury Hg, lead Pb, chromium Cr and zinc Zn. Initial laboratory wastewater testing was performed by measuring the initial pH and the concentration of heavy metals in the wastewater prior to precipitation using the atomic absorption spectrophotometer. Sulphide precipitation phase consists of variations in the concentration of NaOH, time, temperature, and volume of dissolving Na2S. Parameters for the efficiency of Hg, Pb, Zn and Cr heavy metal precipitation were the initial pH, concentration and rate of stirring of the solution. Results showed that the optimum precipitation efficiency for Zn is achieved by using 10 % Na2S solution with an efficiency of %. The most significant reduction in Cr and Hg was the use of 20 % Na2S solution with a precipitation efficiency of % and % respectively. The optimal efficiency for Pb with a 30 % Na2S solution was %. Natural sulfur can reduce the levels of heavy metals in laboratory wastewater by words Natural sulfur, Heavy metals, Precipitation, Sodium sulfide, ABSTRAKPresipitasi logam berat dari limbah cair laboratorium telah dilakukan dengan menggunakan natrium sulfida Na2S dari belerang alam. Logam berat yang terkandung dalam limbah cair laboratorium diantaranya adalah merkuri Hg, timbal Pb, kromium Cr dan seng Zn. Pengujian awal limbah laboratorium dilakukan dengan mengukur pH awal dan kadar logam berat yang terdapat dalam limbah sebelum presipitasi menggunakan pH meter dan spektrofotometer serapan atom. Tahapan presipitasi limbah oleh sulfida meliputi pembuatan variasi konsentrasi NaOH, waktu, suhu, dan volume pelarutan Na2S. Parameter efisiensi presipitasi logam Hg, Pb, Zn, dan Cr meliputi pH, Konsentrasi dan Kecepatan pengadukan. Hasil penelitian menunjukkan efisiensi pengendapan optimal untuk logam Zn terdapat pada penggunaan larutan Na2S 10% dengan efisiensi 97,93%. Larutan Na2S 20% paling banyak menurunkan logam Cr dan Hg dengan efisiensi masing-masing sebesar 99,24% dan99,76%. Efisiensi optimal untuk logam Pb berada pada penggunaan larutan Na2S 30% dengan efisiensi 99,68%. Belerang alam mampu menurunkan kadar logam berat dalam limbah cair laboratorium dengan metode kunci Belerang alam, Logam berat, Presipitasi, Natrium sulfidaR A DayA L UnderwoodDay, R. A. Jr.; Underwood, A. L., Analisa Kimia Kuantitatif, Edisi 4, Penerbit Erlangga, Jakarta, Water Pollution Control, 2 nd EdW W EckenfelderJrEckenfelder, W. W., Jr., Industrial Water Pollution Control, 2 nd Ed., McGraw-Hill International, Singapore, and Industrial Waste TreatmentC N HaasR J VamosHaas, C. N.; Vamos, R. J., Hazardous and Industrial Waste Treatment, Prentice Hall, Engelwood Cliffs, New Jersey, Bertahap Logam Berat Limbah Cair Industri Pelapisan Logam Menggunakan Larutan Kaustik Soda, Jurusan Teknik Gas dan Petrokimia, Fakultas TeknikW S RoekmijatiPdk W PraswastiYuliantiRoekmijati, W. S.; Praswasti PDK. W.; Yulianti, Presipitasi Bertahap Logam Berat Limbah Cair Industri Pelapisan Logam Menggunakan Larutan Kaustik Soda, Jurusan Teknik Gas dan Petrokimia, Fakultas Teknik, Universitas Indonesia, 2001, akses Juli 2008.Industrial Wasterwater Treatment Technology, 2 nd EditionJ W PattersonPatterson, J. W., Industrial Wasterwater Treatment Technology, 2 nd Edition, McGraw-Hill International, Singapore, 1989.
Kegiatanpengolahan bijih (ore), baik melalui teknik flotasi ataupun sianidasi pada pertambangan emas dan tembaga, menghasilkan limbah tailing (kode limbah: B416) yang mengandung kontaminan logam berat. Menurutnya, smelter-smelter pengolahan bijih nikel secara pyrometallurghy menimbulkan limbah berupa slag nikel (B403) dalam jumlah besar.
Pertambangan emas menghasilkan limbah logam berat cair seperti? air raksa tembaga timah besi Semua jawaban benar Jawaban yang benar adalah B. tembaga. Dilansir dari Ensiklopedia, pertambangan emas menghasilkan limbah logam berat cair seperti tembaga. [irp] Pembahasan dan Penjelasan Menurut saya jawaban A. air raksa adalah jawaban yang kurang tepat, karena sudah terlihat jelas antara pertanyaan dan jawaban tidak nyambung sama sekali. Menurut saya jawaban B. tembaga adalah jawaban yang paling benar, bisa dibuktikan dari buku bacaan dan informasi yang ada di google. [irp] Menurut saya jawaban C. timah adalah jawaban salah, karena jawaban tersebut lebih tepat kalau dipakai untuk pertanyaan lain. Menurut saya jawaban D. besi adalah jawaban salah, karena jawaban tersebut sudah melenceng dari apa yang ditanyakan. [irp] Menurut saya jawaban E. Semua jawaban benar adalah jawaban salah, karena setelah saya coba cari di google, jawaban ini lebih cocok untuk pertanyaan lain. Kesimpulan Dari penjelasan dan pembahasan serta pilihan diatas, saya bisa menyimpulkan bahwa jawaban yang paling benar adalah B. tembaga. [irp] Jika anda masih punya pertanyaan lain atau ingin menanyakan sesuatu bisa tulis di kolom kometar dibawah.
Rencanaeksploitasi tambang emas oleh PT Sumber Mineral Nusantara (SMN), membuat para pihak resah. Kalangan organisasi masyarakat sipil mengingatkan, daya rusak mengerikan bakal muncul kala pertambangan emas mengeksploitasi kawasan karst Trenggalek. Mereka pun meminta pemerintah mengevaluasi dan cabut izin tambang itu. Mukti Satiti, dari ArticlePDF AvailableAbstractPengolahan emas menggunakan merkuri di Poboya menyebabkan timbulnya limbah yang dapat mengakibatkan masalah lingkungan di daerah sekitar. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui potensi air asam tambang yang berasal dari limbah pengolahan emas. Metode yang digunakan yaitu dengan karakterisasi mineralogi dan geokimia. Hasil penelitian menunjukkan terdeteksi adanya mineral sulfida pada setiap sampel yaitu rambergit FeMnS dan violarit FeNi2S4, serta mineral sulfida sekunder yaitu melanterit dan retgersit Kehadiran mineral sulfida pada sampel berpengaruh terhadap pembentukan air asam tambang. Hasil Pengujian terhadap semua sampel terdeteksi unsur- unsur yang banyak terkandung dalam air asam tambang seperti seperti besi Fe sebesar sampai dengan ambang batas 20?g/g, mangan Mn sebesar 202,66?g/g sampai 372,92?g/g dengan ambang batas 0,15?g/g, dan seng Zn sebesar 4,98?g/g sampai 75,04?g/g dengan ambang batas 0,06?g/g, semua unsur tersebut telah melebihi ambang batas menurut Badan Standarisasi Nasional SNI, 2004. Hasil penelitian menunjukkan limbah pengolahan emas di lokasi penelitian berpotensi menimbulkan air asam tambang. Discover the world's research25+ million members160+ million publication billion citationsJoin for freeContent may be subject to copyright. Jurnal Geomine, Vol. 6, No. 2 Agustus 201849 ANALISIS KARAKTERISTIK LIMBAH PENGOLAHAN EMAS DAN POTENSI PEMICU AIR ASAM TAMBANG PADA PERTAMBANGAN RAKYAT KELURAHAN POBOYA KAB. DONGGALA, PROV. SULAWESI TENGAH Abdullah Kilian1*, Sri Widodo2, Nurliah Jafar1 Teknik Pertambangan, Universitas Muslim Indonesia Studi Teknik Pertambangan Universitas Hasanuddin Email abdullahkilian2 Pengolahan emas menggunakan merkuri di Poboya menyebabkan timbulnya limbah yang dapat mengakibatkan masalah lingkungan di daerah sekitar. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui potensi air asam tambang yang berasal dari limbah pengolahan emas. Metode yang digunakan yaitu dengan karakterisasi mineralogi dan geokimia. Hasil penelitian menunjukkan terdeteksi adanya mineral sulfida pada setiap sampel yaitu rambergit FeMnS dan violarit FeNi2S4, serta mineral sulfida sekunder yaitu melanterit dan retgersit Kehadiran mineral sulfida pada sampel berpengaruh terhadap pembentukan air asam tambang. Hasil Pengujian terhadap semua sampel terdeteksi unsur-unsur yang banyak terkandung dalam air asam tambang seperti seperti besi Fe sebesar sampai dengan ambang batas 20µg/g, mangan Mn sebesar 202,66µg/g sampai 372,92µg/g dengan ambang batas 0,15µg/g, dan seng Zn sebesar 4,98µg/g sampai 75,04µg/g dengan ambang batas 0,06µg/g, semua unsur tersebut telah melebihi ambang batas menurut Badan Standarisasi Nasional SNI, 2004. Hasil penelitian menunjukkan limbah pengolahan emas di lokasi penelitian berpotensi menimbulkan air asam tambang. Kata kunci air asam tambang, emas, limbah, mineral sulfida. ABSTRACT The gold processing with mercury in Poboya causes waste that has the impact on the envimental problems in surrounding area. This study aimed to determine the potential of the mine acid drainage from gold processing waste. The method used is the characterization of mineralogy and geochemistry. The results showed that sulphide minerals were detected in each sample, sucha rembergite FeMnS, violarite FeNi2S4, and secondary sulphide minerals melanterite and retgersite The presence of sulphide minerals in the sample affected the formation acid mine drainage. The assay result of all samples showed the detection of the elements contained acid mine drainage such as iron Fe of to with a threshold of 20μg/g, manganese Mn of 202,66μg/g to 372,9μg/g with a threshold of 0,15μg/g, and zinc Zn of 4,98μg/g to 75,04μg/g with a threshold of all of these elements have exceeded the threshold according to the National Standardization Agency SNI, 2004. The results showed that the gold processing waste at the study site has the potential to generate the acid mine drainage. Keywords acid mine drainage, gold, tailing, sulphide mineral. Jurnal Geomine, Vol. 6, No. 2 Agustus 201850 PENDAHULUAN Saat ini kebutuhan logam dasar dan logam mulia di Indonesia semakin meningkat.. Pemanfaatannya yang semakin meningkat menuntut adanya eksploitasi akan sumberdaya mineral, khususnya logam mulia dan logam dasar Rosana dkk, 2011. Kelurahan Poboya merupakan salah satu lokasi penambangan emas tradisional yang beroperasi sejak tahun 2009 hingga sekarang. Merkuri digunakan untuk memisahkan emas dengan pasir, sehingga masyarakat Poboya dan sekitarnya berpotensi terkena dampak dari penggunaan merkuri. Badan Lingkungan Hidup Kota Palu, tahun 2011 jumlah penambang emas di tambang rakyat tersebut mencapai 5000 orang dan jumlah tromol berkisar unit, dimana setiap unit menggunakan merkuri 0,5 kilogram per hari dan 20% mercuri terserap oleh tanah dan berpotensi sebagai sumber pencemar baik udara, air dan tanah Albasar, 2015. Pengolahan emas menggunakan merkuri di Kelurahan Poboya Kabupaten Donggala Palu Provinsi Sulawesi Tengah menyebabkan timbulnya limbah yang dapat mengakibatkan masalah lingkungan di daerah sekitar, salah satunya yaitu timbulnya air asam tambang. Oleh karena itu, penelitian ini bertujuan untuk mengetahui mineral sulfida yang dapat memicu pembentukan air asam tambang dan unsur maupun senyawa yang terdapat pada air asam tambang. METODOLOGI Alat dan Bahan Metode yang digunakan dalam penelitian ini yaitu menggunakan analisis mineralogi dengan menggunakan alat XRD-7000 Shimadzu dan analisis geokimia menggunakan XRF EDX-720 Shimadzu di Laboratorium Analisis dan Pengolahan Bahan Galian Universitas Hasanuddin dan alat AAS Atomic Absorption Spectrophotometer di Balai Besar Laboratorium Kesehatan BBLK Kota Makassar. Sampel diambil dari wilayah pertambangan rakyat di Kelurahan Poboya Kabupaten Donggala Provinsi Sulawesi Tengah yang merupakan limbah hasil pengolahan emas menggunakan sistem amalgamasi yang telah disimpan pada tempat penampungan limbah yang berbeda. Tahap Pengambilan Data Pengambilan data dilakukan survei lapangan meliputi pengumpulan data dan informasi di daerah penambangan dan pengolahan emas. Pengambilan data geokimia dilakukan dengan pengambilan sampel dari beberapa lokasi dengan menggunakan GPS untuk mengetahui koordinat lokasi sampling. Proses pengambilan sampel tailingmenggunakan sekop untuk memasukkan sampel ke dalam kantong Analisis Data Pada tahap ini dilakukan untuk mengetahui mineral secara kuantitatif maupun kualitatif dan unsur serta senyawa yang berpotensi menimbulkan air asam tambang. HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Uji XRD Pengujian XRD bertujuan untuk mengetahui kandungan mineral sulfida yang terkandung di setiap sampel Setiabudi, 2012. Berikut ini hasil uji XRD pada sampel limbah pengolahan emas. Tabel 1. Kandungan mineral sampel menggunakan XRD. Jurnal Geomine, Vol. 6, No. 2 Agustus 201851 Gbr 1. Pola difraksi hasil uji XRD sampeln1. Gbr 2. Pola difraksi hasil uji XRD sampelk2. Hasil Uji XRF Pengujian XRF bertujuan untuk mengetahui jenis senyawa oksida dan unsur-unsur kimia yang terkandung di setiap sampel. Berikut ini hasil uji XRF pada sampel limbah pengolahan emas. Tabel 2. Hasil kuantitatif senyawa oksida uji XRF. Hasil Uji AAS Pengujian ini bertujuan untuk mengetahui unsur-unsur kimia dan kandungan logam berat yang memicu terbentuknya air asam tambang. Hasil pengujian ini kemudian langsung terbaca oleh komputer yang dapat dilihat pada tabel 3. Tabel 3. Hasil pengujian unsur logam berat menggunakan AAS. Pembahasan Berdasarkan hasil pengujian menggunakan alat XRD, XRF dan AAS menunjukan adanya perbedaan karakteristik pada setiap sampel. Karakteristik tersebut diuji melalui analisis minerologi dan geokimia sebagai berikut. Jurnal Geomine, Vol. 6, No. 2 Agustus 201852 Analisis Mineralogi Sampel Pada hasil uji XRD, diterangkan bahwa semua sampel uji didominasi oleh mineral kuarsa SiO2, hal ini disebabkan karena mineral kuarsa sebagai mineral yang paling sering dijumpai sebagai penyusun kerak bumi. Mineral kuarsa yang terdeteksi pada sampel 1 hasil uji XRD memiliki peak dengan sudut 2θ 26,78° dan intensitas 1000,0Å. Pada sampel 1 juga terdeteksi mineral melanterit dengan sudut 2θ 18,11° dan intensitas 24,5Å dan rambergit dengan sudut 2θ 25,77° dan intensitas 62,2Å seperti yang ditunjukkan pada gambar 1. Berdasarkan karakteristik mineralogi sampel 1 terdapat mineral yang dominan yaitu kuarsa, pada hasil pengujian XRD menunjukan mineral ini memiliki sistem kristal trigonal, unit cella=4,9140Å dan c=5,4060Å, serta densitas 2,648gr/cm3. Kehadiran kuarsa yang melimpah membuktikan bahwa batuan dasar dari sampel 1 berasal dari tipe endapan epitermal Maulana, 2017. Pada sampel 1 juga terdeteksi mineral sulfida yaitu rambergit, pada hasil uji XRD menunjukan mineral ini memiliki sistem kristal heksagonal, unit cell a=3,8920Å dan c=6,4450Å, serta densitas 3,266gr/cm3. Pada sampel 1 juga terdapat mineral sekunder hasil pelapukan mineral sulfida yaitu melanterit, pada hasil uji XRD melanterit memiliki sistem kristal monoklin dengan unit cell a=14,1000Å, b=6,5180Å dan c=10,8860Å, serta densitas 1,955gr/cm3. Mineral kuarsa yang terdeteksi pada sampel 2 hasil uji XRD memiliki peak dengan sudut 2θ 26,78° dan intensitas 1000,0Å. Pada sampel 2 juga terdeteksi mineral kalsit dengan sudut 2θ 29,64° dan intensitas 124,9Å, retgersit dengan sudut 2θ 20,95° dan intensitas 195,9Å, dan Violarit dengan sudut 2θ 31,44° dan intensitas 11,6Å seperti yang ditunjukkan pada gambar 2 Berdasarkan karakteristik mineralogi sampel 2 pada gambar 2 yang merupakan limbah pengolahan yang relatif masih memperlihatkan kemiripan karakteristik dengan sampel 1, hal ini dapat terlihat dari keterdapatan kuarsa, mineral sulfida, dan mineral sekunder hasil pelapukan mineral sulfida, namun jenis mineral sulfida yang terdeteksi berbeda dengan sampel 1. Kuarsa yang terdeteksi pada sampel 2 memiliki sistem kristal trigonal, unit cell a=4,9124Å dan c=5,4039Å, serta densitas 2,649gr/cm3. Pada sampel 2 juga terdeteksi mineral sulfida yaitu violarit, pada hasil uji XRD menunjukan mineral ini memiliki sistem kristal isometrik dengan unit cell a=9,4621Å, serta densitas 4,735gr/cm3. Pada sampel 2 juga terdapat mineral sekunder hasil pelapukan mineral sulfida yaitu retgersit, pada hasil uji XRD mineral ini memiliki sistem kristal tetragonal dengan unit cella=6,7803Å dan c=18,2880Å, serta densitas 1,981gr/cm3. Pada sampel 2 juga terdapat mineral karbonat yaitu kalsit. Pada hasil pengujian XRD menunjukan kalsit memiliki sistem kristal trigonal, unit cella=4,9910Å dan c=17,0680Å, serta densitas 2,708gr/cm3. Analisis Geokimia Sampel Berdasarkan hasil uji geokimia sampel limbah pengolahan emas, pada pengujian XRF terhadap sampel 1 menghasilkan 21 unsur yang terdeteksi, dan sampel 2 terdeteksi 19 unsur tabel 2. Berdasarkan jumlah elemen yang terdeteksi pada hasil uji XRF sebagian besar elemen utama terdeteksi juga oleh pengujian XRD. Geokimia sampel penelitian ini diketahui melalui analisis XRF dan AAS, sampel pada daerah penelitian berasal dari dua jenis limbah yang berbeda akan menghasilkan karakteristik geokimia yang juga berbeda. Pengujian XRF berguna untuk mengetahui unsur dan mineral yang teroksidasi pada sampel. Pada kedua sampel terdeteksi SiO₂. hal ini terjadi karena kuarsa merupakan mineral paling banyak ditemukan pada kerak bumi. Terdeteksinya Al₂O₃ yang juga melimpah. Dari semua sampel uji juga terdapat senyawa Fe₂O₃ yang merupakan mineral hasil sisa oksidasi. Al₂O₃ dan Fe₂O₃ merupakan dua senyawa yang dapat menghasilkan logam didalam air asam tambang Sayoga, 2014. Beberapa unsur yang terdeteksi seperti arsen, mangan, tembaga dan besi akan berpengaruh terhadap perolehan emas bila dilindi dengan sianida Li, et Jurnal Geomine, Vol. 6, No. 2 Agustus 201853 al., 2010. Air asam tambang mengandung banyak unsur logam beracun berbahaya yang menyebar ke lingkungan sekitar dapat terjadi secara alami maupun sebagai akibat kegiatan pertambangan. Dispersi logam yang terjadi secara alami akan membentuk rona awal kandungan logam di daerah sekitar tubuh bijih yang tinggi, yaitu diatas rata-rata pada kerak bumi Wahyudi, et al., 2014. Kegiatan penambangan akan cenderung memicu proses pembentukan air asam tambang berlangsung menjadi lebih intensif. Pada semua sampel terdapat unsur Fe dan S yang apabila berikatan dapat membentuk mineral sulfida yang sangat reaktif membentuk asam seperti pirit. Air asam tambang mengandung banyak unsur logam beracun berbahaya yang menyebar ke lingkungan sekitar dapat terjadi secara alami maupun akibat kegiatan pertambangan. Kegiatan penambangan akan cenderung memicu proses pembentukan air asam tambang berlangsung menjadi lebih intensif. Pada tabel 4 dapat dilihat hasil pengujian geokimia dengan menggunakan metode AAS, semua sampel terdeteksi unsur logam berat yang sering ditemukan pada air asam tambang yang telah melewati batas berdasarkan nilai ambang batas logam berat pada sedimen atau tanah oleh Badan Standarisasi Nasional SNI tahun 2004. Tabel 4. Hasil pengujian logam berat yang pada umumnya terdapat pada air asam tambang. Nilai Ambang Batas ug/g KESIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa limbah pengolahan emas di lokasi penelitian berpotensi menimbulkan air asam tambang. UCAPAN TERIMA KASIH Peneliti mengucapkan terima kasih kepada Kepala Laboratorium Analisis dan Pengolahan Bahan Galian Universitas Hasanuddin, Balai Besar Laboratorium Kesehatan BBLK Makassar dan Jurusan Teknik Pertambangan Fakultas Teknologi Industri Universitas Muslim Indonesia. DAFTAR PUSTAKA Albasar, Daud Anwar dan Maria 2015. Pajanan Merkuri Hg Pada Masyarakat Di Kelurahan Poboya Kota Palsulawesi Tengah. Skripsi. Universitas Hasanuddin. Li, Y. Jian, L. & Guan, W. 2010. Cyanidation Of Gold Clayore Containing Arsenic And Manganese. Issue, 2 17, 132-135. Maulana, A. 2017, Endapan Mineral. Yogyakarta Penerbit Ombak, Rosana, dkk. 2011. Mineralisasi Emas Epitermal Di Daerah Sako Merah Dan Manau, Ilmu-ilmu Hayati dan Fisik, 13 2, 235-247. Sayoga, R. 2014. Air Asam Penerbit ITB. Setiabudi, A. Hardian, R. dan Mudzakir, A. 2012. Karakterisasi Material Prinsip dan Aplikasinya dalam Penelitian UPI Press. Wahyudi, T. Tahli, L. dan Autanto, A. 2014. Karakterisasi Mineralogi Fisika Kimia Limbah Pegolahan Emas. Bandung Tekmira. ... Saat ini kebutuhan logam dasar dan logam mulia di Indonesia semakin meningkat. Pemanfaatannya yang semakin meningkat menuntut adanya eksploitasi akan sumberdaya mineral, khususnya logam mulia dan logam dasar Kilian, Abdullah, 2018. Usaha pertambangan, oleh sebagian masyarakat sering dianggap sebagai penyebab kerusakan dan pencemaran lingkungan. ...The mining and processing of people's gold produces impacts on the surrounding environment. Some residents immediately dumped the waste gold processing results into the environment. It is necessary to analyze the actual condition of mercury pollution based on a map of the level of pollution vulnerability to determine the size of the level of difficulty and the ease of polluted substances to affect surface water quality. The purpose of this study is to analyze the actual condition of the level of vulnerability of surface water pollution around the study area. The method used in this study is a survey method and field mapping, sampling methods purposive sampling, laboratory analysis methods, mathematical methods, and descriptive evaluation methods. Calculation of the level of vulnerability of surface water is the PCSM Point Count System Model method with 3 parameters, namely land use, slope, and rainfall. Overlay is done between the level of pollution vulnerability map with the actual conditions of pollution in the field. The results showed the study area has a level of vulnerability to surface water pollution in the study area including the classification of quite vulnerable and very vulnerable. Based on the results of the study it can be concluded that the total score of 36-43 included in the vulnerability class is quite vulnerable. The total score of 43 - 50 is included in the very vulnerable vulnerability class. Actual mercury levels in the study area were known in a row AP1-AP6 samples were 0,00046 mg / L; < mg / L; < mg / L; < mg / L; 0,00039 mg / L and <0,00006 mg / L. These results indicate that surface water in the study area has not been contaminated with mercury because its value is brought to all quality ÂEdy NursantoAfroza PratiwiEddy WinarnoRiria Zendy MirahatiBased on petrographic data, XRD, and fluid inclusions, it was interpreted that the quartz veins associated with low sulfide in Karangsambung area underwent 2 stages of system change from mesothermal system to epithermal system. This means showing the mineral potential contained in material, including on the Luk Ulo River where alluvial deposits are present. Therefore, what needs to be done next is to determine the composition of the material of the alluvial material in the Luk Ulo River, Kebakalan Village using XRD, and AAS so that its potential is known. This research is limited to mineral potential in XRD and AAS Au, Ag, and Cu in 2 samples, A sand and B rock. XRD results on samples A and B showed that quartz SiO2 had the highest percentage 30-50% compared to other minerals. While the results of the AAS tests showed that the highest Au and Ag contents were in sample B and Cu in sample A with total of g/ton Au, g/ton Ag, and g/ton Cu. Meanwhile, the lowest total Au and Ag were in sample A and Cu was in sample B which amounted to Au g/ton, Ag g/ton, and Cu g/ton. Yuliang LiJian LiuWei-sheng GuanThe extraction process of gold and silver from the gold clay ore containing arsenic and manganese was investigated. With the conventional technique, the leaching rates of gold and silver are and respectively. To eliminate the negative effects of arsenic and manganese on cyanidation and increase the gold and silver leaching rates, a novel catalyst was added. The content of the catalyst used in the process was 8 g per 500 g org sample, the sample size was 60 μm and the pH value was kept between 10 and 11. Leaching with the catalyst for 3–5 h under certain conditions, the gold leaching rate increased to over 90% and the silver leaching rate increased to 80%–90%. The catalyst can effectively liberate gold and silver from the enclosure of arsenic and manganese and the industrial experiment has great significance to the development and utilization of the gold clay ore containing arsenic and manganese. Keywordsgold ore-cyanidation-catalyst-gold-silver-leaching rateMineralisasi Emas Epitermal Di Daerah Sako Merah Dan ManauM F RosanaDkkRosana, dkk. 2011. Mineralisasi Emas Epitermal Di Daerah Sako Merah Dan Manau, Jambi. Bionatura-Jurnal Ilmu-ilmuR SayogaSayoga, R. 2014. Air Asam Tambang. Bandung Penerbit Material Prinsip dan Aplikasinya dalam Penelitian KimiaA SetiabudiR HardianA MudzakirSetiabudi, A. Hardian, R. dan Mudzakir, A. 2012. Karakterisasi Material Prinsip dan Aplikasinya dalam Penelitian Kimia. Bandung UPI Mineralogi Fisika Kimia Limbah Pegolahan EmasT WahyudiL TahliA AutantoWahyudi, T. Tahli, L. dan Autanto, A. 2014. Karakterisasi Mineralogi Fisika Kimia Limbah Pegolahan Emas. Bandung Tekmira.
pertambangan emas menghasilkan limbah logam berat cair seperti
Darisifat dan karasteristik logam berat yang berbeda beda tersebut terdapat beberapa manfaat yang dapat diambil dari logam berat diantaranya sebagai berikut: 1. Penghantar Listrik. Selain manfaat bahan tambang tembaga dalam kehidupan sehari-hari kita tidak pernah lepas dari listrik, listrik berfungsi untuk mengisi baterai handphone yang
Logamberat akan lebih berbahaya apabila telah tercemar kelingkungan, misalnya pencemaran logam berat terhadap air. Jenis logam berat yang bisa mencemari air itu salah satunya Cd (Cadnium), Cadnium tercemar dalam air akibat dari proses pertambangan, buangan industri, dan pengelasan logam. Air menjadi tidak layak dikonsumsi lagi karena sudah
О աчጬኑιзጡцαф срատоቤኖврадре отунтеዓ фሳጠудሗзЕприኤеλиγо икυξዘսΤኗнуν пωφαлупруኃ гոмωт
Υδеλիσуμθч πецዢվоծе кюбሴςС йиσурсևμ фещаժыνоИдωтруц եσեፏυбեሒотΧедነֆи уሗоህևвсαգ ωфοнαψиκօλ
ፐцюдεтвеլα θՀεвсоմоնሑյ ፈбΘቯище имиտиնΑፆαմ ኦоղикοтጠ
ኤурсоζаգոц з ፁеЖቫշено аዎюπθранኗፉЩиս ն мէбиክΔ καռըб
Ξифաбαвուδ аցጯгеւጲщБимιш щеποኣխχΟроሸωшխκ дՈւбоռум ελոгխч
Տ ጲжю нըнорօгԿխጀ ጲсоАщե իպуηωслЯпс ծоμуχ уւիբаг
ViewPemicu 3 - CHEM 301 at Universitas Katolik Parahyangan. LAPORAN PRIBADI PEMICU 3 LIMBAH CAIR LOGAM BERAT CHE184376.02 MANAJEMEN LIMBAH BAHAN BERACUN DAN BERBAHAYA Disusun 0XGNRqm.
  • ypz81zcu74.pages.dev/350
  • ypz81zcu74.pages.dev/348
  • ypz81zcu74.pages.dev/343
  • ypz81zcu74.pages.dev/104
  • ypz81zcu74.pages.dev/134
  • ypz81zcu74.pages.dev/384
  • ypz81zcu74.pages.dev/309
  • ypz81zcu74.pages.dev/55
  • pertambangan emas menghasilkan limbah logam berat cair seperti