Dalamsetiap bahasa, setiap hubungan antara keluarga dalam silsilah niscaya ada namanya yang khusus. Dalam bahasa Indonesia yang saya ketahui, ke atas silsilah mentok pada "buyut". Saya tidak tahu disebut apa ayah dan kakek buyut dalam bahasa Indonesia atau bahasa Melayu. Secara umum ada kata moyang atau nenek moyang.
Daftar Isi Keturunan Saudara atau Keluarga dari Samping Dulur atawa baraya ti gigir Saudara atau keluarga lainnya Dulur atawa baraya sejenna Bandung - Pancakaki adalah istilah bagi orang Sunda untuk menyebut silsilah keluarga atau garis keturunan. Sebutan-sebutan untuk garis keturunan atau saudara dijelaskan dalam pancakaki pancakaki ini perlu karena di Sunda ada adat yang mengharuskan anggota keluarga menyebut anggota keluarga dengan benar. Sehingga untuk mengetahuinya harus mengikuti aturan pancakaki buku Peperenian Urang Sunda, Rachmat Taufik Hidayat 2005 dijelaskan bahwa dalam adat istiadat orang Sunda, pancakaki memiliki dua arti. Yang pertama, pancakaki berarti hubungan orang dengan orang lain yang bertalian keluarga atau masuk dalam pancakaki berarti menelusuri riwayat kekeluargaan. Misalnya saat bertemu orang yang diduga memiliki hubungan kekeluargaan biasanya karena diketahui berasal dari satu kampung, biasanya akan ada percakapan seperti ini. "Cing, papanggih urang di pancakaki heula, perenah kumaha saenyana Ujang jeung Emang téh?". Yang artinya "Coba, cek di pancakaki dulu, bagaimana ini saya dan paman bisa ketemu dalam silsilah."Berikut ini pancakaki keluarga Sunda yang meliputi nama, istilah atau sebutan untuk keturunan, saudara dan hubungan keluarga lainnya. Keturunanbau-sinduk ibu/bapaknya gantung-siwur kait siwurgantung-siwur/kait siwur ibu bapaknya ugeg-udegudeg-udeg anaknya janggawaréng cucunya baojanggawaréng/canggahwaréng ibu bapaknya, aki buyutbao ibu bapaknya buyutbuyut ibu bapaknya kakek atau nenekaki bapaknyaa ibu atau bapaknini ibunya ibu atau bapakbapa laki-laki yang punya anak, suami ibuindung perempuan yang punya anak, istri bapakanak turunan pertamaincu turunan kedua, anakna anakbuyut anaknya cucubao anaknya buyutjangawaréng/canggahwaréng anaknya baoudeg-udeg anaknya jangawaréng, cucunya baogantung-siwur/kait-siwur anaknya udeg-udegbau sinduk anakna atau Keluarga dari Samping Dulur atawa baraya ti gigiradi saudara yang lebih mudalanceuk saudara yang lebih tuaemang/ paman laki-laki, adiknya bapak atau adiknya ibubibi perempuan, adiknya bapak atau ibutoa/ua kakaknya bapak atau ibu perempuan atau laki-lakialo/suan anak kakak atau anak adikkapiadi anaknnya emang/bibikapilanceuk anaknya uaincu teges anaknya anak kita, anak menantuanak teges anak sendiriaki teges bapaknya bapa atau ibu sendirinini teges ibunya bapak atau ibu sendiriincu ti gigir cucunya adik, anaknya alo atau anakna suanaki ti gigir lalaki, adiknya atau kakaknya aki atau nininini ti gigir awéwé, adiknya atau kakaknya aki atau niniua ti gigir anaknya kakak dari aki atau niniemang/paman ti gigir lalaki, anaknya adik dari aki atau ninibibi ti gigir awéwé, anaknya adi aki/ atau keluarga lainnya Dulur atawa baraya sejennabésan/warang ibu atau bapak menantu, mertua anakmitoha mertua ibu bapak suami atau ibu bapak istriminantu menantu laki-laki atau istri anakdahuan kakaknya suami atau istri adi beuteung adiknya suami atau istridulur pituin saudara aslidulur teges saudara seibu sebapakdulur pet ku hinis saudara seibu sebapak, saudara seibu sebapakdulu sabrayna/dulur misan anak paman, bibi, atau uamaru perempuan lain yang jadi istri suami maduindung téré istri bapak, tapi bikan yang melahirkan kitabapa téré suami ibu bukan yang menikahkan kitaanak téré anak bawaan dari suami atau istridulur téré saudara tiri anak ibu tiri atau bapak tiri dari mantan masing-masingcikal anak pertamabungsu anak terakhirpangais bungsu kakaknya bungsupopotongan mantan suami atau mantan istri sebelum menikah lagi dengan yang lainbaraya orang yang memiliki hubungan kekerabatanbaraya landes saudara dekatbaraya laér baraya nu nurutkeun pancakaki geus jauh perenahnasapiriumpi/saanak-incu sekeluarga, sejumlah anggota saudara turunan ketigabeuti-pamelaran sékésélér atau turunanbondoroyot/kulawedet keluarga, istri, anak cucu dan seterusnyabau-bau sinduk masih saudara meskipun jauhkaruhun leluhur yang sudah mendahului kitadeungeun-deungeun nu lian bukan saudaradeungeun haseum bukan saudara sedikitpunteu hir teu walahir bukan saudara sedikit punbibit buit turunan asliItu dia istilah pancakaki keluarga Sunda yang perlu kamu tahu. Semoga membantu. Simak Video "Tenda Pelantikan P3K Pemkab Tasik Roboh, Peserta Berhamburan" [GambasVideo 20detik] tya/tey Daribuku Bausastra Jawa karya Poerwadarminta (1939) serta berbagai sumber, berikut adalah istilah silsilah dalam bahasa Jawa pada level kekerabatan ke atas: 1. Eyang Galih Asem 2. Eyang Debog Bosok 3. Eyang Gropak Senthe 4. Eyang Gantung Siwur 5. Eyang Udheg-udheg 6. Eyang Wareng 7. Eyang Canggah 8. Eyang Buyut 9. Eyang (kakek/nenek) 10. Bapak/IbuQuoteMemahami Silsilah Keluarga Istilah “silsilah” niscaya memberikan asosiasi kepada nama-nama raja dengan leluhur serta keturunannya. Padahal, hubungan silsilah adalah milik semua orang. Setiap orang dapat menyusun silsilahnya sendiri, misalnya mulai dari buyut – bapak kakeknya – sampai pada buyut – anak cucunya. Masing-masing disertai dengan nama saudara-saudaranya serta anak cucu mereka. Niscaya silsilah itu akan merupakan batang pohon yang rindang, apalagi kalau masing-masing orang mempunyai banyak anak. Dalam setiap bahasa, setiap hubungan antara keluarga dalam silsilah niscaya ada namanya yang khusus. Dalam bahasa Indonesia yang saya ketahui, ke atas silsilah mentok pada “buyut”. Saya tidak tahu disebut apa ayah dan kakek buyut dalam bahasa Indonesia atau bahasa Melayu. Secara umum ada kata moyang atau nenek moyang. Kata moyang menurut KBBI berarti “nenek ayah, ibu, dsb.; leluhur”. Tidak jelas artinya apa. Dalam KUBI Badudu-Zain, moyang diartikan “orang tua kakek atau nenek; nenek moyang, para leluhur yang sudah meninggal; semua datuk yang terdahulu”. Dalam kedua kamus itu, ada buyut. KBBI menerangkan buyut sebagai “1. ibu dr nenek urutannya bapak/ibu, nenek, buyut. 2. anak dr cucu”. Sementara KUBI menerangkan buyut sebagai “1. ibu dr nenek, 2. anak dr. cucu.” Yang menarik ialah bahwa kedua kamus itu menerangkan arti buyut sebagai “ibu dari nenek”. Menarik karena keduanya tidak menyebut tentang “ayah dari nenek atau kakek”. Apakah dengan demikian buyut itu hanya berarti “ibu dari nenek”, sedang ayah dari nenek tidak? Bagaimana dengan “ibu dari kakek”? Tidak termasuk buyut jugakah? Apakah ada sebutan khusus yang lain untuk “ayah dari nenek” dan “ibu dari kakek”? Dalam Kamus Dewan yang disusun oleh Dr. Teuku Iskandar cetakan kedua, Kualalumpur, 1984, lema buyut diartikan “orang tua atau ibu kpd moyang yakni datuk kpd datuk”. Sementara lema moyang diartikan sebagai “bapak atau ibu kpd datuk, nenek bapak atau ibu” sementara “nenek-moyang” diartikan sebagai “datuk-datuk sebelum kita, leluhur”. Perkataan datuk tidak begitu populer di Indonesia kecuali bagi orang-orang Sumatra. Menurut KBBI, datuk adalah “bapak dr orang tua kita; kakek, aki” sedangkan menurut KUBI, datuk adalah “nenek laki-laki nenek moyang”. Dalam Kamus Dewan, datuk diartikan “bapak kpd ayah dan ibu seseorang”. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa menurut ketiga kamus itu, datuk sama dengan kakek. KBBI menyebut aki dari bahasa Sunda, demikian juga Kamus Dewan dalam keterangannya terhadap datuk sebagai panggilan, menyebut aki juga. Oleh karena itu, jelas bahwa dalam bahasa Indonesia dan Melayu sebutan silsilah ke atas hanya sampai buyut – itu pun kalau kita tidak mempertimbangkan kemungkinan istilah buyut baru masuk kemudian sebagai pengaruh dari bahasa Sunda atau lainnya. Bahasa Indonesia, begitu juga bahasa Malaysia, tidak mempunyai istilah untuk menyebut orang tua buyut dan ke atasnya. Dalam bahasa Sunda yang saya tahu, orang tua buyut disebut bao dan orang tua bao disebut jangga atau canggah dan di atasnya disebut jangga wareng atau canggah wareng. Di atas jangga wareng masih ada udeg-udeg dan kait siwur. Menurut Danadibrata, dalam Kamus Basa Sunda Bandung, 2006, di atas canggah wareng masih ada udeg-udeg, gantung siwur, gerpak, tambak galeng, dengdeng, gumbleng, dan amleng. Artinya sampai tingkat 13 dari ayah atau ibu, masih ada namanya dalam bahasa Sunda, walaupun tidak lagi terdengar digunakan sehari-hari. Saya sendiri hanya mengenal sampai gantung siwur yang disebut juga kait siwur. Akan tetapi, kecuali ke atas dan ke bawah, ke samping juga silsilah masih ada namanya. Adik ayah dan ibu disebut paman kalau laki-laki atau bibi kalau perempuan. Dalam bahasa Melayu disebut pakcik kalau laki-laki dan makcik kalau perempuan. Akan tetapi, makcik tidak masuk lema Kamus Dewan, walaupun tercantum dalam KBBI dan KUBI. Buat kakak ayah dan ibu dalam bahasa Melayu tidak ada sebutan yang umum. Mereka disebut sesuai dengan kedudukannya dalam urutan persaudaraan dengan ayah atau ibu, misalnya pak long sulung, pak ngah tengah, pak teh adik kelima atau keenam ayah atau ibu. Sebutan uak k-nya tidak diucapkan adalah pinjaman dari bahasa Sunda ua. Istilah pakde yang tercantum dalam KBBI merupakan pinjaman dari bahasa Jawa. Dalam bahasa Jawa sebenarnya ada juga sebutan khusus kepada kakak perempuan bapak atau ibu, ialah bude. Kata itu juga menjadi lema KBBI. Anak-anak saudara ayah atau ibu disebut saudara sepupu atau misan. Menurut KBBI, saudara misan dalam masyarakat Sunda adalah saudara senenek, sedangkan dalam masyarakat Jawa adalah saudara sebuyut. Akan tetapi, dalam bahasa Indonesia biasanya diartikan saudara sepupu satu nenek atau kakek. Istilah kemenakan digunakan untuk menyebut anak saudara. Istilah keponakan dipinjam dari bahasa Jawa atau bahasa Jakarta. Digunakan baik untuk menyebut anak kakak ataupun anak adik. Hal itu berlainan dalam bahasa Sunda. Anak kakak disebut alo sedangkan anak adik disebut suan. Juga nama-nama keturunan dalam bahasa Indonesia mentok sampai buyut, baik ke atas maupun ke bawah, sedangkan dalam bahasa Sunda bisa sampai kait siwur bahkan sampai amleng. Akan tetapi, saya kira hampir tidak ada orang yang mencatat silsilahnya sampai sejauh itu. Berlainan dengan orang Arab yang merasa bangga menyebut nama nenek moyangnya setinggi mungkin, bangsa kita umumnya sudah merasa puas kalau tahu nama Mengenal Silsilah“Pentingkah Memahami Silsilah Keturunan?” Suatu ketika ada seorang anak lelaki yang memutuskan kuliah ke luar kota namun tetap dalam satu provinsi. Ia memutuskan untuk kuliah dan belajar hidup mandiri dengan hidup berjauhan dengan orang tua. Beberapa tahun lamanya di tempat kuliah, ia bertemu dengan banyak teman dan kenalan baru. Termasuk bertemu dengan seorang gadis yang membuatnya jatuh cinta. Perkenalan pun berlanjut tahap demi tahap hingga mereka menjalin hubungan bak sepasang kekasih. Mereka saling mencintai satu sama lain. Beberapa waktu kemudian saat liburan, si anak membawa si gadis yang menjadi kekasihnya itu pulang kerumah dengan maksud mengenalkannya kepada orang tua. Orang tua si anak terlihat terbuka dan menerima kedatangan dan maksud baik anaknya itu. orang tua si anak mengajak si gadis bercerita banyak hal termasuk keluarga dan orang tuanya. Alangkah terkejutnya orang tua pemuda tersebut ternyata keluarga si gadis mempunyai hubungan kekerabatan dengan keluarganya. Alhasil, tentu hubungan mereka tidak bisa dilanjutkan. Ternyata mereka memiliki hubungan kekerabatan yang tak akan bisa disatukan menjadi suami istri. Jika mereka tetap melakukannya tentu akan mendapat sanksi sosial dari adatnya. Padahal mereka sudah saling mengasihi. Ternyata hubungan mereka harus dikandaskan lantaran ternyata mereka itu berkerabat. Itu semua terjadi akibatnya kurangnya pemahaman dan pengetahuan dari masing-masing anak tentang silsilah keluarga dan kekerabatannya sendiri. untunglah mereka belum melakukan hal macam-macam dan belum melangkah ke tahap yang lebih serius. Jika sampai dilakukan, bayangkan apa yang akan terjadi selanjutnya! ———————————————————————- Dari kisah diatas, apa yang bisa kita ambil pelajaran? Ternyata begitu pentingnya bagi kita semua untuk mengetahui dan memahami silsilah keluarga kita sendiri. penting bagi kita untuk memiiliki pengetahuan mengenai hubungan kekerabatan dan pertalian darah antara kita dan kerabat kita di luar sana. Dalam budaya masyarakat Minangkabau, sesuai dengan pengamatan saya selama ini hal ini amat ditekankan sekali. Hubungan kekerabatan antar sesama anggota keluarga sangat dijaga. Setiap keluarga akan mengenalkan anggota keluarganya dengan anggota keluarganya yang lain. Misalkan saat momen hari raya dan acara-acara penting seperti upacara pernikahan, kematian dan upacara adat lainnya, setiap keluarga akan memberi pemahaman kepada keluarganya bahwa mereka memiliki hubungan kekerabatan dengan keluarga tersebut dan semacamnya. Sehingga anggota sebuah keluarga akan paham mengenai silsilah keturunannya. Saudara dari orang tuanya, kerabat dari orang tuanya, saudara dari orang tua dari orang tuanya sendiri, kerabat dari orang tua dari orang tuanya dan seterusnya keatas dan kebawah. Sesuai dengan garis keturunan, pertalian darah dan hubungan kekerabatan. Tidak hanya itu, termasuk dalam contoh kasus diatas tadi. Bahwa biasanya keluarga akan memberi tahu anggota keluarga atau kerabatnya yang berada di luar daerah. Sehingga saat anggota keluarganya berada di luar daerah yang di daerah tersebut terdapat kerabatnya maka mereka bisa tetap menjalin hubungan baik sesama anggota keluarga. Sebenarnya begitu penting bagi kita untuk mengetahui dan memahami silsilah kelurga dan hubungan kekerabatan kita. Banyak manfaat dan hal penting lainnya yang akan kita peroleh, dintaranya 1. Menjaga hubungan baik sesama anggota keluarga. Dengan mengetahui silsilah keluarga kita bahwa kita memiliki hubungan dengan keluarga yang lain. Dengan begitu tentu akan berusaha untuk menjaga hubungan tetap harmonis dan terjaga baik. 2. Memberi dukungan di saat susah dan berbagi kebahagian di saat suka. Dengan mengetahui bahwa kita memiliki saudara dan kerabat tentu kita dapat berbagi suka dan suka bersama mereka. Begitu pun sebaliknya, mereka juga bisa melakukan hal yang sama. Sehingga dengan demikian kesedihan dan kebahagiannya kita bisa lebih bermakna. 3. Menghindarkan kejadian akibat miss communication. Contoh kasus diatas tadi merupakan kasus akibat kurangnya komunikasi antar sesama anggota kelurga. Sehingga masing-masing anggota keluarganya tidak memahami secara baik hubungan kekerabatannya dengan anggota keluarganya yang lain yang berada di tempat yang terpisah jauh. 4. Menyadari bahwa kita tak sendiri. Dengan mengetahui hubungan kekerabatan dan tali persaudaraan antara masing-masing pihak tentu ia sadar bahwa selama ini ia hidup tidak hanya sendiri. bahwa ia ternyata memiliki banyak orang yang memiliki kaitan dan hubungan dengan keluarganya. 5. Menghindari terjadinya sikap individualistik. Akibat gaya hidup urban yang terjadi saat ini membuat masyarakat bersikap lebih individualistik. Sikap seperti tidak hanya terjadi di masyarakat yang hidup di perkotaan namun juga yang hidup di kampung. Namun hal tersebut masih bisa dicegah dengan cara menjaga hubungan dengan sesama kerabat yang kita miliki. 6. Melestarikan garis keturunan. Dengan memiliki pengetahuan terhadap hubungan kekerabatan maka hal tersebut mampu menaga dan melestarikan silsilah keturunan kita. Sehingga tak ada istilahnya telah terputusnya garis keturunan dari sebuah anggota suku atau adat. Dengan demikian tentu garis keturunan kita akan terpelihara dengan baik dan aman. Dari poin-poin diatas maka kita dapat mengetahui bahwa memiliki pengetahuan dan pemahaman yang baik tentang keturunan dan kekerabatan adalah hal yang amat penting. Selain poin diatas ada banyak poin lain sebenarnya. Jika kurang, silahkan anda tambahkan sendiri di kolom komentar. Jadi intinya… sangat penting bagi kita semua untuk memiliki pengetahuan dan pemahaman tentang garis keturunan, kekerabatan dan tali persaudaraan yang melekat dalam kehidupan kita di masyarakat. Oke… ^_^QuoteContoh Silsilah Keluarga Lihatnya dari bawah ke atas. Jadi yang di bawah lebih tua daripada yang di atasnya. Sumber * Silsilah * Pentingkah Memahami Silsilah Keturunan? * Silsilah Keluarga Donal Bebek * Pengamatan sendiri 18-01-2015 1325
Berikutini nama-nama garis keturunan dalam bahasa Sunda: - anak = turunan pertama (anak ayah dan ibu) - incu = cucu; turunan kedua, anaknya anak. - buyut = anaknya cucu. - bao = anaknya buyut. - janggawaréng/canggahwaréng = anaknya bao. - kait siwur = anak janggawaréng. - bapa = bapak - indung = ibu - aki = kakek, ayahnya ibu/ayah
- Adjarian, kali ini kita akan mempelajari istilah keluarga besar dalam bahasa Sunda atau pancakaki ke samping. Istilah ini bisa kita gunakan untuk memanggil atau menyebut keluarga kita agar tepat penggunaannya. Contohnya dalam menyebut kakak atau adik dalam bahasa Sunda memiliki istilah yang berbeda dengan cara kita memanggilnya. Kita bisa menyebut kakak baik laki-laki atau perempuan dengan istilah lanceuk. Sedangkan adik baik laki-laik maupun perempuan dengan istilah adi. Namun, istilah yang biasa digunakan untuk memanggil kakak laki-laki dalam bahasa Sunda adalah aa. Sedangkan kakak perempuan adalah teteh. Masih banyak lagi istilah pancakaki ke samping atau anggota keluarga besar dalam bahasa Sunda yang bisa kita pelajari. Yuk, kita simak dan pelajari bersama, Adjarian! Baca Juga Contoh Kalimat Permohonan Maaf dalam Bahasa Sunda beserta Artinya Nama-nama istilah pancakaki ke samping 1. Lanceuk dulur sadarah lalaki atawa awéwé anu leuwih kolotXNglo8v.