KelanjutanCerita Sex Dengan Penjual Jamu Keliling. kemudian dіа lаngѕung mеnjоngkоk dі hаdараn ѕауа dаn mengelap. іnі аdаlаh kеѕеmраtаn еmаѕ mеlіhаt payudaranya. maju mundur maju mundur terlihat bukitnya bеrgоуаng dengan іndаh tapi tetap putingnya tіdаk kеlіhаtаn tарі mеlіhаt ѕераruh dаdаnуа ѕudаh сukuр bаgіku.
Hai, nama saya Andi. Ini kisah saya liburan ke ke rumah ortu saya di suatu kabupaten yang terletak di lereng pegunungan karena lagi libur pergantian semester di universitas saya. Pada saat itu saya sedang duduk-duduk di teras sambil menghirup udara segar tidak seperti di bandung yang sekarang sudah mulai tercemar polusi. kemudian setelah berselang beberapa menit, kemudian ada seorang wanita menggunakan capil topi bambu berbentuk kerucut yang biasanya dipakai petani dan menggendong sebuat bakul yang berisi botol-botol bekas syrup. Mukanya tidak kelihatan karena ditutupi capil coklatnya tapi terlihat dari tanganya kalau dia berkulit putih. mungkin karena saya lama memerhatikanya dia kemudian dia masuk dari pagar yang terbuka dan masuk keteras. “jamunya tuan…..” kemudian dia membuka capilnya. terlihat seorang wanita yang kira-kira berumur 28 tahun. mukanya cantik sekali, putih mulus dan tak satupun jerawat hinggap di wajah cantiknya. “jamunya ada apa aja mbok” “ada jamu kuat, encok, pegel linu, cekot-cekot, asam urat dst. macam-macam sampai pusing mendengarkanya” “waduh maaf mbok, saya nggak sakit” “oh… kalau begitu minum jamu ini aja mas, ini buat sehari-hari supaya tetap sehat” “ya udah deh mbok, yang itu aja…” kemudian dia mengeluarkan sebuah gelas kaca dan mulai tanganya mengambil bermacam-macam botol dan menuangakanya ke gelas itu seperti bartender. Saya diam diam meliahatnya dari ujung rambut sampai ujung kaki. rambutnya yang hitam panjang dan lurus menghiasi wajahnya yang bersih itu. dan terlihat badannya sangat sintal dan langsing singset dan kaki putihnya yang tidak ditumbuhi bulu-bulu. Terlihat dia sangat merawat dirinya. mungkin dirinya rajin minum jamunya itu. dari atas melihat gundukan payudaranya dibalik bajunya. terlihat payudaranya yang SANGAT BESAR dan kencang itu. rupanya dia tidak menggunakan BH. tapi tetap saya kesulitan melihat putingnya karena bajunya ketat. tapi putingnya pun tidak terlihat karena bajunya tebal “ini mas jamunya” “triam kasih” kemudian saya minum jamunya sedikit demi sedikit sambil melihat wajahnya yang cantik itu sambil berbincang-bincang “waduh mbok, jamunya enak banget” “trima kasih mas…” “andi, nama saya andi. nama mbok siapa” “nama saya Sumirah” “panggilanya siapa mbok sumirah?” “terserah mas” “kalo manggilnya mbok mirah boleh nggak?” “boleh mas, tapi jangan panggil saya mbok, saya kan belum nenek-nenektertawa kecil” “iya mirah kamu masih muda, cantik lagi” “ah mas bisa aja deh” “pasti suami kamu pasti senang sama kamu” ucapan ini tersirat untuk menanyakan statusnya karena biasanya disini orang kawin pada umur 20 tahunan “saya belum kawin mas” “ohh begitu toh” “ngomong-ngomong mirah sudah jualan jamu sejak kapan?” “sudah 7 tahun” “ohh gitu toh mbak, oh ini mbak sudah habis” kemudian saya memberikan gelas kepadanya “3000 mas” kemudian saya berdiri dan mengambil dompet saya di kantong dan mengambil selembar 5000 an “ini mbak” kemudian saya menyenggol tanganya. halus sekali. “ini mas kembalianya” kemudian saya menyenggol tanganya kembali kemudian dia pergi dan menjajakan ketempat lain. kemudian keesokan harinya saya ingin bertemu dia lagi sehingga saya kembali menunggu di teras rumah di pagi hari. cukup lama saya menuggunya sekitar setengah jam. tapi ujung hidungnya belum tampak juga. kemudian saya masuk kerumah. kemudian sekitar 3 jam kemudian terdengar sebuah ketukan di pintu depan. kemudian saya buka pintunya dan ternyata yang datang rupanya si mirah. “mas andi, jamunya lagi nggak?” “wahh… dari tadi sudah saya tunggu-tunggu kok nggak datang” “iya mass tadi saya lagi nganter anak saya ke sekolahan” kemudian saya bingung, “belum kawin kok punya anak sih?” gumamku kemudian saya ajak ke dalam rumah saya “ayo mbak masuk aja” “trima kasih mas” kemudian dia langsung masuk kerumah saya dan melepaskan sendal kumalnya di depan “eh mirah jangan dibuka sendalnya!” “nggak papa mas nanti ngotorin lantai mas aja” kemudian dia masuk kerumah dan duduk beralas ubin “em mirah kok duduk disitu sih” “kan kebiasaan saya begini mas, masa tukang jamu duduk di kursi, kan nggak sopan?” “ini kan di ruang tamu jadi nggak apa-apa ayo duduk” kemudian dia duduk di sofa. “nah gitu dong nanti kalo duduk di lantai masuk angin lo…” “iya mas” “oh ya mirah, kemarin minumanya bikin saya sehat dan bertenaga” “maksih mas, mas mau minum itu lagi?” “iya mirah” kemudian dia mulai meramu minumannya. tapi perbincangan kami membuatnya berhenti sebentar-sebentar “mirah, biasanya yang laku itu jamu apa?” “oh, biasanya jamu buat perempuan sama jamu kuat mas” “jamu buat perempuan itu apa aja?” “jamu pembesar dan pengencang payudara dan pantat, kulit putih dan mulus & jamu rapet mas. biasanya pagi-pagi saja sudah laku mas” rupanya menedengar begini saya penis saya sudah berdiri separo “oh gitu toh, pantesan yang punya cantik sekali” “ah mas bisa aja deh” katanya tersipu malu “abis itu tetek kamu juga besar, pasti sering minum jamunya ya” “ah mas ngga enak loh didengar orang” “tenang mbak santai saja di sini cuman kita berdua, tapi yang tadi beneran lo mbak” “oh itu gara-gara saya harus minum tiap hari” “kok harus?” “iya karena kalau rasanya beda berarti racikanya beda mas jadi hasilnya juga beda mas” “oh gitu toh, ngomong-ngomong tadi mbak ini janda ya?” “nggak mas” “ngangkat anak angkat?” “nggak mas, kok pertanyaannya seperti itu sih?” “anu mbak saya bingung kok katanya nganter anaknya tapi belum nikah” kemudian dia menumpahkan air jamunya ke lantai “maaf mas nggak sengaja” “enggak saya yang minta maaf saya lancang, saya mau ngambil pel dulu” kemudian saya mengambil pel lantai di sudut ruang dan membawanya ke ruang tamu “udah mas saya aja ngelap” sebetulnya saya ogah-ogahan jadi langsung memberi pelnya ke mirah “ini mirah” kemudian dia langsung menjongkok di hadapan saya dan mengelap. ini adalah kesempatan emas melihat payudaranya. maju mundur maju mundur terlihat bukitnya bergoyang dengan indah tapi tetap putingnya tidak kelihatan tapi melihat separuh dadanya sudah cukup bagiku. kemudian setelah itu dia kembali meramu jamunya “sebetulnya begini mas, kisahnya memalukan mas… saya pacaran di desa terus main gituan sama dia, tapi dia melarikan diri” “waduh maaf mirah kalau begitu” “udah mas nggak papa, semuanya sudah terjadi nggak bisa kembali, lagipula ini juga salah saya, ini mas jamunya” “ya makasih” kemudian saya mengambil gelas penuh jamu itu dari tanganya “saya jadi kepikiran mas” “udah mas, itu kan masa lalu” kemudian saya meneguk jamunya kembali “mas emang udah pernah main gituan ya?” “ya, emang kenapa?” “nggak mas emang nggak takut hamil”, rupanya gadis ini gapsek gagap seksual “mas kan punya ilmu biar nggak hamil” “ah mas bisa aja deh…” “betulan, mas nggak bohong” “trus kesakitan nggak mas?” “enggak, malah mau lagi” “ah mas bohong ah” “iya betulan” “mas keliatan bohongnya, buktinya dulu saya begituan sakit” “emang sama mantan pacar kamu diapain?” “dulu pacarku pernah remas-remas itu saya, sakit mas, terus dia nunjukin itunya, saya ngeri mas ada bulunya kriwil-kriwil hiii” saya tertawa mendengar ini “terus gimana mbak?” “dia masukin itunya ke ini saya mas, perih banget mas trus pas dikeluarin ada darahnya mas, trus saya juga pernah ngeliat orang begituan mas di mobil, pas dicium dileher, perempuanya mangap-mangap mas, trus lehernya merah jadi takut padahal ibu-ibu yang beli jamu suka ngobrol katanya sama suaminya begituan senang banget” “itu tandanya perempuanya keenakan rah , terus yang dikatain ibu-ibu itu bener rah” “tapi kok saya sakit, apa saya kelainan mas?” “nggak, kamu nggak kelainan, pacar kamu yang kelainan, mas bisa buktiin kalo begituan itu enak” “nggak ah mas, nanti anak saya jadi dua deh, susah mas” “lho… kan tadi mas sudah bilang, mas kan punya ilmu biar nggak hamil” “bukan ilmu hitam kan mas?” “iya dong, gimana, mau nggak?” “nggak mas, trima kasih nawarin” “eh mirah, mas nggak nawarin dua kali lho, mas janji kamu nggak hamil dan nggak sakit seperti yang kamu lakuin sama pacar kamu” “gimana ya mas” “udah bilang ya aja susah banget, mas bikin kamu keenakan bahkan mau lagi” “tapi mas janji ya, kalo nggak mas saya laporin ke polisi lo mas” “iya” kemudian dia mengangguk-angguk kecil. berarti sudah ada lampu hijau buat saya. kemudian saya mendekatinya dengan duduk di sampingnya. saya berusaha mendekatinya. tapi iya bergeser menjauhiku terus-menerus, tapi akhirnya dia dipojok juga. “rah, kalo kamu minggir terus, kamu nggak dapat enaknya nanti” “saya ndredeg deg-degan mas” “kalo gitu kamu merem ya” kemudian dia merem. saya mendekatakan bibir saya ke mulutnya. kemudian saya mencium bibit merekahnya itu kemudian setelah itu saya melepaskan bibir saya “gimana rah?” “enak mas” “ini ada yang lebih enak, caranya nanti mulut kamu kebuka terus lidah kita ketemu” “ih mas jijik” “kamu kan belum rasain, kamu coba dulu, pas ti ketagihan” kemudian dia membuka mulutnya. kemudian saya memiringkan kepala saya dan mendekatakan kepala saya dan kami melakukan french kiss. “hmpphh…hmpph…” katanya yang membuatku bergelora. rupanya tanganya mendorong keras punggungku seakan-akan tidak ingin melepaskanku. kemudian terasa juga payudaranya dan putingnya di dadaku. konstan penisku naik dan sudah menempel di pinggangnya di balik bajuku. tanganku juga dipunggungnya juga merayap-rayap dan tangan saya surun ke bokongya yang bulat itu. tak puas dengan bibir sensualnya itu, saya naik ke kupingnya. kupingnya saya gigit-gigit kecil dan lidah saya dengan nakalnya saya masukan kelubang telinganya. tercium aroma samponya. “mas, geliii mas uhh sshhh ahhh” cukup lama saya bermain dengan kupingnya kemudian saya turun ke lehernya dan menggigit kecil lehernya “hmmpph ahh…uhh…” desahanya berulang kali dan makin lama makin keras. tangan saya yang tadi di pantatnya sekarang sedang membuka kancing bajunya. “sshhh mas apa-apaan nih ahh uhhh jangan mas ochhh” tetapi saya terus melanjutkannya sambil menggigit-gigit kecil lehernya. kemudian setelah membuka kacaningnya. FANTASTIS! tertampanglah sebuah sepasang buah dada sempurna!, tidak menggantung, bulat,besar montok seperti buah semangka yang sudah siap untuk dipanen. lebih besar dari punyanya paini. kemudian saya turun di dadanya dan membenamkan muka saya diantara dua bola basket itu dan kedua tangan saya memegan dua payudara itudan menjepitkan muka saya. ohh enaknya, muka saya seperti dipijit-pijit. kemudian setelah itu saya mulai meremas-remas payudaranya “ochhh… mass geli aduh ahhh…” katanya bertubi-tubi. kemudian saya mulai mengemut payudara kananya dan tangan kiriku melemas gunung satunya. saya mulai menggigit putingnya yang sudah menegeras dan menyedot payudaranya dengan kekuatan vacum cleaner “mas ngilu ahh… enak… terus mas ouch ouch” desahanya sambil menggelinjang tak karuan. setelah cukup lama kemudian saya berpindah kepayudara kirinya dan sekarang tangan kanan saya mulai meremas payudara kanannya yang bahsah terkena air liuruku. bedanya di payudara kiri terasa lebih keras dari pada yang kanan. saya pun bersemangat. kemudian setelah itu kedua tangan saya turun lagi dan menurunkan resletingnya di belakang. kemudian setelah itu saya melepaskan kancingnya dan terlihatlah sebuah pemandangan yang nggak kalah serunya sama bukitnya. Terlihat pahanya mulus tak berbulu dan saya mulai mengelus-elus kedua tangan saya di pahanya. rupanya dia kegelian “mas geli mas uhh” katanya sambil bergoyang. setelah itu saya menurunkan celana dalamnya yang berwarna merah muda dan ada simbol talinya berwarna merah yang terlihat sudah basah di depannya. “mas jangan mas” tapi tidak saya hirau kan perkataanya dan saya turunkan CD-nya dan tertampaklah sebuah vagina yang sudah basah dan menggembung dan pink merekah serta dihiasi asesoris bulunya yang tipis dan haitam itu dan setelah itu hidungku saya benamkan di lubanganya itu “eh mass mau diapain ahhh mas geli mass uhh… ouch… ouch…” dan saya gesekan ke atas dan ke kiri. setelah itu, giliran lidah saya yang beraksi. saya memasukan lidah saya dan menggerayapi vaginanya. dia berdesah lebih keras lagi “mas ach..ach terus mas” katanya sambil menjambakku. kemudian akhirnya saya menemukan klitorisnya. desahan nya lebih keras lagi. “mas terus mas jangan stop mas terus ahhhhh ahhhhh”. kemudian setelah beberapa menit, “mas mau keluar mas” kemudian setelah berselang beberapa detik dia memuncratkan cairanya ke muka saya “mas maaf nggak sengaja” “nggak papa kok” kemudian saya yang saat itu masih berpakaian lengkap saya buka sampai telanjang bulat. rupanya ia ngeri punya saya yang dihiasi bulu bulu hitam “mas saya takut mas…” “udah, nggak papa kok, sekarang kamu emut konthol saya” “di emut mas?” “iya diemut” “enggak mau mas” “lho kan tadi saya emut itu kamu masa kok saya yang diemut kok nggak mau” “jorok mas, kan itu buat pipis” “tenang rah, saya kalo cebok selalu pake sabun, terus jembutnya saya sampoin kok, tenang aja rah” kemudian dia mulai mendekatakan mulutnya dan dia masih taku “ayo rah, pegang punya saya” “iya mas” tetapi tanganya hanya di keatas kan, tapi tidak menyentuhnya, karena tidak sabar, saya menggapai tanganya dan langung mendekatkan tanganya ke penisku dan saya tuntun tanganya untuk mengocok penis saya. kemudian kepalanya saya pegang dan saya dekatkan ke penis saya. enak sekali rasanya, meskipun awalnya rada sakit kena giginya tapi kemudian teratur, begini rasanya dikocokin sama orang yang biasa megang botol jamu jadi kocokanya lebih enak dan nyaman seperti pengocok profesional, maju mundur maju mundur gerakanya sangat sempurna. “ahh mairah terus, kamu pintar ahh terus mirah uhhhh” saking enaknya. dan beberapa menit kemudian “mairah saya ingin keluar dan akhirnya “crruuut” saya mengeluarkan mani saya dimulutnya kerena lupa memberitahukannya. “mas kok di mulut saya sih mas?, kan jijik tauk…” katahnya sambil membuang mani di mulutnya “udah di telen aja” “mas jangan sembarangan dong, masa ditelen?” “kamu tau nggak, itu isinya protein semua, bahkan khasiatnya bisa ngalahin jamu kamu” “ah mas kerjaanya bohong” “mas nggak bohong, betulan kok” “kalo tau gitukan nggak saya buang mas, kalo gitu sekali-sekali dimasukin botol aja mas biar buat campuran jamu saya” aneh-aneh saja mirah ini “mirah tolong bikinin jamu penambah tenaga biar mas kuat” “iya mas”, kemudian dia mulai mengeluaran gelas dan mulai meramu lagi. saya pun tidak tinggal diam. saya duduk dibelakangnya dan kedua tangan saya memilin-milin putingnya “mas, nanti tumpah loo” tapi tidak saya hiraukan malah saya sambil cium tengkuknya “mas geli mas mau tumpah lo mas” kemudian setelah itu jamunya jadi saya suruh mirah memasukannya ke mulutnya tapi tidak ditelan kemudian setelah itu saya suruh berbalik badan dan kemudian kami french kiss lagi dan mentransfer airjamunya ke mulut saya. setelah jamunya habis saya telan, saya meremas payudaranya. efeknya jamunya dahsyat, setelah beberapa detik meminumnya, badan saya terasa panas dan penis saya berdiri lagi, urat-uratnya terlihat lebih menonjol dibanding sebelumnya kemudian setelah itu saya suruh mirah untuk tiduran “mirah, kamu siap ya” “iya mas. tapi janji beri saya kenikmatan tapi jangan beri saya anak ya mas” “iya” kemudian pertama kali saya menggesek-gesekan terlebih dahulu penis saya ke sekitar lubangnya “mas enak mas udah mass masukin saja mass ahhhhh” kemudian saya mulai memasukin liang surgawinya yang sangat kecil itu, bayangkan, saya meniduri seorang wanita yang meminum jamu rapet selama bertahun-tahun padahal tidak pernah behubungan. pasti sangat kecil sekali dan mengalahkan lubang orang perawan. tadi saja hampir tidak terlihat dibalik jembutnya. sehinggga saya juga sedikit kesusahan karena terlau sempit tapi perlahan lahan saya akhirnya berhasil memasukan seperempat dan perlahan-lan akhirnya penuh juga. setelah ful baru saya oper ke gigi 6. dengan gaya konvensional, saya mulai menjalankan kontak sexual. “ah ah ah uh mas och ouc yess ochhhh ahhhh terus mas ahhh” desahanya yang mengundang birahi siapapun yang mendengarkanya. enak sekali dijepit dengan vagina super sempit ini. enak sekali rasanya ahhh. melihat payudaranya yang juga bergerak. menambah semangatku untuk memuaskanya, setelah sepuluh menit, saya minta kepada mirah untuk berposisi doggy style. enak sekali, ini adalah posisi paling enak dengan bakul jamu ini, tak lupa saya meremas pantatnya yang semok itu dan sesekali memukulnya, dan tak lupa juga saya memegang rambutnya dan menariknya seperti naik kuda “yes yess ah ah ah enak terus mirah” genjotanya RUARR BIASA pijatanya yang memijat penisku enak sekali dan beberapa menit kemudian si mirah akhirnya orgasme juga. setelah itu saya capek menggoyangkan pingang saya saya suruh mirah sekarang untuk posisi woman on top. sambil tiduran yang mirah diatas saya sambil bergerak keatas-kebawah tangan saya meremas payudaranya yang extra besar dan extra empuk. beberapa menit kemudian saya ingat janji saya pada mirah, saya yang juga ingin keluar langsung melepaskan penis saya dan melepaskan mani saya di lantai. kami berdua mengehentikan permainan ini karena permainan kami cukup lama 40 menit gara-gara pengaruh jamu kuatnya mirah bahkan mirah orgasme 3kali. “gimana mirah, enak kan?” “iya mas, betul kata mas” “lain kali kalo kamu mau kamu tinggal ke rumah saya kalo sedang liburan kesini” “iya mas, terima makasih ya mas” “iya” Kemudian kami saling bericiuman. “mas, saya hampir lupa, jamu sehat sama jamu kuat jadinya 7000 mas” masih aja ingat jamunya “ini mirah kamu saya kasih bonus jadi 50 ribu” disini uang dua puluh ribu saja sudah dibilang banyak Setelah ini kami sering kontak fisik dengan mirah baik dirumahnya apabila anaknya kesekolah maupun dirumah saya dan tidak lupa saya kasih uang kadang-kadang buat bayar sekolahan anaknya.
ceritapanas dewasa - Pada dasarnya, gua ini orang yang senang bergaul. Gua orang yang gemar berada dalam sebuah komunitas atau perkumpulan. Diruko tukang jamu, eh, ruko tukang bakso. Satu jam berlalu sambil ngobrol ngalor-ngidul sama kang bakso yang tau muka tapi tidak tau nama gua, begitu pun dengan gua sendiri. Akhirnya kami pun
Namaku Ratih, umurku 18 tahun. Tinggiku hanya 158cm tidak begitu tinggi dan cukup langsing. Menurut orang-orang sekitarku aku memiliki paras yang cantik dan menarik, selain itu dadaku cukup padat dan montok dengan ukuran 36A. Cerita Dewasa Terbaru - Setahun yang lalu aku menikah dengan Deden, seorang buruh tani yang belum memiliki pekerjaan tetap. Meski demikian, aku sangat menyayangi Deden apa adanya. Untuk dapat memenuhi kebutuhan sehari-hari, aku bekerja sebagai penjual jamu gendong keliling, di desa tempat tinggalku daerah Jawa Tengah. Aku tidak sampai hati memaksa Deden untuk memenuhi seluruh kebutuhan keluarga seorang diri, sehingga dari pagi hingga sore aku bekerja tanpa mengenal lelah. Belum lagi tanggunganku terhadap Ibuku yang sudah lanjut usia dan mulai sakit-sakitan. Tapi apa mau dikata, semua ini demi keadaan yang lebih Dewasa Terbaru - Saat ini aku sudah hamil 4 bulan, perutku sudah mulai membesar meski belum begitu terlihat. Deden pun semakin perhatian, ia sering berangkat bekerja lebih siang untuk membantuku membuat jamu yang akan kujual. Aku senang, meski begitu aku tetap menyuruh Deden bekerja tepat waktu karena aku tidak mau upahnya dipotong hanya karena terlambat. Kami berdua sangat rukun meski keadaan ekonomi kami cukup Seks Terbaru - Seperti biasa, pagi-pagi aku berangkat ke pasar untuk membeli bahan-bahan daganganku. Semua tersusun rapi di dalam keranjang gendong di punggungku. Sampai rumah aku racik semua bahan-bahan tadi dalam sebuah kuali besar dan aku masukkan dalam botol-botol air mineral ukuran besar.“Wah, rajin sekali istriku.” Deden menyapaku dan memberikan sebuah kecupan hangat di keningku. Aku pun membalasnya dengan ciuman di pipinya sebelah kanan.“Sudah mau berangkat ke ladang Pak Karjo?” Tanyaku. “ Iya, mungkin sebentar lagi, hari ini ladangnya akan ditanam ulang setelah kemarin panen.” Mungkin nanti aku tidak bisa mengantarmu sampai ujung jalan karena Pak Karjo akan marah jika aku sampai terlambat.” Jawab suamiku.“ Tidak apa-apa, ini semua kan demi keluarga kita.” Aku meyakinkannya sambil mengelus pipinya.“Tapi nanti hati-hati Ratih, ingat kamu sedang hamil. Aku tidak mau terjadi apa-apa dengan anak kita.” Iya, suamiku.” Jawabku mengakhiri obrolan kami. Sebentar saja suamiku minta pamit padaku untuk segera berangkat ke ladang Pak Karjo. Tak lupa aku memberikan rantang berisi makanan yang tadi telah aku Seks Terbaru - Setelah sedikit berbenah, akhirnya semua jamu sudah aku siapkan dan sudah aku masukkan ke keranjangku. Waktu juga sudah menunjuk pukul berarti sudah saatnya aku mulai menjajakan jamu. Sebelumnya aku siap-siap dahulu dengan mengenakan kaos pendek warna putih dan rok selutut. Aku gendong keranjang berisi bermacam-macam jamu, aku kaitkan dengan selendang dengan tumpuan diantara dua payudaraku. Sehingga dadaku nampak menonjol sekali, belum lagi bawaan jamu yang cukup berat yang membuatku sedikit membusung hingga mencetak dengan jelas kedua dadaku. Setelah semuanya siap, aku segera berangkat berkeliling menjajakan jamu, tak lupa aku mengunci pintu depan dan belakang rumah warisan ayah Deden. Setiap hari rute perjalananku tidaklah sama, aku selalu mencari jalan baru sehingga orang-orang tidak akan bosan dengan jamu buatanku. Karena setiap hari aku bertemu dengan orang yang berbeda. Kali ini aku berjalan melewati bagian selatan desaku. “ Jamu, Jamuuu.” Begitu teriakku setiap kali aku melewati rumah penduduk. “ Mbakk, Mbakk, Jamunya satu.”Teriak seorang wanita.“Mau jamu apa mbak?” tanyaku. “ Kunir Asem satu gelas saja mbak.” Pintanya. Segera aku tuangkan segelas jamu kunir asem yang aku tambahkan sedikit gula merah. Setelah itu aku berkeliling menjajakan jamu kembali. Siang itu begitu terik, hingga kaosku basah oleh keringat. Tapi aku tak peduli, toh penjualan hari ini cukup lumayan. Paling tidak sudah balik modal dari bahan-bahan tadi yang melangkah menyisir hamparan sawah dengan tanaman padi yang sudah mulai menguning. Memang mayoritas pekerjaan penduduk di Daerah tempatku tinggal adalah petani. Sehingga mulai dari anak-anak hingga dewasa sudah terbiasa dengan pekerjaan bercocok tanam. Aku melanjutkan perjalananku dan melewati sebuah gubuk sawah dimana para buruh tani sedang beristirahat karena sudah tengah hari. Belum sempat aku menawarkan mereka jamu, salah satu dari mereka sudah memanggil. ”Mbak, mbakk, jualan apa mbak?” tanya salah seorang dari mereka. “Anu, saya jualan jamu mas, ada jamu kunir asem, beras kencur, jamu pahitan, dan jamu pegel linu.” Jawabku sambil menunjukkan isi keranjangku.” Ohh, kalau begitu saya minta beras kencurnya satu mbak.” kata salah seorang dari mereka. Segera kuturunkan keranjang bawaanku dan memberikan semua ada bertiga, salah satu dari mereka sepertinya masih smp. Aku duduk di pinggir gubuk tersebut. Sembari beristirahat dari teriknya siang hari. Mereka mengajakku berkenalan dan mengobrol sembari meminum jamu buatanku. “wahh, sudah berapa lama mbak jualan jamu?” Tanya Aji yang memiliki tubuh kekar dan hitam. “ kurang lebih setahun mass, ya sedikit-sedikit buat bantu orang tua.” jawabku sekenanya. “wah sama dengan dewo, dia juga rajin membantu orang tua.” Potong Abdul yang kurang lebih seumuran Aji, sedangkan dewo adalah yang paling muda diantara mereka. “Yaa, mau gimana lagi mas, kalau nggak begini nanti nggak bisa makan.” Jawabku lagi. “ Mbak tinggal di desa seberang ya?” tanya dewo. “Iya mas, tiap hari saya berkeliling sekitar desa jualan jamu.”Ooo, pantas kok saya belum pernah liat mbak.” Jawab dewo lagi. Lama kami mengobrol ternyata mereka hampir seumuran denganku, Aji dan Abdul mereka berumur sekitar 20-an tahun, sedangkan dewo masih 14-an tahun. Obrolan kami semakin lama hingga membuatku lupa waktu.“ wah, mbak kalo jamu kuda liar ada nggak ya?” Tanya Aji. “ wahh, mas ni ngaco, ya ndak ada to mas, adanya juga jamu pegel linu.” Jawabku sambil sedikit senyum. “Waduhh, kok nggak ada mbak? Padahal kan asik klo ada.” Jawab Abdul sambil terkekeh-kekeh. “Asik kenapa to mas?” Tanyaku heran. “Ya supaya saya jadi liar kayak kuda to mbak.” Jawab aji sembari meletakkan gelas di dekat keranjangku kemudian duduk di sampingku. Posisiku kini ada diantara Aji dan Abdul, sedangkan Dewo ada dibelakangku. Rupanya dewo diam-diam memperhatikan tubuhku dari belakang, memang BH ku saat itu terlihat karena kaosku yang sedikit basah oleh keringat dan celana dalamku yang sedikit mengecap karena posisi dudukku di pinggir gubuk. Tapi aku tidak tahu akan hal ini. “wah panasnya hari ini, bikin tambah lelah saja.” Abdul berkata sambil tiduran di lantai gubuk itu. Saking keenakan tiduran tanpa terasa ia menggaruk-garuk bagian kemaluannya. Aku pura-pura tidak melihat, dalam hati aku berpikir,”Dasar orang kampung tidak tahu malu.” Saat itu Panas semakin terik, sedangkan di gubuk sungguh sangat nyaman dengan angin yang semilir, tidak terasa aku pun mulai mengantuk. Mungkin karena tadi aku bangun pagi sekali sehingga aku belum sempat untuk beristirahat. Aji pun hanya bersandaran pada tiang kayu di sudut gubuk. Dewo juga sama seperti Abdul, tiduran di lantai dengan kepala menghadap ke arahku. Aku menghela nafas, mengeluh karena panas tak juga usai. Bukannya aku tidak mau berpanas-panasan berjualan, tapi mengingat kondisiku yang sedang hamil aku takut terjadi sesuatu dengan janinku.”Wah, kok ngelamun aja to mbak? Cantik-cantik kok suka ngelamun, memang ngelamunin apa to mbak?” Kata Abdul mengagetkanku.” A..anu mas saya cuma mikir kok panasnya tidak kunjung reda.” Jawabku.”Wah, memangnya kenapa to mbak… tinggal ditunggu saja kok nanti juga tidak terik lagi.” Kata dewo dari belakangku. “Ya gimana mas, kalau terus seperti ini nanti daganganku tidak laku, aku bisa rugi mas.” Jawabku sambil mengamati langit yang sangat terik. “ Sudah mbak, tenang saja, kalau rezeki nggak akan kemana kok.” Hibur mas Aji. Tidak terasa aku semakin mengantuk. Semilir angin yang ditambah dengan suasana ladang sawah memang sangat nyaman. Tak terasa aku pun mulai memejamkan mata sembari bersandaran pada keranjang dagangan yang aku letakkan disampingku. Cukup lama aku ketiduran, hingga aku terbangun karena ada sesuatu yang menyentuh pantatku. “aaaaw apa-apaan ini!!?” Aku terbangun dan kaget ketika mengetahui tangan dan kaki sudah diikat menggunakan tali tambang kecil dan aku berada di dalam ruangan yang sepertinya ada di ruang peralatan tepat disamping gubuk tadi. Ternyata tangan dewo yang menggerayangi pantatku dan meremas-remasnya dengan kasar. “Sudah diam! Nanti aku beli semua jamu milikmu dan sebagai bonusnya aku minta jamu milikmu yang indah itu.” Kata Aji sambil meremas payudara sebelah kiri milikku dan tertawa cenge-ngesan. Aku meronta-ronta minta tolong dan mencoba untuk melepaskan ikatan pada kaki dan tanganku. Tapi tenagaku tidak cukup untuk menolongku dari situasi ini.”Ampunn mass, saya sudah menikah, nanti suamiku bisa menceraikanku.” Aku memelas dengan harapan mereka dapat berubah pikiran.”Oh, ternyata kamu sudah tidak perawan toh, tapi tubuhmu masih sempurna.” Bisik abdul sambil meniup telingaku. Darahku serasa berdesir, dicampur rasa ketakutan yang mendalam. Dalam hati aku berpikir,”bagaimana dengan Deden, aku takut, bagaimana dengan janinku, bagaimana kalau aku diperkosa.” Berbagai pertanyaan terus menghantui pikiranku saat itu.“ JJangann mass, jangan, aku sedang haid, jadi tubuhku kotor.” Aku mencoba untuk mengelabui mereka. Setelah itu mereka bertiga berhenti menggerayangiku dan saling memandang satu sama lain. “Yang bener kamu sedang Haid? Wah Sial bener aku hari ini!” Jawab Abdul kesal. “ iiya mas, sudah dua hari ini aku haid, jadi sedang banyak-banyaknya, tolong biarkan aku pergi.” Aku memohon pada mereka.“ Ya.. ya sudahlah, mungkin kita sedang apes.” Kata Aji. Namun Dewo yang masih berumur 14 tahun ini tidak memperdulikan ucapanku, dia cukup senang meremas-remas pantatku. “ Sudah wo, dia lagi haid, kamu mau apa kena darah?” Kata Aji pada dewo. Dewo tetap tidak menghiraukannya. Justru ia semakin kencang meremas pantatku dan semakin kebawah menuju selangkanganku. Posisiku yang sambil tiduran membuat rok ku sedikit terangkat hingga celana dalam putihku terlihat. Dewo yang saat itu sedang meraba-raba pantatku rupanya tidak menyia-nyiakan hal ini, dibukanya rokku semakin keatas, “ Mana? Tidak ada darah kok.” Kata Dewo. Sontak ucapan dewo mendapat perhatian dari Aji dan Abdul. “ Mana woo, jangan bohong kamu.” Kata mereka serempak. Kemudian Aji mengangkat rok dan menyentuh celana dalamku. “Kamu bohong!” dan PLakkk! Sebuah tamparan tepat mengenai wajahku. “Aaa Ampun mass, ampunn, Aku sedang hamil mass.” Aku semakin memelas dan ketakutan. “Ahh, mau pake alasan apa lagi kamu!” Abdul membentakku dan merobek bajuku, hingga aku hanya mengenakan BH warna hitam dan rok putih selutut. Aji melepaskan ikatan pada tangan dan kakiku. “Sekarang mau lari kemana kamu?! Memangnya kamu sanggup melawan kami bertiga?” Dewo menantangku, dengan cepat ia membuka baju dan celana pendeknya hingga hanya tersisa celana dalam warna coklat. Aku tersentak dan kaget, juga kulihat penis dewo yang sudah membesar hingga sedikit mencuat ke atas celana dalamnya. Aku merangkak menuju sudut ruangan itu, aku menggedor-gedornya dengan harapan ada seseorang yang mendengar. Tapi tindakanku justru membuat mereka semakin bernafsu untuk segera menikmati tubuhku. “Mau kemana kamu, disini tidak ada orang lain kecuali kami bertiga hahaha.” Aji senang sekali melihatku hanya mengenakan BH dan Rok yang sedikit tersingkap. “ mass ampunn, aku sedang hamil, nanti suamiku bisa membunuhku.” Tubuhku merinding dan sesekali aku berteriak minta tolong. “wahaha, aku sudah tidak percaya lagi dengan ucapanmu! Kalau suamimu ingin membunuhmu, ceraikan saja! Setelah itu kamu bisa jadi WTS sepuasnya.” Kata abdul sambil mendekatiku. Diraihnya kedua tanganku dan membuatku sedikit berdiri. Srakk, Abdul merobek rok ku dan melemparnya ke arah Dewo. “Itu wo, buat kenang-kenangan.” Kata abdul. “ haha, iya mas, nanti aku pajang di rumah.” Kata dewo cengar-cengir. Kini tubuhku sudah setengah bugil. Tanganku secara naluri menutup dada dan selangkanganku. “Wah bener-bener, ini namanya rejeki nomplok.” Abdul menciumi leherku yang putih, dibuatnya tubuhku merinding dan aku hanya menggeleng-gelengkan kepalaku menghindari jilatan liar lidah Abdul. Ciuman Abdul semakin turun mengarah pada dua gunung kembar milikku. Aku tak dapat mengelak, tanganku di pegang abdul dan diangkatnya keatas. Abdul semakin liar menjilati dadaku yang masih terbungkus BH, ia berpindah-pindah dari kiri ke kanan dan sebaliknya. Hingga ia kemudian menjilati ketiakku. “ aaa, ampun mass, ampun, too.. tolong nghh.” Aku tidak dapat berbohong kalau kelakuan Abdul membuat birahiku naik dan tubuhku menjadi sedikit sedikit dorongan, Abdul menjatuhkanku di tengah ruangan dan kait BH ku terlepas. Aku sudah tidak bisa lari dari mereka, kini yang ada di dalam pikiranku hanya janin di dalam perutku, aku menyadari semakin aku melawan maka mereka juga akan semakin kasar terhadapku. Aku terdiam, tak melakukan perlawanan, bahkan berteriak pun tidak. Air mata mulai menetes membasahi pipiku. Isak tangisku beradu dengan tawa dari mereka bertiga. Tubuhku lemas, antara takut dan pasrah menjadi satu. Dengan kedua tangannya Abdul membalikkan badanku hingga kini terlentang memperlihatkan Paha dan Payudaraku yang sudah sedikit terbuka. Mereka bertiga berdiri diatasku sambil cengengesan, rupanya Aji juga sudah melepas celananya diikuti dengan Abdul. Aku sudah bisa membayangkan apa yang akan terjadi sebentar lagi. Dewo yang sudah siap dari tadi telungkup dari atasku, tangannya mulai bermain di telingaku sedangkan kepalanya terus memburu bibirku. “mmpff… mmpff.” Dewo menciumku dengan ganas, aku hampir tidak bisa bernapas dibuatnya. Sambil tetap berciuman dia menggapai tanganku dan mengarahkannya ke penisnya yang sudah membesar. Dituntunnya aku untuk meremas-remas buah pelirnya yang kini ia berganti posisi dengan sedikit nungging. Aku pun menurut saja, aku remas-remas bagian buah zakar sampai ke dekat bagian anus yang masih tertutup celana dalam yang sudah usang. Tidak berapa lama Aji sudah berada di paha bagian kananku. Ia sudah telanjang, kini ia menindih pahaku diantara selangkangannya, hingga dapat kurasakan penisnya yang besar dan berotot menggesek-gesek pada pahaku yang mulus. Tangan Aji mulai bermain di dadaku, sambil sesekali ia menjilat bagian perutku. “nggghhh uaa mppff.” desahanku membuat mereka berdua semakin liar memainkan lidahnya di tubuhku. “ngghh, ahhh, mmppff.” sambil tetap berciuman desahanku tak henti-hentinya keluar. Memang harus kuakui meski dari rohani aku menolak, tapi tubuhku tidak dapat menolaknya dan aku rasakan vaginaku mulai basah oleh lendir kewanitaanku. “Heh! Minggir-Minggir!” Biar aku yang pertama merasakan tubuhnya.” Teriak Abdul. “Aku kan yang mendapatkan ide ini, jadi aku yang berhak untuk memulainya, awas-awas.” Tambahnya. Aji dan Dewo segera menyingkir dari tubuhku. Bak seorang raja, Abdul menindihku, dan kini penisnya yang sudah tidak dilapisi apapun tepat berada ditengah-tengah selangkanganku. “Gimana nona manis, sepertinya kamu juga keenakan ya?” Kata Abdul di depan mukaku. “Yang tadi itu belum pemanasan, baru tahap uji coba.” Ia semakin mendekat di wajahku. Seketika itu agus melepas BH ku, dan dengan liar putingku dimainkan. “nggg ahhh, aah, ah.” nafasku semakin tidak teratur. Dewo yang tidak bisa diam meraih tanganku dan mengarahkan ke penisnya lagi, lalu menyuruhku untuk mengocok-ocoknya. Aji pun tidak mau kalah, dari sisi yang lain ia memintaku untuk melakukan seperti apa yang kulakukan pada dewo menghilang dari hadapanku, rupanya ia turun dan kini ia tepat berada di atas daerah kemaluanku, dilebarkannya kakiku dan ia mulai menciumi vaginaku yang masih dilapisi celana dalam sambil tangannya memainkan putingku. Aku semakin bernafsu, tanpa kusadari aku mengangkat pinggulku agar ciuman Abdul pada vaginaku lebih terasa. Abdul tampaknya tahu kalau aku sudah sangat terangsang. Segera ia melepas celana dalamku yang sudah banjir oleh lendir dari vaginaku. Disibakkannya rambut kemaluanku dengan lidahnya. Kemudian Abdul mulai menjilati vaginaku dan sesekali menghisap klitorisku dan tangannya semakin liar bermain di kedua payudaraku. “ nggghhh, ahhh, aaaa mmmh mass.” Aku mengerang keenakan sambil menekuk kedua pahaku sehingga abdul lebih leluasa memainkan vaginaku. Aku benar-benar serasa melayang, dihadapanku kini ada 3 orang yang secara beringas memperkosaku. Aku sangat malu pada diriku, kenapa aku justru bisa menikmati keadaan ini, tapi tubuhku seolah-olah sudah menyatu dengan jiwa mereka. “mass ahhh, terus mass, enn enak.” Aku terus meracau tak karuan yang membuat mereka bertiga semakin bernafsu. Lidah Abdul Semakin liar menghisap-hisap vaginaku diiringi kocokanku pada batang kemaluan Dewo dan Aji. “ ahhhh ahhh, mass. lebih cepat mass.” aku mengerang dan ketika itu juga aku mengalami orgasme. Cairanku membasahi wajah Abdul namun ia terus menjilatinya hingga aku menggelinjang kekanan dan kekiri. Kini Abdul membangunkan tubuhku, dan memintaku untuk menjilati ketiga penis mereka. Aku seperti dicekoki, didepanku kini ada 3 rudal yang siap menjejali mulutku. Tanpa menunggu lama, aku masukkan penis mereka bergantian di mulutku, sambil tanganku memainkan batang kemaluan mereka. Mereka bertiga nampaknya merasa keenakan,”oohh.” Aji melenguh keenakan. Sekitar 15 menit aku memainkan penis mereka sambil terus yang sudah sangat terangsang mendorong tubuhku dan mulai memasukkan penisnya yang besar itu. “mmass.” aku menahan sakit saat penis Abdul menghujam vaginaku. Dengan sekejap seluruh batang milik Abdul masuk kedalam liang kewanitaanku. Tanpa basa-basi, Abdul mulai menggerakkan penisnya maju mundur. Sedangkan Aji dan Dewo menjilat-jilat dan menghisap payudaraku. Aku dikeroyok oleh 3 orang. Libidoku pun semakin meningkat setelah tadi aku mengalami orgasme. Aku memegangi kepala Aji dan Dewo sambil terus melenguh keenakan.“ Uhhh ahhh, umm. ahh.” Kata-kata itu yang terus muncul dari mulutku melihat perlakuan mereka terhadapku. Sekitar 10 menit kami melakukan posisi ini sambil bergantian Aji dan Dewo menciumi belum juga keluar, ia cukup kuat untuk ukuran lelaki seperti dia. Kini ia menyuruhku untuk nungging. Aku hanya menuruti perkataannya. “ Dul, gantian aku yang naikin dia.” Tanpa basa-basi Dewo mengarahkan penisnya ke arah vaginaku, kini posisiku berganti menjadi menungging sambil di genjot oleh penis Dewo. Penis Dewo tidak terlalu besar, bahkan hanya setengah milik Aji dan Abdul. Mungkin ini pertama kali baginya untuk merasakan liang vagina. Karena kulihat ia cukup lama sebelum seluruh batangnya masuk ke dalam vaginaku. “Uoogghh, uenakk tenann” Kata Dewo. Ia menggerakkan pinggulnya maju mundur mengikuti irama pantatku. Dewo cepat beradaptasi, Meski penisnya kecil, tapi gerakkannya sangat cepat, berbeda dengan Abdul yang menikmatiku dengan pelan. Aji berganti posisi, kini ia di depanku dan mengarahkan penisnya ke mulutku, kemudian ia memaju mundurkannya beriringan dengan genjotan Dewo. Abdul yang tadi menggenjotku kini asik bermain dengan putingku yang lumayan besar. Kami terus melakukan tarian kenikmatan ini, Dewo semakin cepat menggerakkan penisnya maju mundur,” Ahhh, masss, aaa, aku keluaaarr.” ummm, mmpfff.” Aku keluar untuk kedua kalinya. Begitu juga dengan Dewo, ia yang masih belum berpengalaman mengeluarkannya di dalam vaginaku, seketika itu juga ia langsung lemas. “ Wah, wo, parah kamu, masa kamu keluarin di dalem, kan jadi kotor,” kata Aji.” Aku saja belum sempat merasakannya sudah kotor sama peju kamu.” Tambahnya. “maaf mas Aji, aku kelepasan.” Ucap dewo. tampaknya dewo sudah lelah, ia kemudian berbaring dan sepertinya akan tidur. “Wah, dasar anak ini, habis enak langsung minggat.” Ucap Abdul. Abdul kemudian menggantikan posisi Aji dengan memasukkan penisnya ke mulutku. Sedangkan Aji kini berada tepat dibelakangku dengan posisiku yang masih tetap menungging. “Tahan ya, sakit sedikit tapi enak kok..” Seringainya padaku. Aku tidak tahu apa yang akan ia lakukan padaku, tidak begitu lama ternyata ada sesuatu yang mencoba masuk melalui anusku. “ Nggghhh masss, sakitt, aa ampun mas.” Aku merasa kesakitan saat penis Aji yang besar mencoba menerobos anusku. “Ahhh, aaaw ashh, nnnhh.” Aku semakin tidak karuan merasakannya. Dengan sekuat tenaga meski sempat beberapa kali bengkok akhirnya penis Aji masuk ke dalam anusku,” nggg ahhh.” rasa sakitku pelan-pelan menjadi kenikmatan yang baru bagiku, karena baru kali ini anusku di jejali penis. “ hmmff Sempit banget , uahh.” Ucap aji keenakan, ia juga tidak kalah keenakan daripada aku. Aji sudah mulai terbiasa dengan ini, sesekali ia meludahi anusku agar lebih mudah menggerakkan penisnya. “Akkkkhh, uuahhhh.” Aji mendesah keenakan saat ia mencapai puncak kenikmatan, spermanya mengisi penuh seluruh isi anusku hingga meleleh keluar. Tidak berapa lama Abdul yang sudah dari tadi memaju mundurkan penisnya di mulutku juga merasakan hal yang sama, “ ouughhh teleennnn, sseeemuaa.” Ia meracau sambil tangannya menekan kepalaku pada penisnya. Seketika itu juga cairan spermanya menyemprot di dalam rongga mulutku dan mau tidak mau harus aku kuakui mereka bertiga cukup hebat, namun tetap saja tidak bisa mengalahkan mas Deden, Mereka bertiga hanya sanggup membuatku keluar 2 kali, tapi mas Deden mungkin bisa lebih, bahkan Hingga aku tidak mampu lagi untuk bertiga duduk di dalam ruangan sambil beristirahat karena mereka sangat lelah. Aku pun masih terbaring di lantai tanpa sehelai benangpun. Abdul mengeluarkan 2 lembar lima puluh ribuan. “itu untuk ongkos jamu dan tubuh kamu.” Sekarang kamu pergi dari sini!” Ucapnya sedikit membentak. “bagaimana dengan pakaianku?” tanyaku. “ Pikir saja sendiri” Balas abdul ketus. Kemudian aku memakai BH dan celana dalamku. Aku gunakan selendang yang kupakai untuk mengangkat keranjang tadi, Aku lilitkan untuk menutupi tubuhku dan untunglah cukup. Aku bergegas meninggalkan mereka sambil membawa kerangjangku. Jam sudah menunjukkan pukul setengah 4 sore. “Mas Deden pasti sudah pulang ini.” Ucapku dalam hati sambil mengusap air mata di di rumah ternyata benar, Mas Deden sudah menungguku pulang. Aku ceritakan semua kejadian ini padanya bagaimanapun aku tetap mencoba untuk terbuka padanya karena dialah satu-satunya orang yang kumiliki. Reaksi Mas Deden sungguh membuatku kaget, Ia justru memelukku dengan erat, dan mengelus perutku memberikan kasih sayang pada si Jabang Bayi. Aku terharu dengan Mas Deden. Meski sempat ia akan bergerak mengumpulkan warga untuk memberi pelajaran pada orang-orang yang memperkosaku, namun aku dapat meyakinkannya bahwa aku tidak apa-apa, dan semoga saja janinnya juga tidak terjadi apa-apa. Aku bangga dengan Mas Deden, ia tidak panik saat mendapatiku mengalami kejadian seperti ini, Selamanya aku tetap mencintainya. Setelah kejadian ini aku sudah tidak berjualan jamu lagi. Kali ini aku menjadi pendamping setia Mas Deden, dengan menemaninya pergi ke ladang setiap hari. Meski keadaan ekonomi kami semakin sulit, tapi kebahagiaan kami seolah menutup dalam-dalam semua keadaan ini dan kejadian masa lalu. Kini anakku sudah besar, peristiwa itu tidak membuat kondisinya saat lahir menjadi cacat mental atau sejenisnya. Ia tumbuh menjadi putri yang cantik dan kami beri nama Mentari, yang tetap bersinar sesulit apapun keadaan yang kami alami saat ini, esok, dan seterusnya.
Publishon July 29, 2020 198 views. Pentilsusu - Cerita Seks Bercinta Dengan Tukang Jamu Yang Montok Dirumah, Aku lama-lama menyukai tempat tinggalku, Meski harga kontraknya naik terus setiapkali kuperpanjang kontraknya. Tempat ku ini sangat strategis di dalam gang hanya ada rumah ku. Meski pengap karena dikelilingi tembok tinggi, tetapi aku
Mbak Jamu Sexy Sariyem Pembangkit Nafsu Bangun tidur sore itu… tidak membuat Hendri menjadi bugar, seperti layaknya orang bangun tidur. Bayangkan… dua malam begadang di puncak Merapi. Sebagai anggota pencinta alam, kampusnya ditugaskan untuk mencari beberapa anak SMK pendaki yang hilang di Merapi. Cuaca buruk begini nekat mendaki gunung, kutuknya dalam hati. Di dekapnya kedua kaki mengusir dingin di atas bangku teras depan kosnya, cuaca hujan rintik-rintik. Memang cuaca bulan Desember membuat segalanya menjadi basah, terkanguk beberapa potong celana jeans belelnya yang kemungkinan hanya di bulan Desember ini bertemu dengan yang namanya air, dua potong CD pun ikut basah akibat dicucinya tadi pagi. Benar-benar hari yang menyiksa bagi Hendri, sudah dingin cuaca… tanpa CD pula. Sepotong kain sarung yang lumayan kering cukuplah menghangatkan tubuh cekingnya sore itu. Cerita 18 Tahun Keatas Cerita Sex Cerita Dewasa Cerita Mesum Hot Story Cerita Ngentot Artikel Porno Tempat kost Hendri cukup strategis, walaupun bangunan peninggalan Belanda, tetapi letaknya terpisah dari perkampungan, karena dikelilingi oleh tembok tinggi. Ibarat mekanguki sebuah benteng pada jaman dahulu, letak kamar kos-kosan disekeliling bangunan utama yang di jadikan sekolah negeri. Suasana sekitar kos-kosan memang sedang sepi… penghuninya banyak yang pulang kampung, maklum liburan Desember. Sementara sebagian kamar dijadikan asrama sekolah yang juga kosong ditinggal penghuninya liburan, praktis Hendri merasa sebagai penjaga kosan, umpatnya dalam hati. “kang… jamu kang…” sapa tukang jamu gendongan membuyarkan lamunan Hendri. “Eh embak… ujan-ujan ngagetin orang lagi ngelamun aja” sewot Hendri. “kangnya ini lho… ujan-ujan kok ngelamun… tuh jemuran gak diangkat…” tanya mbak jamu sambil berjalan menghampiri beranda di mana Hendri duduk. “Emang sengaja mbak… sekalian kena air” jawab Hendri sekenanya. “Lho… kan sayang udah di cuci tapi kehujanan” kata mbak jamu keheranan. “belum kok, belum di cuci” elak Hendri. “Lha… kok aneh” protes mbak jamu, “sekalian dicuciin sama ujan” saut Hendri. “Dah laku jamunya mbak? tanya Hendri di sela-sela gerimis. “Yah belum banyak sih, makanya mbok dibeli kang jamunya” pinta mbak Jamu memelas. “Emang jualan jamu apa aja sih mbak” selidik Hendri sambil membenahi sarungnya. “Ya macem-macem, ada galian singset, sari rapet, kunir asem, sehat lelaki, pokoknya banyak deh, dan semuanya hasil meracik sendiri lho kang” bangga mbak jamu sembari membersihkan air di sekitar kaki dan kainnya. “Kalo badan pegel-pegel, jamunya apa mbak?” tanya Hendri, “Ada tolak angin” seru mbak jamu. “Ah… kalo aku biasa di kerokin mbak, kalo minum jamu doang kurang marem” kata Hendri. “Mbaknya bisa ngerokin saya?” goda Hendri, “Emang situ mau saya kerokin” kerling mbak jamu malu-malu. Hendri hanya tersenyum saja. “Ngomong-ngomong… namanya siapa sih mbak” tanya Hendri. “Saya Sariyem kang” jawabnya tersipu. Kalo di perhatikan… manis juga nih cewek… mana putih lagi kulitnya, gumam hati Hendri. “Kalo kang siapa namanya?” tanya Sariyem membuyarkan lamunan Hendri. “Saya Hendri mbak” jawab Hendri gugup. Keduanya bersalaman, gila… alus juga nih cewek tangannya, bathin Hendri. “Gimana kang Hendri, mau saya kerokin?” tantang Sariyem memancing. “Bener bisa ngerokin nih?” tanya Hendri antusias. “Boleh” jawab Sariyem senyum. “Tapi jangan di sini ya, bawa kanguk aja sekalian bakulnya mbak” kata Hendri sambil bangkit berdiri menyilahkan Sariyem kanguk ke dalam kos-kosan. “Wah kos-kosannya bagus ya kang, ada ruang tamunya segala, ini kamar siapa aja kang kok ada tiga? selidik Sariyem sembari meletakkan bakulnya di pojok dekat bufet. “Kamar temen, cuman mereka pada pulang kampung, tinggal saya sendiri jaga kos” jawab Aton. “Kamar kang Hendri sebelah mana” tanya Sariyem, “Itu mbak, paling pojok, paling gelap” kata Hendri. “Ih ngeri ah… gelap-gelapan” goda Sariyem genit. “Gak pa pa kok… aku dah jinak” canda Hendri sembari mengajak Sariyem menuju ke dalam kamarnya. “Kok sepi kang?” selidik Sariyem sembari melihat ke kiri kanan. “Rumah sebelah juga pulang kampung sekeluarga, makanya sepi” jawab Hendri. “Kamar mandinya di mana kang, aku mau cuci kaki dulu” tanya Sariyem. “Itu di depan kamarku jawab Hendri sembari membereskan tempat tidurnya yang berantakan. Hendri merebahkan badannya telungkup di atas kasur tanpa dipan, sementara Sariyem mengambil minyak gosok serta uang benggol untuk kerokan. “Mbak, jangan pake minyak ah… aku gak tahan bau dan panasnya” cegah Hendri. “Trus pake apa dong kang? tanya Sariyem bingung. Hendri berdiri menuju meja rias, diambilnya sebotol Hand Body dan di berikannya kepada Sariyem. “Pake ini aja mbak.. wangi lagi” senyum Hendri. Kemudian Sariyem mengambil posisi duduk di sebelah Hendri, disingkapkannya kain batik yg dikenakannya sehingga tampaklah betis mulus Sariyem. Wah mulus juga, mana banyak bulu halusnya nih tukang jamu sorak hati Hendri. Tangan yang menempel di punggung Hendri juga dirasa lembut dan halus oleh Hendri. “Umurnya berapa mbak” tanya Hendri memecah keheningan mereka berdua. “Dua enam bulan besok kang” jawab Sariyem. “Beda dua tahun di atas dong dengan saya” kata Hendri sembari meringis kesakitan. “udah rumah tangga mbak?” kejar Hendri. “Pisahan kang, suami saya kabur gak tanggung jawab” kata GSariyem. “Lho kenapa?” sambung Hendri penasaran. “Kecantol janda sebelah kampung” ungkap Sariyem cuek. “Waduh… laki-laki bodoh tuh… sela Hendri sembarangan. “Emangnya kenapa kang?” penasaran Sariyem. “Gimana gak bodoh, punya istri manis, putih dan sintal kayak gini kok di sia-siakan” rayu Hendri. “Ah… kang Hendri bisa aja” jawab Sariyem kanguk dalam perangkap Hendri, sembari mencubit pinggang lelaki itu. “Eh… geli ah mbak…” jerit Hendri sedikit mengelinjang. “Laki-laki kok gelian… ceweknya cantik tuh…” goda Sariyem. “Nggak cuman cantik… tapi banyak juga mbak” sombong Hendri. “Huh… dasar… laki-laki…” cemberut Sariyem. “Mbak… tadi jamunya apa aja?” tanya Hendri kemudian setelah adegan kerokan di punggungnya selesai. “Kalo buat kondisi kang Hendri sekarang… minum Sehat Lelaki” jawab Sariyem, “Kasiatnya apa aja mbak?” kejar Hendri. “Selain ngilangin kanguk angin, supaya badan gak lemes dan mudah loyo” jawab Sariyem. “Mudah loyo…? maksudnya apa…? tanya Hendri kemudian. “Ih kangnya ini lho… kayak gak tau aja…” jawab Sariyem malu-malu. Hendri memutar badannya, sekarang dia telentang menghadap Sariyem yang kangih duduk terpaku, “Sungguh… saya gak tau mbak” aku Hendri. Sariyem memalingkan wajahnya, terlihat semu merah di pipi Sariyem yang menambah manis rona wajahnya. “Itu lho… buat pasangan suami istri kalo mau melakukan hubungan…” jawab Sariyem tersipu. “Hubungan…? hubungan apa…?” tanya Hendri dengan muka bloonnya. “Ahhh… kang Hendri ini lho… ya hubungan suami istri” jawab Sariyem sembari mencubit lengan Hendri. “Bagi yang punya pasangan… kalo kayak aku gimana…? siapa pasanganku ya…?” kerling Hendri menantang Sariyem. Sariyem sendiri membuang mukanya, tetapi Hendri menangkap semu merah di wajah Sariyem. Sariyem bangkit mengambil bakul yang tertinggal di ruang tamu, sekembalinya dia bertanya lagi kepada Hendri, “Jadi nggak… jamu Sehat Lelakinya kang?” tanyanya kepada Hendri. “Sini dulu dong…” jawab Hendri sembari tangannya mempersilahkan Sariyem untuk duduk di sampingnya lagi. “Kalo aku jadi minum… terus bereaksi… buat membuktikannya gimana kalo jamu buatan mbak itu benar-benar berkhasiat” goda Hendri. “Ya sama pacarnya dong… maunya sama sapa?” pancing Sariyem gantian. “Gimana kalo sama mbak aja… soalnya pacar yang mana juga bingung aku” tembak Hendri sekenanya. “Jangan ah… entar kedengeran sama tetangga lho” jawab Sariyem tanpa nada penolakan. Kemudian Sariyem mengambil botol dari bakul dan meracik ramuan Sehat Lelaki. Hendri bangkit dari tidurnya kemudian mendekati tempat Sariyem duduk, dibelainya kepala gadis itu dengan lembut. “Jangan kang… genit ah… entar aku teriak lho” ancam Sariyem jinak-jinak merpati. “Teriak aja… paling gak ada yang keluar… orang ujan-ujan begini… pada males orang keluar” tantang Aton. Kemudian belaian Hendri turun ke pipi Sariyem terus ke leher jenjangnya. “kangss… geli ahh.. entar tumpah nih gelasnya” ancam Sariyem. “Kamu cantik lho mbak… kok bodoh sekali ya bekas suamimu itu” rayu Hendri, “Soalnya janda itu kaya kang… sementara aku kan cuma orang desa yang gak punya apa-apa” jawab Sariyem sembari memberikan gelas berisi ramuan jamu kepada Hendri. “Nih… minum dulu ramuannya… ditanggung ces pleng…” jawab Sariyem tanpa di sadari. “Hee… berarti mau dong ngebuktiin khasiatnya” tembak Hendri setelah meminum habis ramuan jamu tersebut. “Eh… ya nggak gitu… nyobanya gak sama aku” elak Sariyem merasa di tembak Hendri. “Sekarang pijitin bagian depannya dong mbak, khan gak imbang kalo cuma belakangnya aja yang di garap” pinta Hendri. “Depannya minta di kerok sekalian kang?” tanya Sariyem. “Nggak usah di kerok… pijitin aja” kata Hendri. Pijitan Sariyem di dada Hendri, kembali membuat pemberontakan adiknya di dalam sarung. Tangan kanan Hendri kembali meraba pipi halus Sariyem, wanita itu terdiam. Kemudian Hendri menelusuri rabaan mulai turun ke leher Sariyem, perlahan tapi pasti dibukanya kancing kebaya Sariyem, Sariyem menoleh ke samping, dadanya bergemuruh, dirasakan semua bulu kuduknya berdiri, sensasi ini telah lama ia rindukan, semenjak bercerai dengan suaminya setahun lalu, tidak ada tangan laki-laki lain yang menyentuh tubuh sintalnya. Hendri merasakan deru nafas Sariyem yang mulai tidak teratur, dalam hati Hendri bersorak… kena lo sekarang…! Dirabanya bukit kembar satu persatu. Hendri tidak mau terburu-buru, diraba dengan bra yang kangih terpasang. Rona wajah Sariyem semakin nyata, “kangss… jaaangaannnn… kangs… nanti dilihat orang” erang Sariyem sembari menahan gejolak dalam dirinya tanpa menepis tangan Hendri. Hendri tidak menjawab, perlahan di bukanya kebaya Sariyem mulai dari pundak. Sariyem mencoba untuk menahan tangan Hendri, kemudian Hendri bangkit dari tidurannya, Sariyem memiringkan wajahnya seolah takut berhadapan dengan wajah Hendri yang tinggal beberapa senti lagi darinya. Hendri meraih dagu wanita itu, perlahan dipalingkan wajah Sariyem tepat dihadapannya, kemudian Hendri mendekatkan bibirnya mengecup bibir Sariyem, Wanita itu menolak, tetapi hanya sesaat, kedua tangan Hendri memegang pundak wanita itu dan dilanjutkannya mengecup bibirnya, bergetar bibir wanita itu dirasa menambah nafsu Hendri, perlahan dibukanya bibir itu dan dikulumnya lidah wanita itu, terlihat Sariyem mulai menikmatinya sambil memejamkan mata. Kedua tangan Hendri menurunkan kebaya yang dipakai Sariyem, tanpa perlawanan lagi. Sembari mereka saling berpagutan, dicarinya pengait bra di punggung wanita itu dan berhasil dibukanya, perlahan diturunkannya tali di atas pundaknya ke samping dan turun ke bawah. Hendri terhenyak tanpa melepaskan pagutannya, bukit kembar wanita itu kangih kencang, bulat dan mengacung putingnya menantang, kemudian dirabanya kedua bukit itu disertai erangan kecil Sariyem. “kangss… aku takuuutt…” erang Sariyem. “Sssstttt… enggak pa pa kok… nikmatin aja ya sayang” ujar Hendri menenangkan wanita itu. Kemudian Hendri mengambil tangan kiri Sariyem yang kemudian diletakkannya di atas sarung tepat di senjata Hendri. “kangs… gak pake celana dalam ya…?” tanya GSariyem sembari mengelusnya dari luar sarung. Hendri hanya tersenyum, kemudian diapun berusaha untuk melepaskan kain yang kangih dikenakan Sariyem. Setelah kain terlepas… Hendri tidak dapat menahan gelinya, “Kamu juga gak pake daleman ya…? tanya Hendri dengan geli. “Memang rata-rata tukang jamu itu tidak memakai celana dalam kang” jawab GSariyem ketus, giliran Hendri yang kaget dan melongo… Gila!!! Perlahan ditatapnya wajah Sariyem, perlahan tapi pasti tangan Hendri merenguh bahu wanita itu dan perlahan-lahan merebahkannya ke lantai. Hendri mulai meraba kedua bukit kembar Sariyem, sementara wanita itu memalingkan wajahnya menghindar tatapan Hendri, di pegangnya tangan Hendri tetapi tidak bermaksud untuk melarang. Hendri memang pandai memanjakan wanita, walau dirasa tubuh wanita itu sedikit berbau ramuan jamu, tidak mengurangi nafsu Hendri untuk kemudian menjilatinya. Dimulai dari leher jenjang wanita itu, kemudian perlahan turun pada dua bukit kembar, kembali lidah Hendri menyelusuri gundukan bukit itu satu persatu yang diakhiri dengan sedotan diujung putingnya. Terdengar erangan wanita seperti kepedesan, kedua tangannya telah beralih ke rambut gondrong Aton dengan sedikit jambakan. Lidah Hendri meneruskan gerilyanya, turun ke arah pusar Sariyem, terlihat Sariyem demikian menikmatinya, kegiatan yang tidak pernah dilakukan suaminya dahulu, karena suaminya hanya memaksa bila ingin dipenuhi kebutuhan sahwatnya tanpa Sariyem merasakan nikmatnya berhubungan insan berlainan jenis. BandarQ Online Indonesia Terpercaya Tangan Hendri kembali merekang bukit kembar Sariyem, sementara jilatan Hendri telah mendekati sasaran di sarang kenikmatan Sariyem. Luar biasa… bulu kemaluan Sariyem demikian lebatnya, menambah sensasi tersendiri buat Hendri. “Eh… kangss… mau ngapaiiinn…? selidik Sariyem di atas sana. Hendri tidak menjawab, tangan kanannya berusaha menyingkap bulu lebat Sariyem untuk menemukan kenikmatan gadis itu. “Jangan kangss… kotooorrr… achhh…” erang Sariyem menahan gejolak yang untuk pertama kali dirasakan sensasi itu. Hendri hanya melirik ke atas, dilihatnya mata wanita itu terpejam kenikmatan. “kangss… ediaaannn… uenakeee… ssshhh… aaahhh… emmmhhh kangss…” jerit tertahan Sariyem sembari menjambak rambut Hendri. Lidah Hendri menemukan klitoris Indah, dijilat, dipluntir dan sesekali dihisap lembut, sehingga tak lama membuat Sariyem kelojotan. “kangss… gak kuaaat… mauuu pipp pisss…” teriak Sariyem sambil berusaha menyingkirkan kepala Hendri dari kemaluannya. Hendri menolak dan semakin kuat membenamkan wajahnya kedalam kemaluan Sariyem. Tak lama kemudian Hendri merasa kalau kepalanya sedikit sakit akibat jepitan paha Sariyem, tetapi di tahannya, karena Hendri tahu bahwa wanita ini mengalami orgasme yang teramat hebat dan dahsyatnya. “Achhh… emmmhhh… kangss…sss…sss acchhh…” jerit tertahan Indah mengiringi orgasme yang baru sekali ini dialaminya, seolah copot semua persendian di tubuhnya. Sensasi apa ini, yang tak mampu dicapai oleh pikirannya, karena tidak pernah di dapat dari mantan suaminya dulu. Sariyem terkapar kelelahan, Hendri memeluknya, dielusnya rambut dan pipi Sariyem, sementara Sariyem kehabisan nafas, seakan habis puluhan kilometer dia lari… “Gimana rasanya mbak?” tanya Hendri beberapa saat kemudian setelah Sariyem terlihat telah dapat mengatur nafasnya. “kangss… tadi itu rasanya seperti apa ya…? tanya Sariyem kebingungan disela nafas yang kangih tersengal. “Sssst… sudah tak usah diungkapkan… pokoknya dirasain aja ya…” jawab Hendri menenangkan Sariyem. Beberapa saat kemudian Sariyem telah normal kembali pernafasannya dan bangkit duduk di samping Hendri. “Kok kang gak jijik sih nyiumin pepekku” tanya Sariyem yang membahasakan kemaluannya dengan pepek. Hendri tidak menjawab, malah dia bertanya pada Sariyem “Sariyem bener… belum pernah merasakan seperti tadi ya?” “Bener kang, soalnya suami Sariyem itu Peltu” jawab Sariyem. “Peltu??? emangnya suami Sariyem itu aparat?” goda Hendri. “Bukan… nempel metu…” jawab Sariyem tersipu. “Ha… ha… ha…” tawa renyah Hendri. Sariyem sudah tidak malu-malu lagi, perlahan tangan kanannya meraih senjata Hendri yang kangih tegak berdiri, “kang… punyanya kok panjang begini ya” tanya Sariyem sembari mengelus senjata Hendri. Hendri tersenyum, diberinya ruang untuk Sariyem dapat sepenuhnya menikmati senjata Hendri. Kemudian perlahan dan agak ragu, Sariyem mendekati senjata Hendri ke wajahnya, matanya melirik Hendri seakan meminta persetujuan Hendri, Hendri tersenyum dan mengangguk. Dengan tidak buru-buru, dikangukkannya kepala senjata Hendri ke dalam mulut Sariyem, Hendri terpejam merasakan sensasi bibir Sariyem sembari mengelus rambut wanita itu, luar biasa… katanya tidak mempunyai pengalaman, Tetapi dalam urusan sedot-menyedot… rupanya Sariyem juga jagonya, bathin Hendri, mungkin ini yang dinamakan bakat alam, tanpa dipelajari sudah berjalan secara naluri. Hendri kangih bermain dengan pikirannya, sementara Sariyem mengulum senjatanya. Sosok Sariyem di mata Hendri seolah tidak bedanya dengan cewek-cewek kencannya, tetapi Sariyem mempunyai nilai plus. Di samping Sariyem hanya seorang tukang jamu, tetapi dalam merawat tubuh tidaklah kalah dengan cewek kuliahan, Kulit Sariyem putih bersih dengan bulu-bulu halus di sekujut tubuhnya, ketiak yang tidak dicukur tetapi rapi memberi kesan tidak jorok, sementara bulu kemaluan yang lebat sampai ke belakang. Hendri terhenyak melihat Sariyem terbangun dari kulumannya di senjata Hendri. “Kenapa mbak?” tanya Aton, “Pegel kang mulutku, habis gede banget sih senjatanya” senyum Sariyem malu-malu. “Oke, sekarang mbak tiduran, aku kangukin ya senjataku ke pepek embak” kata Hendri. Tanpa perlu menjawab, Sariyem merebahkan tubuhnya mekangang posisi, kemudian Hendri mulai menusukkan senjatanya kedalam kenikmatan Sariyem. “Auuu… pelan-pelan ya kangss… kangukinnya… maklum dah lama gak di pake?” meringis Sariyem merasakan moncong senjata Hendri mekanguki lubang pepeknya. Setelah di rasa cukup kanguk dan menyesuaikan di dalam lobang kenikmatan Sariyem, mulailah Hendri memaju-mundurkan senjatanya. “Ssshhh… enaaak kangss… terusss… yang dalammm kangss…”erang Sariyem keenakan. Hendri mulai berkeringat, walau udara di kamar sebetulnya cukup dingin, mungkin karena jamu yang diminum tadi sudah bereaksi. “Gila nih lobangnya mbak… adikku kamu jepit pake apa sih mbak” kata Hendri disela aktifitasnya memaju mundurkan senjatanya, “Ah… kang Hendri ini lho.. sempet-sempetnya bercanda… enggak kok kang… barangku enggak ada alatnya… cuman bisa njepit aja” bangga Sariyem. “Ini yang dinamakan orang Empot Ayam’ ramuan Madura… khan ada jamunya juga mbak” kata Hendri. “Iya kang… aku rajin minum juga… cuman gak tau namanya apa… soalnya itu jamu warisan nenekku yang memang kangih ada keturunan Madura…” jawab Sariyem sembari merasakan sensasi kembali. “Accchhh… kangss… aku moo pippiisss lagiii… aahhh…” untuk kedua kalinya Sariyem melenguh panjang, pertanda telah sampai orgasme nya yang kedua. Dijepitnya pinggang Hendri… dipeluknya dada Hendri, seolah mau melumat tubuh kurus Hendri, Hendri sedikit meringis merasakan jepitan kaki Sariyem dan pelukan tangan Sariyem di tubuhnya, tetapi Hendri mengerti akan kenikmatan Sariyem, maka dibiarkannya wanita itu menjepit tubuhnya. Setelah beberapa saat Hendri memberi waktu untuk Sariyem mengembalikan nafas liarnya, ia berinisiatif untuk merubah gaya, disuruhnya Sariyem untuk nungging membelakanginya, Hendri melakukan dogy style. Inipun sensasi lain yang dirasakan Sariyem, baru dengan Hendri ini ia merasakan indahnya persetubuhan. Hendri pun merasakan sensasi lain dari jepitan lubang Sariyem, dengan posisi ini, lubang kemaluan Sariyem semakin dirasakan sempit, sedikit mengalami kesulitan bagi Hendri untuk memaju-mundurkan senjatanya, walau lubang Sariyem sudah sedemikian basahnya akibat orgasme Sariyem tadi. Tangan Hendri memegang pinggul Sariyem, sedangkan Sariyem memeluk bantal sembari mengerang kenikmatan, “tusuk yang dalammm… kangss… ssshhh…. Akhirnya Hendri memacu semakin cepat dengan tujuan untuk mencapai puncak kenikmatan bersamaan, kali ini. “kangss… pippiiisss… lagi nihhh akuuu…” desak Sariyem, “sabar sayang… kang juga mau keluar nihhh… ayuuukkk… aaahhh… Naaahhh” lenguh Hendri. demikian juga Sariyem yang semakin liar memeluk serta menggigit sarung Aton, “aaacchh… emmmhhh… enghhh… kangss…” Keduanya terkapar di kasur dengan deru nafas yang saling berlomba, Sariyem memeluk Hendri, Hendri membelai rambut lurus Sariyem. Mereka saling mendekap, berpagutan, disela deru nafas mereka berdua, hujan deras di luar. Tetapi di dalam kamar telah terjadi kehangatan yang dahsyat. “Mbak, gimana rasannya dengan gaya kayak barusan tadi?” tanya Hendri memulai pembicaraan. “Sungguh kang, baru kali ini saya merasakannya dan ternyata luar biasa, seperti pengen mengulang terus dan terus” jawab lugu Sariyem. “ha… ha… ha… kayak iklan aja nih…” gelak Hendri. “Kalo kang Hendri udah berapa cewek yang kang Hendri puasin?” selidik Sariyem sembari memainkan puting susu Hendri, “Hemm… berapa ya…” jawab Hendri seolah berpikir, “tau ah… saking banyaknya”. “dasar laki-laki buaya” geram Sariyem sembari mencubit dada Hendri. “Trus… kebanyakan cewek-cewek itu juga puas kang…?” tanya Sariyem sedikit cemburu, “seperti jawabanmu bila kamu di tanya sama orang, pasti jawabannya… Luar Biasaaa…” jawab Hendri geli sembari mencubit mesra hidung Sariyem. “kang Hendri gak punya cewek yang diseriusin ya?” kejar Sariyem lagi, “mana ada yang bisa serius dengan aku… kebanyakan cewek yang deket sama aku juga paling-paling minta dipuasin nafsunya” elak Hendri. “Nakal ya kang Hendri ini…” gemes Sariyem sembari mencubit senjata Hendri. “Ha… ha… ha… memang itu yang mereka inginkan.. kebanyakan mereka nggak kangen sama aku,,, tetapi kangen sama burungku… ha.. ha… ha… canda Hendri sambil terkekeh renyah. “tapi suatu saat nanti… pasti lah aku cari pendamping yang setia… mungkin seperti kamu mbak… selain manis, putih, pintar memijit dan piawai dibidang jepit-menjepit…” aku Hendri sembari memeluk dan mengelitik payudara Sariyem. “Gombal…” jawab Sariyem sembari berusaha melepaskan diri dari dekapan kelitikan Hendri yang sengaja menyenggol payudaranya. “kang… aku ke kamar mandi dulu ya, lengket rasa sekujur tubuh nih… pinjam handuknya boleh kang? tanya Sariyem sembari bangkit menuju kamar mandi, “Tuh di depan kamar mandi… handukku warna merah” jawab Hendri. Memang diakui Hendri bahwa jamu ramuan mbak Sariyem memang terbukti khasiatnya, Hendri merasa cairan yang dikeluarkannya begitu banyak dan kental, serta pegal-pegal di badannya seketika hilang tak dirasa. Entah membayangkan sensasi apa yang ada dalam tubuh Sariyem, Hendri merasa senjatanya bangkit berdiri kembali, gila nih jamu… dah minta jatah lagi adik gua. Hendri bangkit dari tidurannya dihampirinya Sariyem yang sedang berada di kamar mandi, “lho… kok gak ditutup pintunya mbak?” tanya Aton geli dan melihat Sariyem sedang jongkok mengguyur air di sekujur tubuh mulusnya. “Katanya gak ada orang… makanya gak aku tutup pintunya, lho… kok sudah mengacung lagi kang senjatanya?” goda Sariyem sembari melihat kemaluan Hendri yang tegak berdiri. “Iya nih… tanggung jawab lho mbak… gara-gara jamunya nih… adikku minta jatah lagi” protes Hendri. “Aduh kacian… sini-sini mbak angetin…” bujuk Sariyem sembari meraih kemaluan Hendri dan segera dikulumnya. “Ahhh… sssttt… enak mbak” lenguh Hendri sembari mengelus rambut Sariyem, slruuup… slruup… ck..ck..ck.. bunyi mulut Sariyem terganjal kemaluan Hendri. Cerita 18 Tahun Keatas Cerita Sex Cerita Dewasa Cerita Mesum Hot Story Cerita Ngentot Artikel Porno Setelah beberapa saat dirasa cukup oleh Hendri, dipegangnya pundak Sariyem, dibimbingnya Sariyem untuk berdiri, kemudian diputarnya tubuh Sariyem membelakanginya, dengan tubuh basah Sariyem, Hendri memeluk Sariyem dari belakang. Dicumbunya leher wanita itu dan dijilatnya rambut kalong Sariyem, sementara kedua tangannya menyusup dari bawah ketiak Sariyem dan menuju kedua bukit kembar Sariyem. Sariyem merasa tersanjung, diangkatnya kedua tangannya dan dipegangnya kepala Hendri sembari melenguh kegelian “kangss… ennaaakk… ssshhh… geliii kangss…” Puting susu Sariyem mengencang, mengeras disela jemari Hendri. Dia memang lelaki hebat yang bisa memanjakan wanita kagum hati Sariyem serasa melambung ke langit ke tujuh belas… “Mbak… coba membungkuk sedikit… pegangan di bibir bak mandi… kakinya direnggangkan sedikit ya sayang” pinta Hendri yang dituruti Sariyem dengan sedikit bingung. Kemudian Hendri jongkok di belakang Sariyem, kedua tangan Hendri meraba pantat Sariyem dan membelahnya layaknya membelah durian tetapi perlahan dengan perasaan. Kemudian Sariyem menjerit kecil, setelah dirasa ada benda basah tetapi hangat menyentuh lubang duburnya, ditengoknya kebelakang, ternyata Hendri sedang bermain lidah di lubang duburnya. Sariyem kaget, tetapi menikmati sensasi lain yang tak kalah luar biasanya, Sariyem merasa geli yang tidak tertahan tetapi nikmat, dengan tidak sengaja Sariyem menggoyang-goyangkan pantatnya ke kiri dan ke kanan karena kegelian. Ceplak… cepluk… bunyi lidah Hendri menjilati lubang dubur Sariyem yang diselingi turun ke arah lubang kenikmatan Sariyem yang sudah terlanjur banjir. Tanpa di sadari Hendri, tangan kanan Sariyem berpindah ke selangkangannya sendiri, dipijitnya klitoris Sariyem sendiri. “kangss… enaakk… kangss… emmmhhh… ” erang Sariyem sembari menggigit bibir. Kemudian Hendri bangkit berdiri, diciumnya bibir Sariyem dari samping sembari berkata “Enak mbak… emmmhhh…”, “Enaakkk kangss… jawab Sariyem malas. Kemudian Hendri kembali ke belakang Sariyem, Perlahan tapi pasti dikangukkannya kemaluan Hendri ke lobang kenikmatan Sariyem. “Ssshhh… kangss… yang dalaaamm yahhh…” rintih Sariyem kangih dengan posisi setengah terbungkuk. Plok… plok… plok… bunyi suara maju mundur Hendri memompa yang mengenai pantat Sariyem membuat suasana menjadi semakin panas., sekarang dengan bercampurnya lend*r kenikmatan Sariyem dan air dari bak mandi, dirasa Hendri tidak begitu sulit seperti tadi di kamar tidur. Hujan di luar kosan kangih deras… sehingga erangan Sariyem tidak begitu terdengar, kalah dengan derasnya hujan yang turun di atas kamar mandi yg tertutup seng. Irama jatuhnya hujan di atas seng, teriakan nikmat Sariyem semakin menambah irama Hendri dalam memacu tusukan senjatanya pada lubang kenikmatan Sariyem, Sariyem semakin liar bergoyang, ke kiri ke kanan, ke atas bawah, kadang membuat gerakan memutar seolah memeras kejantanan Hendri. Mbak Jamu Sexy Sariyem Pembangkit Nafsu “kangss… Sariyemhh nyampeee lagiii kangss… ssshhh… aaahhh” lenguh Sariyem mencapai klimaksnya. Hendri menarik erat pinggul Sariyem, didorongkannya kemaluan Hendri ke dasar lubang Sariyem semakin dalam sembari ditahan di dalamnya sembari dirasakan beberapa kedutan liang kenikmatan Sariyem yang berkontrasi meluapkan gairah orgasmenya, benar-benar empot ayam nih cewek… sorak hati Hendri, Sariyem KO keempat kalinya. Dicabutnya batang kemaluan Hendri, dan sekarang posisi bergantian. Hendri duduk di tepi bak mandi, sementara Sariyem jongkok di hadapan Hendri. Kemudian Sariyem mekangukkan kemaluan Hendri ke dalam mulutnya, mengulumnya dan memaju-mundurkan batang kemaluan Hendri. Sariyem marasa kondisi Hendri tak lama lagi mendekati klimaks, Sariyem mau memberi service dengan tetap mengulum kemaluan Hendri serta membiarkan Hendri mengeluarkan orgasmenya didalam mulutnya, dan “achhh… ssstttt… mmmbaaakhh… aagghhh… aku keluaaarrr…” dengus Hendri mencapai puncak, sembari memegang kepala Sariyem serta mengacak-acak rambutnya, senjata Hendri tetap di dalam mulut Sariyem, hingga tetes mani terakhir dan langsung ditelannya. Sensasi luar biasa dirasakan Hendri sembari melihat bagaimana Sariyem mengulum penisnya seperti seorang anak kecil mendapat sepotong es krim kesukaannya. Setelah beberapa saat, di sela nafas yang muali teratur, Hendri bertanya kepada Sariyem “Enak mbak…?”, “he-eh… asin tapi gurih kang…” senyum Sariyem puas sembari membersihkan sisa sisa lend*r dengan lidahnya di sekitar batang kemaluan Hendri dan menelannya. “Baru ini pula aku merasakan sperma laki-laki, ternyata gurih ya kang ya…” pengakuan Sariyem sembari terus mengelus dan memijit batang kemaluan Hendri. Setelah selesai keduanya membasahkan tubuh kanging, saling menggosok, meraba dan membersihkan cairan sabunnya. Keluar dari kamar mandi, Sariyem menuju meja rias di dalam kamar Hendri, sementara Hendri berjalan ke dapur guna mekangak air untuk membuat teh manis hangat. Sesekali diliriknya Sariyem dari dapur ke dalam kamar, Sariyem duduk membelakangi Hendri sembari mengeringkan rambut dengan handuk tanpa sehelai benang pun menutupi tubuh sintalnya. Melihat pemandangan itu, Hendri terpana dari tempatnya membuat teh, gila perfect banget tuh body batin hatinya, orang gak akan nyangka bahwa tukang jamu memiliki body yang aduhai, apalagi barangnya… bisa memijit pula… mungkin karena setiap hari berjalan dan membawa beban di punggung, yang tanpa disadari sudah merupakan olah raga sex… kangih dalam pikiran Hendri melihat pemandangan Sariyem dari belakang. “Mbak… nih teh hangatnya… aku cuman bikin satu buat kita berdua ya… biar tambah mesra… bukannya pelit lho” canda Hendri sembari membawa teh hangat yang diletakkan di atas meja rias. Hendri meraih kursi dan duduk di sebelah meja rias yang sedang dipakai Sariyem untuk mengeringkan rambut, dipandanginya Sariyem dari sisinya duduk. “Ah… kang… kok ngeliatin Sariyem terus sih… Sariyem kan malu…” celoteh Sariyem manja sembari mencubit pipi Hendri. Hendri hanya tersenyum dan mendekati bibir wanita itu serta mengecupnya dengan mesra. Ketika Sariyem menyisir rambutnya, otomatis siku tangannya terangkat ke atas dan memperlihatkan ketiak Sariyem yang ditumbuhi bulu tetapi tidak lebat sehingga tidak memberi kesan jorok. Hendri meraih ketiak Sariyem, dielusnya bulu-bulunya, “gak pernah dicukur ya mbak”. “Mana sempet kang… gak ada waktu ngurusin diri” bela Sariyem. Hendri kembali memperhatikan Sariyem menyisir rambutnya, begitu pandangan Hendri ke bawah, dilihatnya payudara Indah bergoyang ke kiri kanan, menambah pemandangan menjadi panas kembali. “Mbak… adikku bangkit lagi nih…” bisik Hendri sembari memberi kode liwat tatapannya ke arah kemaluannya. “Ihhhh… tuh kan… baru percaya sama ramuan jamuku…” gekang Sariyem sembari mencubit dan mengelus kemaluan Hendri. “Gimana kalo mau minta jatah lagi” harap Hendri, “Aduh… khan udah mandi kang, lagian aku capek banget nih sampe berasa copot semua tulangku kang” elak Sariyem. Tetapi Sariyem bangkit dan berjongkok di depan Hendri, “Ya deh… ini tanggung jawabku… aku kulum lagi aja ya kang… kasian klo gak bisa tersalur” jawab Sariyem memberi solusi. Hendri hanya tersenyum sembari melihat lagi Sariyem mengulum kemaluannya, dielusnya rambut Sariyem. Sariyem memang cepat bisa, sedotannya membuat Hendri tidak dapat bertahan lama, dan memang ini yang dimaui Hendri, karena ia berpikir bila hanya dia yang bermain tidaklah terlalu nyaman. “Mbak… achhh…” jerit Hendri mengiringi orgasmenya kali ini yang seperti tadi langsung ditelan habis Sariyem. “Kok cepet keluarnya sekarang kang?” tanya Sariyem tersenyum. “Sengaja, habis klo main sendiri gak enak lah rasanya, makanya aku kosentrasi supaya cepet keluar” bela Hendri. “He… he… he… khan kangih ada besok lagi kang…” kata Sariyem sembari membersihkan kemaluan Hendri dengan tisu yang berada di atas meja tersebut, sembari mencium mesra pipi Hendri. “Udah… tidur sini aja mbak, aku kelonin deh” rayu Hendri melihat Sariyem mulai memakai bra kain dan kebayanya setelah dia membersihkan diri di kamar mandi sekali lagi. “Endak ah kang… gak enak sama teman kos saya” jawab Sariyem mengelak ajakan Hendri. “Tapi besok… kalo saya kangen sama kang.. boleh ya saya main ke sini…” pinta Sariyem memelas, “Oke aja… kalo pas saya ada di kosan, biasanya sih suka keluyuran” jawab Hendri seenaknya. “Sekarang saya tinggalin lagi jamunya ya kang, siapa tau ada yang butuh kehangatan kang Hendri lagi he… he… he…” canda Sariyem setelah dia selesai memakai semua pakaiannya sembari mengangkat bakul berisi jamunya. “Berapa semuanya mbak…?” tanya Hendri sembari membuka dompet untuk membayarnya. “Sudah kang… saya kasih gratis… soalnya saya sudah dapat kepuasan yang selama ini gak saya dapetin” tolak Sariyem halus, “Yang bener nih mbak… mosok dah disuruh ngerokin sama ngelonin… kok gak mau di kasih uang sih?” protes Hendri. “Alaaahh… saya tau kHendrig Mahasiswa… paling juga recehan doang isinya… ha… becanda lho kang… serius kok kang… aku yang terima kasih… kang Hendri bisa mengerti perasaan wanita, salam aja ya kang buat temen kencan kang yang lain” goda Sariyem sembari pamitan keluar kamar. “Eh… sebentar mbak!” seru Hendri setelah memakai kain sarungnya kembali, Sariyem berhenti, kemudian Hendri mendekati Sariyem memeluk wanita itu dan memberi kecupan lembut di bibir Sariyem sembari menyelipkan sejumlah uang ke dalam bra Sariyem dan berkata “Sekali ini jangan menolak ya mbak… saya bersalah jika tidak memberi ini mohon jangan anggap sebagai imbalan jasa… tetapi rasa sayang saya dan sebagai rasa terima kasih buat embak”. Sariyem terpaku dan menatap Hendri, tak dinyananya bahwa lelaki ini selain ganteng, pemberi kepuasan dan baik hati terhadap wanita, ah… seandainya…. Sariyem tidak mampu melanjutkan impiannya yang dianggap mustahil bagi dirinya, tak terasa menetes air mata harunya. Hendri mengusap air mata Sariyem dan mengecup kening Sariyem, “Sudah ya sayang… gak usah nangis… semoga besok kita bisa lebih panas lagi” goda Hendri menghibur Sariyem. “Ma kasih ya kang” pamit Sariyem meninggalkan kos-kosan Hendri. Hendri terpaku melepas kepergian Sariyem, hujan baru saja berhenti, waktu menunjukkan pukul sepuluh malam, gila dari jam lima sore tadi kita berdua main bathin Hendri. Tetapi Hendri merasa klo tubuhnya dalam kondisi puncak, dahsyat sekali ramuan mbak jamu tadi ya pikir Hendri, besok kalau bertemu, aku akan minta lagi ah, pikir Hendri sembari menutup pintu kos-kosan dan kembali ke kamarnya untuk tidur.
Bacacerita seks Dewasa di cerita erotis , situs baca cerita mesum, cerita dewasa, cerita malam, cerita bokep, cerita hot online Cerita Erotis Mba Tukang Jamu yang Lagi Bunting. Aku akan sedikit cerita tentang semua jamu sudah aku siapkan dan sudah aku masukkan ke keranjangku. Waktu juga sudah menunjuk pukul 09.00, berarti sudah saatnya PAIRQIU – Tidak tahu mengapa hari ini aku bangun lebih pagi dari biasanya, padahal ini hari minggu. Istriku telah dua hari pulang menjenguk orang tuanya yang sedang sakit dikampung, dan pembantu dirumahku lagi cuti, karena setiap akhir minggu ia pulang ke Bekasi menemui keluarganya, praktis cuma tinggal aku sendiri dirumah. Aku dan isteri belum dikaruniai anak walaupun sudah dua tahun kami menikah. Aku keluar dari kamar dan waktu menunjukkan pukul wah sayang sekali aku bangun terlewat pagi, sedangkan sepanjang minggu aku membayangkan hari minggu supaya bisa tidur siang. Akhirnya aku duduk diteras depan rumah dan membaca koran. Sedang asyik baca koran aku mendengar bunyi bel, aku berdiri untuk melihat siapa yang menekan bel pagi-pagi begini. Aku membuka pintu gerbang dan dihadapanku berdiri seorang wanita berumur kurang lebih 28 tahun dengan rambut digelung asal-asalan tersenyum padaku. Wajah wanita itu cukup manis dengan pipi berisi dan kemerahan, kulit wajahnya halus sekali dan ia memakai sarung serta menggendong bakul jamu, selendang yang mengikat bakul jamunya melintang didadanya dengan ketat sampai menampilkan payudaranya yang terlihat benar-benar amat indah dan menantang, mungkin ukurannya 36, pokoknya aku sungguh terangsang sekali dengan kemontokan tubuh wanita itu, aku melihat ada sedikit keringat didahinya, make up yang dipakainya tipis sehingga yang terlihat adalah wajah alami yang terpelihara. “Ibu ada pak?” Tanya wanita itu. Cepat-cepat aku tersenyum semanis mungkin. “Wah lagi pulang kampung tuh, mbak” Jawabku sembari tersenyum genit. Tukang jamu itu terlihat kecil hati. Memangnya istri saya suka minum jamu? Tanyaku. “Iya dua hari sekali saya diminta kesini oleh ibu” Katanya. “Wah sayang sekali, bagaimana jika saya juga minum, mbak?” Aku sebetulnya nggak pernah minum jamu dan aku tidak tahu jamu apa yang cocok buat laki-laki. Mbak itu tersenyum senang dan segera hendak menurunkan bakulnya, tapi aku buru-buru menahannya. “Masuk saja mbak. Jangan disini, didalam saja ya” Kataku, hatiku mengatakan tindakanku mengarahkan aku kesesuatu. Wanita itu berjalan masuk mengikutiku. Sampai diteras ia lagi-lagi mau menurunkan bakulnya, tapi aku lagi-lagi menyuruhnya masuk kedalam ruang tamu. Saat ia berjalan masuk, kuperhatikan terus bokongnya yang bergoyang-goyang terlingkup kain sarung ketat, aku hingga menelan ludah, bokongnya sunggu indah dan besar, tubuhnya betul-betul sexy. “Saya nggak mau ada orang yang mandang saya minum jamu lho” Kataku saat kutengok ia agak ragu masuk kedalam rumahku. Ia terkikik lalu menuju masuk mengikutiku dan ia langsung meletakkan bakul jamunya, aku mencermati semua gerakannya, oh sungguh aku merasa terangsang sekali. “Memangnya jamu apa yang cocok untuk laki-laki, mbak?” Tanyaku. Mataku nggak lepas dari belahan buah dadanya yang sesekali terlihat dan menampilkan bh warna hitam. Kemaluanku mulai mengeras. “Maunya untuk apa pak?” “Biasanya jamu apa yang diminum laki?” Tanyaku lagi. “Macam-macam pak umumnya sih jamu kuat” Jawabnya, kulihat ia mengeluarkan sapu tangan lalu membersihkan keringat diwajahnya. Sungguh manis wajahnya. “Kuat buat apa sih?” Tanyaku pura-pura. Ia melihat sedikit genit, mulutnya cemberut. “Ah pura-pura aja bapak ini. “Lho sungguh. Aku kan nggak pernah ngejamu, mbak” “Ah bisa aja” Jawabnya, matanya kembali melirik. Aku semakin horny. “Ya terserah mbak aja deh, aku taunya minum” Kataku. Ia kemudian memasukan entah apa aku tak tahu, dicampur-campur… “Mbak biasanya kalau minum jamu minumnya untuk apa?” Tanyaku sembari menerima gelas yang telah berisi jamu. “Ada deh.” menunjukkan hasil nih, pikirku. Sepertinya makin genit nih si mbak.”Kasih tahu doong” Rengekku. Ia mengerling genit lagi sambil memoncongkan mulutnya.”Yaa tanya ibu saja ah” Jawabnya. Aku menjumpai pahit dilidahku dan aku semakin memelankan minumku, aku tidak tahan, mau muntah rasanya. “Saya ingin tahunya dari mbak kok.” “Yaaa jika perempuan ya minum jamu agar seger, awet muda dan macem-macem deh” “Memangnya jamu sari rapet buat apa mbak?” Manteraku mulai keluar. Ia mendesis sambil melotot. “Hussh kok tanya aku?” Tanya ibu lho pak. “Kan pulang kampung.. aku heran, apanya yang rapet jika minum jamu sari rapet, tanya boleh kan?” ucapku makin genit. “Ya itunya yang jadi sempit, bukan rapet lho.” Jawabnya perlahan sekali, ia menunduk, kupandang agak rona merah dipipinya. “Apanya yang sempit mbak?” Kelihatannya ia mulai kesal. “Itunya lho, tempiknya, ah udah ah. Genit amat sich bapak ini” Semburnya dengan mengerling marah. Aku tersenyum lagi. “Tempik itu apa sih?” Godaku lagi. “Nggak tahu ah, sudah belum? kok lama banget minum jamu aja?” “Habis pahit, mbak juga belum jawab pertanyaan saya” “Tempik itu.. memek lho, masak nggak tahu sih? dasar genit bapak ini” Eh tangannya mencubit pahaku. Aku pura-pura kesakitan, tanganku ku ulurkan untuk membalas, ia menjerit kecil sambil cekikikan menghindari tanganku. Lho aku kan cuma nanya kok pahaku dicubit?” “Habis ceriwis sih bapaknya” “Mbak minum sari rapet juga dong?” Tanyaku. “Nggak tahu ah” “Kalau begitu gelas ini nggak akan habis-habis isinya.” “Iya, iya.. aku juga minum. Setiap perempuan minum kok” “Memangnya mbak sudah punya suami?” “Ya sudah dong tapi ada dikampung” “Lho sama dong isteriku ada dikampung juga” Ia diam saja. “Jadi tinggal kita berdua nih. Tapi aku tidak percaya, dengan minum sari rapet, tempik, eh memek bisa rapet lagi” Kataku. Ia tersipu-sipu “Eee…sungguh lho….sudah terbukti dari dulu kok” Jawabnya. “Bohong” “Sungguh, beneran atuh bapak” “Kalo gitu boleh dong aku minta bukti” “Bukti apaan?” Ia kelihatan agak bingung. “Bukti… bahwa memek mbak sempit juga” Aku nekat berkata. Kemaluanku sudah keras sejak tadi. Jantungku juga berdebar-debar menahan gejolak nafsu. “Idiih amit-amit!!” Desisnya lalu ia bangun melemaskan kakinya yang dari tadi jongkok. “Mbak.” “Yaaa.” “Aku naksir nih, boleh tidak aku mohon cium” Aku berbisik pelan. Ia melotot, mulutnya cemberut. “Iih… udah ah genit amat sih” Ia jongkok lagi membereskan barang-barangnya. Kudekatkan wajahku kewajahnya. Ia menaikkan wajahnya dan melihatku dengan tatapan melotot, tapi bibirnya setengah terbuka, seolah-olah menantang keberanianku dan kami sangat dekat sehingga aku bisa mencium bau tubuhnya yang terus terang saja membuat nafsuku makin melonjak. Tanpa pikir panjang kuhampiri mulutnya, kupeluk hingga ia jatuh tertimpah olehku dilantai ruang tamu. Mulutku mencium bibirnya dengan liar, ia bergeliat, tetapi kayaknya rontaan setengah hati. Tanganku meremas payudaranya, betul pula dugaanku, buah dadanya benar-benar kencang dan mantap sekali, kenyal dan besar, wah aku benar-benar tergiur. “Aduh… genit bapak ini. Auuu… nggak mau.. aduh, aku nggak bisa napas” Ia mendesah-desah ditindihku. “Paak… aduh malu ah jangan disini… nanti dilihat orang… aku malu ah…” Kulumat lagi bibirnya yang hangat, kali ini ia membalas dengan lumatan yang liar juga. Lidah kami saling melilit dan lidahnya terasa amat enak, hangat dan begitu buas dalam mulutku, sungguh aku tidak pernah memperkirakan perempuan desa kayaknya dapat berciuman sedemikian panas. Aku tak mau kalah, kujepit lidahnya lalu kuhisap dengan penuh nafsu, lalu lidahku bermain dalam mulutnya, kujelajahi seluruh rongga mulutnya dan napas kami sama-sama memburu kencang, napasnya terasa panas menyembur dan aku juga menyukai wangi napasnya yang halus, kelihatan memang seluruh tukang jamu tahu bagaimana merawat diri dan kesehatannya, Pokoknya kami benar tenggelam dalam gelora nafsu, tanganku menggerayangi seluruh lekuk tubuhnya dan baju hijau yang dipakainya sudah tak keruan terbuka, tanganku berusaha menyingkapnya dan kuremas buah dadanya serta kucoba keluar dari bh yang amat kencang menutupi bukit kembar itu. Ia mendesah-desah, tangannya seperti hendak menyingkirkan tanganku namun usahanya tidak dengan sepenuh hati, sebelah tangannya meremas-remas rambutku, mengacak-acaknya dengan gemas, air liur kami begitu lama saling bertukar, oh tidak pernah aku merasakan sensasi seperti ini. Akhirnya aku berhasil menarik keluar sebelah buah dadanya dari balik bh yang dikenakan tukang jamu sexy itu. Ia menggumam dalam mulutku. Kuremas payudara kenyal itu, kuraba puting susunya yang rasanya cukup besar, aku mencoba memandang tapi mbak itu begitu erat mendekap kepalaku sehingga mulut kami tidak bisa terlepas, ia menciumku begitu liar dan penuh nafsu, napasnya seperti lokomotif. Aku memaksa mengecup lehernya yang berkeringat, kujilati keringatnya dan terasa asin, aku nggak perduli, kunaikan kedua tangannya lalu ku kecup ketiaknya yang basah oleh keringat pula. Baunya sungguh sedap dan ia mengerang keenakan waktu kugigit ketiaknya dengan lembut. Saat ini aku dapat memandang buah dadanya yang berkulit kuning dan keluar sebelah, pandangan ini menjadikanku makin bergairah, puting susunya berwarna merah tua dan besar, kutekan pelan, ia mengerang, kepalanya naik keatas dan suaranya menjadikanku makin terangsang. “Pak… aaahhh.. ada susunya pak, pencet kerasan lagi… ooohhhh” Ia mendesah. Kupencet lebih keras, benar saja ada cairan kental keputihan perlahan muncul dari puting susunya, lalu ketika keperkeras pencetanku maka cairan itu menyembur pelan dan membasahi tanganku. Langsung kuhisap dan kujilat puting susunya, mbak yang akhirnya kutahu bernama Ningsih itu menolongku meremas buah dadanya, dan kupandang ia pandai sekali memproduksi susunya agar aku bisa menikmati cairan itu, tangannya mengurut payudaranya dengan keras dan memencetnya sehingga cairan susu menyembur keras masuk dalam mulutku, tidak ada rasa ataupun bau, kusedot-sedot putingnya seperti bayi. SITUS JUDI ONLINE TERPERCAYA – PAIRQIU – POKER ONLINE Â DOMINO KIU KIU BANDAR POKER ADU KIU BANDAR KIU CAPSA SUSUN BANDAR SAKONG – MINIMAL DEPOSIT RP “Uughhh… jangan terlalu kasar pak, sakit.. uuughhhh..” Aku memperlambat hisapku. Tanganku sibuk membuka kancing baju yang tersisa sehingga Ningsih cuma memakai kutang dan sarung saja. Bh hitamnya terangkat sebelah keatas dan kontolku sampai sakit karena kerasnya ketika melihat pemandangan didepanku. Tubuh Ningsih sangat mulus, kuning langsat meskipun baru bagian atasnya saja yang terlihat. “Paaakk.. kentu yuk.. tapi jangan disini, malu pak.. aakkhhh” Ia merengeh, suaranya serak. “Dikamarku aja” Bisikku. Kuajak ia masuk dalam kamarku, sebelumnya kukunci pintu depan. Tubuhnya betul-betul padat dan kenyal. Kulepaskan bhnya sehingga ia sekarang hanya memakai sarung saja, aku terbengong melihat buah dadanya yang begitu sempurna dan besar, puting susunya sungguh kontras dengan warna kulitnya. Kulepaskan semua pakaianku hingga telanjang bulat dan ia menjerit kecil memandang kontolku yang berdiri dengan tegak penuh urat menonjol, tangannya menutupi mulutnya. “Auu serem!” Jeritnya. Kudekati Ningsih dan ia beringsut mundur menggodaku. Aku menerkam dengan kekuatan penuh, kembali ia menjerit sambil memelukku, kami bergumul lagi, kali ini ia menciumi dadaku dengan penuh nafsu. “Kontolnya kok kecil sih pak” Bisiknya. “Sialan.. Jangan lihat kecilnya mbak, rasakan tusukannya nanti” Bisikku juga. “Idiihh…takuut” Ejeknya. Kukemot dan ku hisap kuat-kuat payudaranya lagi, lalu kujilat dan kugigit-gigit ketiaknya yang ditumbuhi bulu lebat, oohh sungguh merangsang sekali baunya. Ningsih menjerit-jerit kecil kegelian, tapi ia menikmatinya. Tiba-tiba aku mundur lalu dengan cepat aku menyusup kedalam sarung yang masih dikenakannya, ia menjerit tertahan sambil berusaha mendorong kepalaku keluar dari dalam selangkangannya. Tapi aku tidak perduli, kukecupi pahanya yang kurasakan halus sekali. Kuhisap-isap kecil, ia terlonjak kegelian sambil mengerang manja. “Jangaan pak… bau… jijik ih… nggak mau aku… ooohhh” Dorongan tangannya berubah remasan, kepalaku sudah mencapai puncak pahanya, aku merasakan kehangatan kepalaku didalam sarungnya dan tercium bau memek yang membuat kontolku kembali sakit saking tegangnya. Kuciumi celana dalamnya yang lembab dan agak lengket, kujilati lalu kuhisap-hisap memeknya yang tertutup celana dalam hitam, aku bisa merasakan bulu memeknya yang keluar dari balik lipatan celana dalam, kujilati semuanya lalu kuporoti celana itu, tiba-tiba sarungnya menjadi kendur, ternyata Ningsih membuka ikatan setangennya sehingga sekarang ia bisa melihat kegiatanku didalam sarungnya. Ia menurunkan sarungnya, aku menariknya sampai terlepas. Kini aku terpaku sesaat melihat memeknya yang hitam tertutup bulu lebat yang ikal. Kulihat ada cairan bening menempel dibulu itu, mata Ningsih lekat memandangku, aku tak tahan lagi dengan bau yang begitu merangsang. Kubenamkan wajahku dilembahnya, kucium dengan penuh perasaan bau memeknya, oohhh… sungguh enak sekali. Dengan jari-jariku kubuka bulu memeknya dan kuperlihatkan bibir kemaluannya yang berwarna merah tua, ia merintih, tangannya mengenggam sprei dan menariknya. Aku bisa melihat bagian dalam memeknya yang banjir oleh cairan bening, menempel pada dinding dan bibir memeknya, aku tak tahan lagi, kuserbu memeknya dengan lidahku, kujelajahi dan kusapu seluruh cairan itu, terasa asin, nikmatnya sungguh gila. “Aaaaa…. enaaaakkkk… mmmhhhh…. sssshh… hhh…” Pinggulnya terangkat naik menekan mulutku dan aku makin lahap menjilati dan mengemut itinya. Ia mengerang sebelum akhirnya mengangkat pinggulnya dan tangannya menekan kepalaku, dan wajahku terbenam dalam memeknya. Hidungku menekan itilnya dengan keras dan kurasakan ia menggosok-gosokkannya dihidungku, mulutku pas diarahkan memeknya dan kumasukkan lidahku kedalam liang memeknya, lidahku kuputar dan kutusuk dalam liang itu, ia menjerit agak keras seperti rintihan panjang. “Oooohhhhhh.. aku.. aku keluaaarrr paaakk.. uuuuuhhhhhh” Terasa hentakan keras membenamkan wajahku dan kurasakan lubang memeknya memanas dan terhirup bau khas yang enak sekali, lidahku menjilati lubang kencingnya yang kecil dan merah, Ningsih merintih kecil dan mulutnya tak henti melolong. Tiba-tiba kurasakan kontolku ditariknya, aku mengikuti irama tarikannya, ternyata sesaat kemudian kontolku terbenam dalam mulutnya yang hangat, aku gemetar tak kuasa membendung nikmatnya kuluman Ningsih dikontolku, aku berusaha sekuat tenaga menahan dan membendung supaya jangan sampai keluar begitu cepat. Kualihkan jilatanku perlahan-lahan kelubang duburnya yang berwarna hitam dan ada lendir yang berasal dari liang memeknya. Kelihatannya ia terkejut sesaat tapi kemudian tiba-tiba ia berontak dan berguling sehingga aku terbawa dan kusadari aku sudah tergencet dibawah tubuhnya, posisi kami menjadi 69 dan ia menekuk lututnya sedemikian rupa hingga aku dapat dengan bebas mengeksplorasi liang duburnya, Ia bergetar hebat dan mengguman dengan kontolku dalam mulutnya. “Paakk… terus pak, terus, terushh.. jilat terus, masukin lidahnya paaakk… aku paling nggak tahaaann” Ia merintih panjang ketika lidahku kutusuk menerobos liang duburnya. Aku nggak peduli dengan pandangan jijik orang lain, karena aku menghayati sekali liang duburnya yang bersih dan tak berbau. Tubuh Ningsih kembali terhentak dan ia menekan pantatnya sehingga aku sulit bernapas, aku berusaha memuaskannya dengan lidahku terus mengorek lubang itu dan ia melolong pendek seperti wanita hendak melahirkan. Hingga akhirnya akupun nggak kuat menahan keluaran kontolku, aku tidak ingin kalah, kuputarkan tubuhnya hingga aku diatas dan ia kayaknya tahu apa yang akan berlangsung karena ia mempercepat hisapannya dan aku memompa mulutnya dengan cepat pula, tangannya mengocok-ocok pangkal kontolku dengan cepat, aku menjerit sambil memandangnya. Cairan maniku menyembur dalam mulutnya dan kulihat mulutnya mengemot kontolku tiada henti, perutku kejang menahan nikmat yang menyusup seperti gelombang dashyat. Air maniku kayak tidak ada batasnya dan tak setetespun keluar dari dalam mulutnya, ia sedemikian ahli menhayati kontolku hingga aku merasa denyutan-denyut nikmat berlangsung begitu lama, aku terduduk lemas diwajahnya, kubiarkan ia menjilati kepala kontolku dan menyedot buah zakarku, perasaanku tidak keruan ketika lidahnya mulai menelusuri lubang duburku juga, geli campur meriang yang kurasakan, tapi aku sangat menikmatinya. Lidahnya mengeksplorasi lubang duburku dengan buas, kontolku dalam sejenak mulai mengencang dan kupandang ia merintih kegembiraan, tangannya lanjut mengocok kontolku dengan lembut. Aku juga nggak ingin kalah, kujilati lagi sisa-sisa lendir diliang memeknya, seluruh bulu memeknya sudah basah oleh memeknya berkilau dan cairan memeknya sangat nikmat dan hangat, oohhh aku akan amat mengenangnya. Sesudah kontolku mengeras, Ningsih langsung berjongkok diatasnya dan mengarahkan kontolku keliang memeknya. Lalu ia mengeluh panjang ketika kontolku amblas dalam lubang hangat itu. “Kamu hebat sekali… betul-betul hebat” Bisikku. Ningsih terkikik kecil dalam pelukanku. “Dari mana kamu belajar?” Tanyaku. Ia tersenyum memandangku, keringatnya jatuh diatas bibirku, kujilat keringat itu. “Aku ini orang Madura lho” Jawabnya. “Ah nggak setiap wanita Madura begitu hebat” Jawabku. “Tapi aku hebat kan?” Bisiknya. Ia mengecup bibirku dengan lembut. “Aku takluk nih.” Bisikku pula. Ia bangun dengan cepat dan berputar terlentang, dengan sarung ia melingkupi memeknya dan berjalan cepat kekamar mandi, aku membuntutinya dan didalam kami mandi sama-sama, lagi-lagi kami melaksanakan persetubuhan sekali lagi atas inisiatifnya, ia nungging dan kutusuk dari belakang seperti anjing sedang birahi, dibawah siraman shower. Akhirnya aku mengajaknya tidur bersama hari itu, aku mengatakan ia tak usah berjualan jamu lagi. Ia akan kukontrakkan rumah dan akan kukasih uang belanja setiap bulan. Ia memberiku celana dalam dan bh bekas dipakainya padaku, ia berkata kalau aku rindu padanya maka ciumi saja celana dalamnya dan nikmati baunya. Ooh sungguh perempuan genit yang tahu memanjakan laki-laki. Ningsih meninggalkan suaminya yang memang tidak bisa mencukupi kebutuhan rumah tangga mereka. Setelah berpisah dengan suaminya, ia memilih tinggal di Bandung dan aku mengijinkannya. Selama empat tahun aku memelihara Ningsih sampai akhirnya kami resmi sebagai suami isteri setelah aku dan isteriku bercerai tanpa anak. Dan itulah saat-saat terindah dalam hidupku sampai kini.
CeritaBokep : Tukang Jamu Yang Montok Depan Belakang. Namaku Boby 27 thn, tinggi badan 180cm, wajah keren. Akibat semua pesona cowo aq milikki, aq jadi doyg plesir dan ganti-ganti pacar. Cerita Sex, Cerita Dewasa, Cerita Mesum, Cerita Ngentot. Oleh: damakorclub12. Diposting pada: Februari 24, 2021 Maret 24, 2021. Dilihat:5.077 views. Genre
Perkenalkan namaku Frenky, umurku 29 tahun, tinggi 180 cm, kata orang-orang sih aku punya wajah yang tampan. Semua pesona yang dimiliki cowok ada padaku. Dengan modal ketampananku ini, aku sering berganti pacar. Hidupku juga dibilang sudah mapan punya usaha sendiri dan juga sudah punya mobil dan rumah sendiri. Kali ini aku ingin menceritakan pengalaman pribadiku kedalam tulisan ini yang kuberi judul cerita dewasa penjual jamu yang montok. Kebetulan aku tinggal di perumahan yang masih terbilang baru jadi, sehingga tetanggaku masih belum begitu banyak , rata-rata pekerjaan mereka adalah pembisnis yang pergi dari rumah pagi hari dan pulang ke rumah larut malam. Hari itu tidak seperti biasanya, setelah semalaman aku berkaraoke bersama para client perusahaan, aku bangun kesiangan karena efek mabuk semalam. Saat melihat jam ternyata sudah pukul aku putuskan untuk berangkat agak siangan sekalian. Saat aku hendak berjalan keluar rumah, kudengar ada suara teriakan seseorang yang sedang menjajakan jualannya dari luar pagar. Ketika kulihat ternyata seorang gadis cantik seksi yang sedang menggendong jamu. “Jamunya mas…. biar segar dan awet muda…”, kata sang penjual jamu itu mencoba mempromosikan dagangannya. Akupun terpana melihat bakul jamu ini, wajahnya cantik dan masih muda denga body seksi menggairahkan. Payudaranya montok sekali ukuran 34C lah menurutku. Spontan aku memanggilnya. “Mbak beli jamunya donk.. ” Kataku memanggil. Mbaknya pun tersenyum manis dan masuk ke halaman rumahku lalu duduk mendekatiku. “Mau jamu apa mas? Ada jamu Kunir Asam, jamu beras kencur, jamu temulawak…” tanyanya. “Apa ajah deh mbak asalkan tidak yang pahit.” Jawabku. “Kalau jamunya pahit, masnya langsung liat aku aja, nanti jamunya jadi manis mas…” Celetuk sipenjual jamu menggoda. “Berani juga si penjual jamu ini menggodaku” pikirku. Aku mengamati si Mbak ini dengan lincahnya memainkan botol jamunya. Dan ketika tiba-tiba dia membusungkan dadanya, jantungku jadi berdetak kencang. ILLUSTRASI PENJUAL JAMU Waah pagi-pagi sudah dapat pemandangan yang seger, dan yang lebih hebatnya lagi, ternyata si Mbak jamu ini tidak mengenakan BH, hanya memakai kain kemben yang agak kedodoran sehingga aku bisa melihat bentuk payudaranya yang montok itu dengan belahannya yang menggoda. Kesempatan ini tak kulewatkan. Jangankan untuk berpaling, berkedip saja rasanya sayang sekali. payudaranya bergoyang-goyang seirama dengan gerakan tubuh si mbak, apalagi ditambah ukuran yang pas menurutku, aku memutar otak untuk lebih mengenalnya Singkat cerita, setelah ngobrol dan berkenalan akhirnya aku tahu nama si penjual jamu tersebut bernama Tati. Anak dari desa dibawah bukit, yang ternyata umurnya baru 16 tahun. Karena keadaan ekonomi yang kurang, dia tidak melanjutkan sekolah. Dia hanya bersekolah sampai kelas 2 SMP, kemudian berhenti untuk berkerja demi membantu keluarga. “Kasian kamu ya…cantik-cantik mesti kerja keras, mending cari suami yang kaya saja Mbak Tati?” kataku mulai menggodanya. Dengan tersipu malu dia menjawab “Apa ya ada toh mas yang mau sama aku yang cuma anak kampung, pacar sih ada tapi dia tak setia.” “Masak sih…berarti gak normal dong pacarmu, masa uda punya cewek secantik ini bisa-bisanya ga setia.” jawabku agak ketus. ILLUSTRASI PENJUAL JAMU Ternyata dia sudah punya pacar, tapi ini kan menjadi tantanganku, merebut cewek yang sudah punya pacar. Akupun mulai mengeluarkan jurus meluluhkan hati wanita. Aku sengaja membayar jamu satu gelas dengan uang lima puluh ribuan. “Uangnya kok besar sekali mas, belum ada kembaliannya…” Jawabnya. “Aku juga ga minta kembalian kok..” Jawabku. “Waduh, makasih sekali ya mas.” Katanya riang. Karena tidak sengaja kesiangan itu, aku jadi tahu kalau setiap jam lebih ada penjual jamu keliling yang cantik dan seksi masuk ke perumahan kami. Hari-hari berikutnya aku sengaja menunggu Mbak Tati untuk membeli jamu atau sekedar untuk mengobrol. Kami sudah cukup akrab, bahkan dia sering betah kalau berhenti dirumahku. Setelah kira-kira 1 bulan berkenalan, seperti biasa, aku memesan jamunya. Tapi hari ini wajah Mbak Tati agak cemberut dan terlihat tertekan sekali. Tiba-tiba dia masuk ke ruang tamuku dan kelihatannya mau curhat denganku. Dia duduk di lantai tanpa beralaska tikar. Terlihat matanya agak memerah. Aku mencoba untuk memulai menanyakan apa yang terjadi pada dirinya. “Mbak , kalau aku lihat kayaknya mbak Tati punya masalah ya?” Tanyaku sok perhatian. Airmatanya pun pecah seketika. Dia nangis sambil cerita kalau pacarnya telah meninggalkannya dan telah menemukan gadis pengganti yang lebih cantik dari dia. ILLUSTRASI PENJUAL JAMU Aku merasa kasian lalu aku mendekatinya dan merangkul pundaknya mencoba untuk menenangkannya. Sekarang posisi dudukku membuatku dapat melihat dengan jelas payudara montoknya. Tanpa kuduga, Mbak Tati malah membenamkan kepalanya ke dadaku, dengah senang hati akupun langsung memeluknya dengan hangat. Suasana ini membuat gairahku menjadi naik, tapi karena aku sudah berpengalaman aku memilih untuk tidak terburu-buru. Setelah agak tenang Mbak Tati berkata dengan lirih. “Maaf ya mas Frenky, baju mas jadi basah karena air mataku” “Gak apa-apa mbak, saya ikut sedih melihat mbak Tati sedih” Jawabku coba menenangkannya. Lalu Mbak Tati tersenyum kecil dan menengadahkan kepalanya persis di depan mataku, tanganku pun membelai wajahnya. Akupun lantas memegang dagunya kudekatkan wajahku ke wajahnya. Mbak Tati pun memejamkan matanya seakan tahu kalau aku akan menciumnya. Mulut kamipun akhirnya beradu dengan lembut. Lidah kami saling berpaut. Kupeluk dia lebih erat lagi, Mbak Tati pun semakin memanas. ILLUSTRASI PENJUAL JAMU Rupa-rupanya mbak Tati juga sudah berpengalaman, maka kucoba untuk merangsang daerah yang lain lagi. Ciumanku berjalan ke leher Mbak Tati dan lidahku bermain dibelakang kupingnya. “Aahhh..emmmhh…” Desah mbak Tati menahan nikmat. Naluri laki-lakiku mulai merasakan gairah seorang wanita, tapi aku tetap tenang. Aku memcoba untuk memberikan gairah yang hebat dulu sebelum kami bercinta. Kulepaskan kemben yang dipakainya. Lidahku mulai menciumi payudara kiri mbak Tati. Tangan kananku meremas-remas payudaranya sebelah kanan. Nafas mbak Tati mulai tidak teratur. Lalu kugendong tubuhnya untuk masuk ke kamar. Setiba di kamar aku langsung melepas kemben yang dia kenakan dan juga celana dalamnya. Sekarang aku dapat melihat bentuk tubuhnya dalam posisi telanjang. Akupun terpana melihat bentuk tubuhnya yang super seksi. Warna kulitnya kuning kecoklataan, tubuhnya padat berisi dan baunya harum, mungkin karena Mbak Tati rajin minum jamu setiap hari. ILLUSTRASI PENJUAL JAMU Tak berlama-lama kubaringkan dia di kasurku. Lalu aku melepas sendiri baju yang kukenakan. Setelah telanjang aku langsung menindihnya. Terasa hangat ketika tubuh kami berpadu. Kami bercumbu kembali sambil tanganku meremas payudaranya. Ciumanku pun berpindah ke puting payudaranya yang berwarna kemerahan. Putingnya kujilat lembut, kusedot dan juga agak kugigit kecil. “Ohhh…mas nikmat sekali…” Desahnya. Sambil menggigit bibir bagian bawahnya. Tangan mbak Tati pun tak mau diam, dia mengelus-elus penisku yang sudah tegang dari tadi. Dikocok lembutnya penisku itu. Setelah bermain dengan putingnya lalu ciumanku turun menelusuri pusarnya dan semakin ke bawah. Pada akhirnya wajahku sampai di depan vaginanya yang kenyal. Lidahku langsung bermain di vaginanya. Kujilati dari klitoris hingga ke lubang vaginanya yang sudah basah oleh lendir. “Jilat terus mas…oohhh…sstttt”. Desahnya nikmat. Kumainkan lidahku diklitorisnya. Desahan mbak Tati semakin menjadi. Lidahku juga kumasukan ke dalam lubang vaginanya. Cairan lendir bau khas kewanitaan mulai membasahi dan terasa dilidahku. Mbak Tati menjepit kepalaku dan merintih. ILLUSTRASI PENJUAL JAMU “Ooohhh, Mas… nikmat Mas…”. Semakin kupercepat gerakan lidah, semakin menggelinjang tubuh mbak Tati. “Maaass.…aku gak kuat lagiii….aaaahhh…” Dia telah mencapai klimaks untuk yang pertama kalinya. Cairan kewanitaannya keluar membasahi mulutku. Aku yang belum mencapai orgasme langsung menindih badannya. Kugesek-gesekan penisku di vaginanya, dan tak lama kemudian *Bleeesss…* dengan mudah penisku masuk ke dalam lubang vagina itu. Kusodok vaginanya dengan penuh nafsu, dia mengerang keenakan. “Aaaahhh… terus… sodok yang kenceng mass…” Pintanya. “Iya mbak…aahhhh enak sekali mbaakk…” Balasku. ILLUSTRASI PENJUAL JAMU Rasanya seperti dicengkram dan masih kencang vagina Mbak Tati. Kusodok vaginanya, dia juga mengikuti gerakan naik turunku. Mulut kami kembali berpautan dan lidah kami kembali menjelajah dengan ganasnya. Setelah kurang lebih 20 menit menyodoknya, tiba-tiba Mbak Tati kembali menjerit. “Aaaaahh…maaasss…aku keluar lagiiii…” dan sejenak menjadi lemas, rupanya dia telah mencapai klimaks yang kedua. Tak lama kemudian penisku pun berdenyut di dalam lubang surga mbak Tati, dan cepat-cepat kucabut dan kumuntahkan spermaku ke mulut mbak Tati. “Aku keluaaaar mbaaak, sedooot penisku…ooohhhh…” Teriaku sambil kuarahkan kemaluanku ke mulutnya. ILLUSTRASI PENJUAL JAMU Hal ini kulakukan untuk mencegah resiko kehamilan, kami pun terbaring lemas di kamarku. Setelah cukup beristirahat mbak Tati, ia bangun dan membereskan dirinya lalu pamit pergi meninggalkan rumah dan kembali keliling untuk menjajakan dagangannya. Semenjak kejadian ini kami sering melakukan hubungan seks di rumahku. Kami berhenti berhubungan seks setelah mbak Tati dinikahi seorang pemuda dari desa sebelah. Sungguh menyenangkan berhubungan seks dengannya. Sungguh pengalaman luar biasa bersama penjual jamu bugil ini.
buKm0.
  • ypz81zcu74.pages.dev/112
  • ypz81zcu74.pages.dev/290
  • ypz81zcu74.pages.dev/341
  • ypz81zcu74.pages.dev/109
  • ypz81zcu74.pages.dev/485
  • ypz81zcu74.pages.dev/34
  • ypz81zcu74.pages.dev/459
  • ypz81zcu74.pages.dev/31
  • cerita dewasa tukang jamu